"Mama juga akan segera mengurus pernikahan kalian. Linda sudah terlalu lama menunggu untuk kamu nikahi David. Kalau bukan Linda yang menjadi kekasihmu, mungkin kamu sudah ditinggal pergi. Tapi, lihatlah dia masih setia."
Lagi, kalimat itu terdengar.Kehamilan membuat Laura semakin sensitif.Hatinya begitu sakit seperti ada tangan tak kasat mata yang meremasnya dengan kencang saat mendengar kenyataan pahit bahwa David sudah memiliki kekasih.Tanpa bisa dicegah, air mata gadis itu luruh. Disandarkan tubuhnya di dinding agar kakinya tetap berpijak."Tega sekali dia membodohiku begini," lirihnya pedih.Berusaha kuat, Laura berjalan menuju keluar rumah."Nona, Anda kenapa menangis?" tanya pengawal David yang melihat Laura hendak keluar rumah.Laura menghapus jejak air mata yang membasahi wajahnya. "Tidak apa Pak, saya lupa mau mengerjakan tugas kelompok. Saya pergi dulu," pamitnya.Ia berjalan sambil meratapi nasibnya, sampai akhirnya dia melihat ada taman di seberang jalan, dan Laura pun memilih untuk berteduh di sana.Untungnya, ada sebuah bangku kosong yang bisa Laura duduki."Mama janji akan merawatmu, Sayang. Mama janji akan selalu ada untuk kalian berdua. Ini semua salah Mama yang percaya pada omong kosong Papa kalian. Dan sekarang Mama harus berjuang seorang diri," ucapnya.Laura merasa kalau Tuhan tak menyayanginya. Cobaan datang bertubi-tubi.Di sisi lain, David masih berusaha menolak pertunangan ini. Dia sudah jatuh cinta pada Laura. Hanya Laura yang ada di dalam hatinya."Ma, biarkan David menentukan sendiri kehidupan David, jangan semua di bawah kendali Mama. David sudah besar Ma," ucapnya.Namun, Monica menggeleng. Wajahnya bahkan mengeras. "Mama berhak atas hidupmu David, dan Mama hanya mau kamu menikah dengan Linda. Sekarang kalian bersiaplah kita akan segera ke butik teman Mama untuk fitting pakaian yang akan kalian gunakan minggu depan," balasnya cepat."Tapi, David belum siap nikah Ma," tolak David.Sebenarnya, pria itu berbohong.Kalau wanitanya adalah Laura, tanpa diminta pun, David pasti akan mau menikah secepatnya. Bila perlu hari ini juga.Rasa yang dulu sebatas menganggap Laura sebagai keponakannya kini sudah hilang dan berganti menjadi rasa cinta pada lawan jenis.Mengetahui pikiran putranya, Monica mengepalkan tangan keras. "Ingat usiamu David?" ."Pokoknya, kamu harus menikah dengan Rosalinda. Apapun alasannya, Mama tetap hanya merestuimu untuk menikah dengan Rosalinda. Mama akan beri waktu tiga bulan untuk kamu menyiapkan hati menuju pelaminan. Namun, pertunanganmu tetap harus dilaksanakan minggu depan!" tambah Monica tak terbantahkan."Ma!" protes David cepat."Apa kamu mau Mama majukan pernikahan kalian jadi minggu depan, huh?"Kali ini, ancaman Monica tak main-main.Dia hanya mau menyelamatkan David dari bujuk rayu Laura. Monica tak sudi memiliki menantu miskin seperti itu.Membayangkan saja, sudah membuat Monica bergidik ngeri.Di sisi lain, David terdiam.Ia sadar Monica serius."Untung saja, Laura tak ada di rumah. Tak bisa kubayangkan kalau dia mengetahui berita ini. Aku akan berusaha memberi penjelasan padanya nanti." David membatin sebelum dirinya mengangguk dengan berat hati.Monica tersenyum puas.Dengan cepat, ia meminta David dan Linda fitting di butik langganannya.Tak memiliki alasan untuk menolak, keduanya pun pergi ke Butik bridal yang sudah terkenal di West Country itu.Sudah banyak hasil desainnya digunakan oleh para artis papan atas. Pas sekali untuk super model seperti Linda.Setelah kepergian David bersama keluarga kekasihnya, kini tinggallah Monica di rumah mewah itu. Ia harus membuat perhitungan dengan Laura.Wanita itu pun langsung mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi orang kepercayaannya yang tadi membuntuti Laura.[Halo, Nyonya.] sapa suara di seberang telepon.[Bagaimana hasil penyelidikanmu hari ini?] tanya Monica.[Ternyata benar dugaan nyonya. Laura sedang hamil, saya sudah mencari buktinya dan dokter yang memeriksanya tadi mengatakan kalau saat ini Laura mengandung bayi kembar.] ucapnya memberi penjelasan."Brengsek dia sengaja membiarkan dirinya hamil untuk menjadi istrinya David! Aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi! Tunggu saja kau Laura, apa yang bisa aku lakukan untuk membuatmu menyesali tindakan licik dan kotormu ini!" murka Monica di dalam hati.[Di mana dia sekarang?] tanya Monica lagi.[Saat ini dia sedang berada di taman, sepertinya tadi ketika dia pulang ke rumah anda, dia mendengar pembicaraan anda dan keluarga dari calon istri Tuan David.][Bagus! Suruh dia pulang sekarang aku menunggunya di rumah.] ucapnya memberi perintah.Tak lama, wanita itu mematikan sambungan telepon secara sepihak. Dia sudah tidak sabar ingin melabrak Laura.Yang jelas, jangan sampai Laura lebih dulu menyampaikan kabar kehamilannya kepada putranya."Sampai kapanpun, David tidak boleh tahu kalau Laura dalam keadaan hamil," janjinya dalam hati.****"Selamat siang Non," sapa sang kepala pelayan yang menyambut Laura kala tiba di kediaman mewah milik David tepat pukul 14.00 waktu setempa.Meski langkahnya gontai, Laura tetap memaksakan senyumnya. "Selamat siang juga, Bik. Maaf bila Laura tak bisa membantu mengerjakan tugas rumah, Laura ada tugas kelompok," ucapnya bohong."Tidak apa Non," jawab sang kepala pelayan."Ya sudah Laura ke kamar dulu ya bik," pamitnya. Sang kepala pelayan hanya menjawab dengan anggukan lemah.Ceklek!Laura membuka pintu kamar yang dia tempati.Namun, ia kaget dengan suara bentakan Monica dari belakang. "Dari mana saja kamu gadis bodoh!"Tatapa tajamnya seolah menguliti Laura."Sa–saya baru pulang dari kampus Nyonya," jawab Laura gugup.Debaran jantungnya menggila di dalam sana.Menyadari itu, Monica tertawa terbahak-bahak. "Dari kampus? Bukankah kamu tak ada jadwal kuliah hari ini!"Ia menunjuk ke arah jadwal yang terpasang di meja belajar Laura."Ma–maafkan saya Nyonya," jawab Laura terbata.Monica lantas mendekati Laura, lalu berdiri di depannya. "Kamu sedang hamil kan?" sinisnya."Dan kamu berniat memberitahukan David sola kehamilanmu, kan?"Mata Laura membulat sempurna mendengar kalimat yang meluncur dari mulut wanita paruh baya di depannya.Ia membeku di tempat.Bagaimana mungkin wanita ini bisa mengetahui soal kehamilannya?Tunggu, apa jangan-jangan David mengetahui soal dirinya yang tengah berbadan dua?Kalau iya, kenapa pria itu tadi membicarakan pertunangannya dengan Linda?Laura tak kuasa menahan sesak di dalam dada."Apa kamu sengaja menjebak David agar bisa menjadi menantu di rumah ini?" fitnah Monica menyadarkan Laura dari lamunan.Menarik napas panjang, Laura akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. "Itu tidak benar Nyonya," jawabnya.Pembelaan diri itu jelas membuat Monica tak senang. "Lalu bagaimana bisa kamu tidur dengan lelaki yang lebih pantas menjadi Ayahmu? David itu hanya menganggapmu sebagai sampah!" bohongnya, "ia punya kekasih seorang super model internasional. Mereka sudah lima tahun berpacaran! Kamu pikir akan ada yang percaya kalau David menyukaimu, hah?"Semakin Laura mencoba menahan tangisnya, dadanya semakin sesak.Sementara itu, Monica mendekati Laura. Ia seketika menjambak keras rambut gadis itu. "Kalau kamu mau tetap anakmu lahir ke dunia, jangan pernah memberitahu David kalau sedang hamil. Setelah pertunangan David selesai, kamu harus pergi dari rumah ini, sebab aku mau kamu menjadi pekayan saat pertunangan David digelar!" ucapnya penuh penekanan.Ia lalu pergi meninggalkan Laura yang meringis kesakitan.“Alex,” sapa Laura.Laura dan si kembar terkejut melihat Alex di rumahnya tanpa memberitahu kalau pria itu akan datang.“Papa Alex.”Si kembar berlari dan memeluk Alex yang sudah berjongkok sambil merentangkan tangannya. “Kangen Papa tauuuk,” Dita mulai memanyunkan bibirnya.Sudah lama rasanya Alex tak pernah mengunjungi keduanya membuat Dita dan Dika sangat merindukan pria tersebut.Mereka bercengkrama sebentar sembari menunggu Laura berganti pakaian. Setelah sang mama kembali dengan pakaian rumahan Laura meminta Dita dan Dika untuk tidur siang.“Janji ya Papa Alex jangan pulang dulu,” pinta Dika.“Iya janji. Papa Alex mau nginep kok di sini,” sahut Alex.“Benarkah Papa?”Dita sangat bahagia, mereka benar-benar merindukan pria tersebut.“Benar dong sayang.”Laura pun meminta kedua anaknya naik ke lantai atas, karena jam tidur siang sudah lewat.Laura mengajak Alex menuju ruang keluarga setelah meminta pelayan untuk menyiapkan minuman untuk mereka.“Kamu kenapa Lex?” tanya Laura.Ale
“Bi, saya titip mereka berdua ya.”Laura berujar pada sang kepala pelayan, dia memutuskan untuk menjemput kedua anaknya dan membawa mereka makan di restoran bersama sang papa seperti yang barusan David bilang melalui pesan singkat.David sudah membatalkan semua kegiatannya hari ini karena biar bagaimanapun dia kepikiran atas masalah Joe, pria yang selama ini selalu pasang badan untuk David.David merasa sangat bersalah karena secara tidak langsung kembali melukai perasaan Joe dengan mengingat pria itu tentang anak tak berdosa yang ada di rahim Riana.“Baik Nyonya. Anda membawa mobil sendiri?” tanya sang pelayan.“Tidak Bi, nanti dijemput sopirnya anak-anak. Oh iya kami makan siang di luar ya Bi.”Laura tidak ingin pelayan di rumahnya sibuk menyiapkan makanan sedang dirinya akan memilih untuk makan di restoran langganan Dita dan Dika.“Baik Nyonya,” jawabnya Lagi.Laura pun berpamitan untuk segera bersiap-siap. hatinya lelah dengan masalah yang ada belum lagi dia harus bicara banyak de
Laura mendekati Riana dan duduk di sampingnya. Dia memeluk Riana sambil ikut menangis mengabaikan Joe yang darahnya masih bercucuran.Mental Riana lebih penting dari pada luka di dahi Joe terlebih Riana dalam keadaan hamil yang moodnya sudah pasti naik turun.Laura tahu Riana sangat terkejut mengetahui rahasia besar ini tapi sekali lagi Laura sangat mendukung pola pikir Joe yang tak peduli anak siapa dalam rahim Riana karena dia tulus mencintai wanita ini sejak mereka masih kuliah dulu.“Maafkan Papanya anak-anak sudah melukaimu,” ucap Laura tulus setelah mengurai pelukannya.Riana masih menangis karena tak tahu aibnya ternyata sudah diketahui oleh Joe dan David, tapi tetap saja dia tak rela berbagi suami dengan wanita lain.Lalu pelayan masuk ke dalam kamar itu untuk meminta Joe ke ruang tamu karena dokter sudah datang. Sebagian pelayan datang membersihkan pecahan kaca, laura memberikan susu ibu hamil untuk Riana yang barusan kembali dibawakan sang kepala pelayan.Setelah ruangan it
“Sayang, di mana Natali dan Riana?” tanya David.Saat ini waktu sudah menunjukan pukul 07.00 waktu setempat David bersama kedua anak kembarnya sedang bersiap untuk sarapan.“Natali sudah pulang sayang, dia ada interview di kampusnya kalau Riana masih di kamar nanti biar aku bawakan sarapan ke kamarnya sambil mau ngobrol sebentar dengan dia.”Laura sangat mengerti situasi saat ini, siapapun di posisi Riana pasti sangat terpukul terlebih dia dalam keadaan hamil. Berbeda halnya dengan Margareth yang sudah melewati rasa sakit itu dan mulai berdamai dengan keadaan.“Jadi si kembar diantar siapa ke sekolah?” tanya Dita.Kemarin sebelum sang mama pergi sempat berjanji kalau hari ini mengantarkan kedua anak menggemaskan versi Dita dan Dika itu ke sekolah.Laura yang menyadarinya pun tersenyum, “kalian berangkat sama sopir dulu ya. Nanti Mama usahain jemput sepulang sekolah,” jawab Laura.“Hmmmmmm.” Dita hanya berdehem sambil mencebik. Sudah diduga pasti akan begini jadinya.“Nanti Papa yang
“Kamu tanggung jawab sayang aku takut lihat Joe marah.”David berbisik sembari memilih berdiri di belakang tubuh istrinya. Bernia untuk sembunyi tapi tingginya menjulang akan tampak jelas saat berdiri di belakang tubuh Laura yang mungil.“Ih, kamu apaan sih sayang aku juga takutlah kalau begini. Mereka mode galak. Ya ampun mimpi apa aku semalam harus terbongkar cepat seperti ini?”David enggan menimpali ucapan istrinya, ketika Laura yang memilih berdiri di belakangnya, David pun mengulang hal yang sama sampai membuat Joe makin kesal.“Berhentiiiiiii!” teriak Joe.Wajahnya memerah ditambah pengaruh minuman keras membuatnya kehilangan setengah kesadarannya.“Dan kamu!” Riana membentak suaminya dan berjalan mendekati suaminya.Plak PlakDua kali tamparan mendarat di wajah tampan Joe. Cukup keras hingga David yang mendengar tamparan itu sampai meringis.“Sejak kapan kamu mulai menyimpan rahasia dariku huh? Apa kamu bisa bayangkan hancurnya perasaanku hu, aaaarrrrggggggh!”Riana menjambak
“Jangan pernah menyebar berita yang tidak benar!” seru Natali kesal.Menyesal rasanya mengajak Riana pergi ke salon yang berujung bertemu dengan wanita sialan ini. Sejak dulu Ryan sempat meminta atali untuk akrab dengan Angel demi menghormati Laura, tapi kata hatinya tak pernah salah jika wanita ini tak layak disebut teman.Angel tertawa kecil, “coba saja minta klarifikasi dari Pak Joe. Saya sih dapat infonya begitu, pasalnya dulu sebelum Nona datang si kembar gencar menjodohkan Margareth dengan Pa Joe dan keduanya sangat dekat.”Tangan Riana mengepal di kedua sisi tubuhnya dia tak terima mendengar cerita yang bahkan Joe tak pernah menceritakan padanya soal hubungannya dulu dengan Margareth. Akan tetapi tak baik bila dia membuat kegaduhan dan meluapkan emosinya di tempat umum seperti ini. Natali yang menyadari itu pun berusaha untuk membuat Angel terlihat membual.“Kamu ada masalah apa ya dengan kami? Kami tak sekalipun pernah mengusik hidupmu apalagi sebenarnya kami tahu niatmu bek