Share

Dibawa kemana?

Suara gaduh terdengar di depan kelas Migy. Keributan itu berasal dari sekelompok siswi dari jurusan IPS. Rata-rata mereka semua adalah pacar Kalvi.

“Mana Migy? Kita semua mau bertemu sama dia.” Salah satu siswi berperawakan tinggi memanggil dengan suara keras.

Semua murid dalam kelas Migy kaget. Mereka semua tampak heboh karena kedatangan sekelompok siswi jurusan IPS itu.

“Migy, mereka kenapa mencari kamu? Apakah kamu punya masalah sama mereka semua?” Lia terlihat gelisah bertanya pada Migy.

“Aku nggak tahu. Setahuku, nggak ada masalah sama mereka.”

Migy berjalan keluar kelas. Di sana semua siswi itu menatap benci padanya. Entah apa yang terjadi hingga semua siswi itu seperti hendak ingin mengeroyok dirinya.

“Kenapa ya?” kata Migy berusaha tetap tenang.

“Kamu Migy kan? Punya hubungan apa kamu sama Kalvi?” ucap salah satu dari mereka maju ke hadapan Migy.

“Tidak ada. Kenapa?” Migy terlihat bingung melihat semua siswi itu yang sekarang mengelilinginya.

“Kamu jangan beralasan. Kita semua yakin bahwa kamu yang memprovokasi Kalvi untuk memutuskan kita semua, kan? Hayo ngaku!”

“Ada apa ini?” Lois datang membantu Migy dari belakang.

“Eh cupu. Kamu nggak usah ikut campur urusan kita. Kami semua punya masalah sama nih, orang. Jadi kamu sana pergi!” usir Lony.

Lois memandang Migy. Ia yakin jika sumber masalah saat ini berhubungan dengan Klavi yang mendekati Migy. Melihat banyaknya siswi yang berada di sekita Migy, mendadak Lois mundur perlahan. Ia tidak ingin melawan semua cewek barbar itu, karena mau bagaimanapun ia akan kalah dari mereka semua.

Dengan bijak, Lois pergi menuju ke kelas Kalvi. Ia akan memberitahukan kabar tersebut kepada yang punya pasukan. Kalau dibiarkan, takutnya Migy akan mendapat kekerasan dari sekelompok mantan pacar Kalvi itu.

Setibanya di dalam kelas Kalvi, Lois melihat cowok itu sedang tertidur di bangkunya. Ia berjalan cepat lalu menepuk punggung Kalvi dengan kencang.

“Kalvi! Bangun. Kamu harus pergi temui pacar-pacarmu, mereka semua sedang mencari gegara dengan Migy.”

Kalvi terbangun. “Siapa sih?”

“Itu Lony sama yang lainnya, mereka sedang beradu jotos sama Migy, mereka menyalahkan Migy karena putus sama kamu. Pokoknya kamu harus amanin Migy, sekarang!” Lois terlihat semakin cemas.

Kalvi buru-buru maju dengan cepat. Ia tidak menyangka jika semua mantannya akan menuntut pertanggungjawaban kepada Migy. Padahal, mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya.

“Kalian semua ngapain di sini?” Kalvi berjalan mendekati Migy, melindunginya di belakang.

“Kalvi, kamu sengaja mutusin kita gara-gara cewek ini kan? Jadi kita semua tidak terima,” Lony berusaha memancing amarah siswi yang lain.

“Maksud lo apaan? Jangan mengada-ngada, deh. Tadi gue udah bilang, bahwa gue pengen menjalani kehidupan normal. Kalian semua paham nggak?” bentak Kalvi dengan nada marah.

Lony terkejut melihat reaksi Kalvi. Belum pernah ia melihat jika Kalvi berubah marah dan serius. Selama ini Kalvi selalu menjadi pria yang humoris dan menyenangkan.

“Tapi, kan….”

“Tapi apa? Mulai sekarang kalian semua jangan cari masalah lagi dengan Migy. Jika kalian melanggar, maka kalian tanggung akibatnya!” ancam Kalvi berang.

Semuanya tampak bingung lalu saling melihat satu sama lain. Perlahan mereka mundur meninggalkan kehebohan yang telah terjadi.

Bahkan kelas lain ikut berkerumun di depan kelas Migy. Mereka tampak ingin tahu dengan apa yang terjadi saat itu.

Migy yang merasa terpojokkan dalam hal tersebut, terlihat menunduk malu. Sebagai ketua osis, ia mempunyai kedudukan yang baik di sekolahnya, ia selalu dihormati. Tapi, gara-gara masalah ini, nama baiknya mulai tercemar.

“Puas kamu. Aku kan sudah ingatkan, jangan dekati aku. Tapi kamu keras kepala, sekarang lihatkan mereka semua beranggapan yang bukan-bukan terhadapku.” Migy menatap Kalvi dengan muram.

“Maaf, Migy. Ini semua di luar pengetahuan gue. Tadinya gue pikir bakal aman-aman aja.”

Kalvi melihat wajah Migy yang tidak senang terhadapnya. Buru-buru Kalvi mencari cara untuk mendapatkan maaf dari Migy. Ia menghubungi seseorang lewat pesan singkat dan menatap ke arah Migy dengan sumringah.

“Lo mau ikut gue sebentar, nggak? Gue punya satu tempat yang bagus buat hilangin jenuh,” ajak Kalvi.

Migy mengernyit. “Kemana? Ini kan masih jam sekolah.”

“Tenang aja, bentar lagi udah jam pulang sekolah. Lo ikut sama gue dulu.”

“Nggak, aku mau masuk dulu.”

Kalvi tidak pernah terima dengan penolakan. Ia dengan segala caranya menggunakan kepintarannya untuk membuat lawannya tunduk.

Dengan keberanian kuat, Kalvi menggendong Migy di bahunya seperti membawa karung beras. Ia tidak punya cara lembut untuk menghadapi cewek satu itu.

“Kalvi! Turunin aku.” Migy memukul punggung Kalvi dengan keras.

“Diam!” bentak Kalvi sambil menepuk bokong Migy dengan satu tangannya.

Migy meronta-ronta minta diturunkan. Ia terkejut melihat semua murid menatap ke arahnya dengan tatapan penasaran. Hancur sudah nama baiknya selama dua tahun ini yang telah dibagun sebaik mungkin.

Sedangkan Kalvi, ia sangat bangga karena semua mata tertuju padanya. Jelas ia menginginkan suasana yang seperti itu untuk memberitahukan bahwa Migy adalah miliknya. Tidak ada yang bisa mengambil Migy darinya, jika berani maka tantanglah aku, begitulah tatapan Kalvi membalasnya.

Kalvi terus melangkah ke parkiran. Tiba di sebuah parkiran mobil, ia membuka pintu mobil dan melemparkan Migy ke dalamnya. Ia sudah meminta izin kepada sahabatnya, Peter, untuk meminjam mobilnya.

“Kalvi! Kamu mau bawa aku kemana?” kata Migy berteriak marah.

“Diam, dan lihat saja. Aku akan membawamu ke pelaminan, puas!”

Migy tercengang. “Apa! Kamu jangan bercanda dong. Tas aku gimana?”

Kalvi tidak menghiraukan penolakan Migy lagi, buru-buru ia menduduki kursi kemudi dan menancap gas kencang.

Migy nyaris saja membentur dashboard, karena saking kencang Kalvi mengemudikan mobilnya. Jantungnya berdebar kencang, ia takut jika Kalvi membuatnya celaka. Belum saatnya ia mati muda, dengan menumpangi mobil ugal-ugalan itu.

“Kalvi, kamu jangan ugal-ugalan begini dong. Aku takut.” Migy terlihat cemas sekali, hingga ia berpegangan sekuat mungkin.

Kalvi menoleh. “Nggak usah takut. Aku ada di sini, kita tidak akan kenapa-kenapa, oke? Tutup saja matamu, nanti jika sudah sampai baru buka mata.”

Migy mengiyakan saran Kalvi. Perlahan ia menutup matanya. Dalam hati, ia tidak berhenti  merapalkan doa-doa agar terhindar dari bahaya.

Lima belas menit kemudian, mobil berhenti tepat di sebuah tempat yang begitu indah. Di depan mereka terlihat bentangan kebun teh yang luas dan subur. Sangat segar dan dingin, bahkan kabut menyelimuti tempat tersebut.

Migy membuka kaca mobil, dan udara sejuk masuk ke dalam pernapasannya. Sedikit bau segar aroma teh menyeruak ke penciumannya. Karena terlalu menikmati suasana, Migy tidak sadar jika Kalvi tengah memandangnya.

“Gimana? Kamu suka, kan?” Kalvi mencubit pipi Migy dengan gemas.

“Iya, aku turun, ya?” Migy melepas seat belt dan membuka pintu mobil.

Ia melangkah perlahan ke pinggiran kebun. Tak terasa ia merasa nyaman dengan suasana ini, dan dalam sekejap ia melupakan kekesalannya terhadap Kalvi.

Kalvi senang melihat cewek pujaannya menikmati kejutannya. Saat melihat sekeliling, Kalvi berjalan ke tempat penjual makanan dan minuman. Ia memesan minuman hangat untuk Migy dan beberapa jajanan ringan.

“Nih, minum dulu. Di sini dingin, jadi kita harus minum yang hangat-hangat biar tidak masuk angin.” Kalvi menyodorkan satu cup kopi latte.

“Terima kasih, “Migy menerima minuman itu dengan tersenyum.

Entah kenapa, melihat kepedulian Kalvi, mendadak ia merasa nyaman.

“Kamu senang nggak di sini?” tanya Kalvi.

Migy mengangguk. “Suka banget malahan.”

Eh, tumben nih si preman mesum bicara aku, kamu. Tiba-tiba Migy menyadari panggilan Kalvi yang lembut, biasanya si mesum itu selalu ngomong kasar.


Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status