Share

Serangan licik

Kalvi berusaha menahan tawanya melihat wajah Migy yang berubah merah. Entah kenapa melihat Migy tersipu membuat Kalvi senang. Tanpa sadar tangan Kalvi mendarat di pipi mulus Migy, ia mengikuti nalurinya sebagai lelaki, mencoba untuk mengusapnya.

Sementara Migy, ia merasa jantungnya nyaris melompat karena berdetak sangat kencang. Merasakan sapuan lembut jemari Kalvi di pipinya membuat Migy tak kuasa menahan perasaannya. Semacam sensasi aneh muncul dari dalam dirinya, ia merasa ini tidak normal.

“Maaf, Kalvi. Ayo kita berangkat,” kata Migy memutus rasa canggung antara dirinya.

“Hmmm,” jawab Kalvi.

Migy berusaha mati-matian untuk menyembunyikan perasaannya. Ia tidak ingin Kalvi berpikiran bahwa ia menyukai perlakuan lelaki tersebut.

“Lo kok tegang gini sih. Udah kaya patung bawa motor aja,” Kalvi memperhatikan wajah Migy dari kaca spion depan.

“Nggak kok. Aku lagi sedang fokus aja, takut jatuh.”

Setelah tiba di parkiran sekolah, Migy membantu Kalvi turun dari motornya. Mereka tampak seperti pasangan romantis yang tidak mau lepas satu sama lainnya, hingga membuat kekasih Kalv yang lain menatap Migy dengan tatapan cemburu.

“Kalvi, sampai di sini dulu ya? Aku tidak ingin cewek-cewek itu menindasku. Kamu sana, minta bantu sama mereka saja. Bye.” Migy pergi meninggalkan Kalvi.

Bukannya Migy tidak ingin membantu Kalvi sampai ke dalam kelas, tapi ia takut jika para selir Kalvi berubah memusuhinya. Dengan membiarkan Kalvi sendiri, ia akan terlepas dari masalah besar.

Di sisi lain, Kalvi tampak kesal karena Migy mengabaikannya hanya karena ia takut dimusuhi oleh para selirnya. Mungkin setelah ini Kalvi akan mempertimbangkan untuk meninggalkan semua teman kencannya dan beralih pada Migy.

Melihat Migy yang selalu sempurna dalam segala bidang, membuat Kalvi tertantang untuk mendapatkan sang primadona tersebut. Walau ia tahu pencapaiannya akan sulit dan cowok menyukai Migy juga banyak, Kalvi tidak akan menyerah.

“Sayang, kamu kok barengan sama Migy? Kenapa kamu tidak mengabari aku saja,” kata Lony yang datang dari belakang Kalvi.

Lony tahu jika Kalvi sedang berusaha mendekati Migy. Ia merasa posisinya akan terancam, segera mencari tindakan pencegahan dengan mendekatkan diri pada Kalvi.

“Gue ada perlu sama dia. Udah, jangan bahas dia lagi, sini kalau mau bantu.” Kalvi mencoba mengalihkan perhatian Lony.

“Baiklah.”

Setelah tiba di dalam kelas, Kalvi  segera mengusir Lony dari kelasnya.

“Lo keluar dulu, sana. Nanti pulang sekolah jangan ke sini. Gue mau pulang bareng Migy.”

Lony ingin meneriaki Kalvi, tapi ia berusaha untuk tetap sabar karena jika ia meledak, kemungkinan Kalvi akan memutuskan hubungan dengannya. Dengan berat hati, Lony berjalan keluar kelas dengan wajah tertunduk.

Migy yang berada di kelas, sekilas melihat wajah Lony yang tak bersemangat. Ia tahu jika Lony sedang kesal, tapi ia tidak mempeduli kan itu. Sebelumnya hubungan mereka memang tidak dekat lantas Lony menuduhnya merebut Kalvi. Jika dikaji ulang, lelaki mesum itulah yang berusaha mencari masalah dengannya.

Dalam hati Migy berharap agar terbebas dari jeratan Kalvi yang tak berkesudahan. Jika diingat kembali, Kalvi hanya berpura-pura sakit demi mendekatinya.

Jam istirahat berbunyi, Migy dan teman-temanya keluar kelas. Seperti biasa ia akan menuju ke perpustakaan. Ketika ia menempati tempat duduk yang berada di sudut ruangan, Migy tak sengaja melihat sepasang murid sedang berciuman.

“Astaga!” Migy menutup kedua matanya dengan telapak tangan.

Sepasang sejoli itu menoleh ke arah Migy. Dan ternyata dia adalah Kalvi dan Sintia. Mereka juga terkejut melihat Migy yang memergoki aksi mereka.

“Kenapa tutup mata? Mau bergabung bareng kita?” ucap Kalvi dengan tatapan datar.

Migy diam saja. Ia segera berlari meninggalkan kedua sejoli yang masih menatapnya terpaku itu. Entah kenapa, Migy merasa jijik melihat kejadian itu. Selama ini ia tidak pernah melakukan hal semacam itu, dan ia berusaha untuk menjauhinya.

Pulang sekolah Migy berusaha mati-matian bersembunyi dari Kalvi. Ia tidak ingin melihat cowok itu, dan ia juga berusaha untuk menghindar. Tapi mungkin nasib sial berpihak padanya, sehingga Kalvi telah duduk dengan santai menunggunya di parkiran motor.

“Kalvi?” Migy berusaha untuk tetap tenang.

“Kenapa? Berusaha menghindar. Nggak perlu, karena gue tidak akan pernah melepaskan lo.” Kalvi menatap Migy dengan angkuh.

“Aku hanya tidak ingin mencari masalah dengan pacar-pacar kamu, Kalvi. Dan aku rasa kamu sudah kuat berjalan sendiri, jadi aku tidak akan membantu kamu lagi mulai sekarang.”

“Lo salah. Hingga seterusnya lo harus tetap antar jemput gue. Tidak ada penolakan, kalau nggak lo akan tanggung sendiri akibatnya!” ancam Kalvi marah.

“Tapi…”

“Tidak usah banyak alasan. Sekarang kita pulang, kalau nggak gue bakar motor lo di sini. Gimana?” kata Kalvi menantang Migy.

Migy menelan ludah kasar. Ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan cowok mesum itu. Ia juga tahu jika Kalvi selalu menepati perkataannya dan ia tidak pernah main-main dengan ancamannya. Melihat wajah Kalvi yang berubah dingin, Migy mulai melajukan motornya.

Tetapi, di perjalanan Kalvi mulai melakukan aksi mesumnya. Dengan kurang ajarnya, Kalvi meraba-raba pinggang Migy hingga ke bawah pinggulnya. Hal itu lantas membuat Migy mengelinjang karena merasa geli.

“Kalviiii! Kamu ngapain?” teriak Migy marah.

“Gue hanya takut jatuh, makanya berpegangan dengan erat di sini,” Kalvi meremas pinggul Migy dengan kencang, membuat motor yang dikendarai Migy mendadak berhenti.

“Kalvi! Kalau kamu melakukan itu lagi, sekarang juga kamu turun. Aku nggak mau macam-macam, ngerti!”

“Hanya satu macam saja kok.” Kalvi kembali memeluk pinggang Migy dan menempelkan dagunya di pundak Migy.

Migy merasa risih atas perlakuan mesum Kalvi. Jantungnya berpompa kencang karena ulah Kalvi yang kurang ajar kepadanya. Dalam hati Migy, muncul kewasapadaan yang kuat kepada Kalvi. Ia tidak ingin Kalvi berlaku kurang ajar terhadapnya.

“Sekarang kamu turun. Aku nggak mau nganterin kamu lagi.”

“Loh, kok gitu? Lo nggak ingat apa yang gue katakan tadi?” ancam Kalvi.

“Terserah! Sekarang turun, atau gue teriak nih.”

Kalvi dengan cepat menggeser Migy turun dan menempatkan posisinya di depan. Setelah itu ia menarik tangan Migy untuk duduk di belakangnya.

“Biar gue yang bawa. Lo diam saja di belakang,” tegas Kalvi.

“Kalvi, ini apa maksudnya? Kenapa kamu yang bawa motor aku?” protes Migy tak terima.

Kalvi hanya diam. Ia melajukan motor Migy dengan kecepatan penuh, membuat Migy yang berada di belakangnya berteriak takut.

“Kalvi!! Kamu mau bunuh aku!” kata Migy memeluk pinggang Kalvi takut.

Kalvi tertawa terbahak-bahak mendengar suara Migy yang ketakutan. Berkat ide liciknya, saat ini Migy berhasil memeluknya dengan sangat erat.

“Migy, lo beneran suka sama gue, ya? Peluknya nggak usah sekencang ini juga kali, gue nggak bakal ninggalin lo kok.” Kalvi menatap tangan Migy yang melingkar di pinggangnya.

Migy yang telah sadar buru-buru melepaskan pelukannya. Ia tidak menyadari bahwa ia memeluk pinggang Kalvi sangat erat. Karena ulah Kalvi yang ugal-ugalan, nyaris saja ia jatuh dari motor jika tidak berpegangan dengan erat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status