Share

Bab 6

"Mama juga akan segera mengurus pernikahan kalian. Linda sudah terlalu lama menunggu untuk kamu nikahi David. Kalau bukan Linda yang menjadi kekasihmu, mungkin kamu sudah ditinggal pergi. Tapi, lihatlah dia masih setia."

Lagi, kalimat itu terdengar.

Kehamilan membuat Laura semakin sensitif.

Hatinya begitu sakit seperti ada tangan tak kasat mata yang meremasnya dengan kencang saat mendengar kenyataan pahit bahwa David sudah memiliki kekasih.

Tanpa bisa dicegah, air mata gadis itu luruh. Disandarkan tubuhnya di dinding agar kakinya tetap berpijak.

"Tega sekali dia membodohiku begini," lirihnya pedih.

Berusaha kuat, Laura berjalan menuju keluar rumah.

"Nona, Anda kenapa menangis?" tanya pengawal David yang melihat Laura hendak keluar rumah.

Laura menghapus jejak air mata yang membasahi wajahnya. "Tidak apa Pak, saya lupa mau mengerjakan tugas kelompok. Saya pergi dulu," pamitnya.

Ia berjalan sambil meratapi nasibnya, sampai akhirnya dia melihat ada taman di seberang jalan, dan Laura pun memilih untuk berteduh di sana.

Untungnya, ada sebuah bangku kosong yang bisa Laura duduki.

"Mama janji akan merawatmu, Sayang. Mama janji akan selalu ada untuk kalian berdua. Ini semua salah Mama yang percaya pada omong kosong Papa kalian. Dan sekarang Mama harus berjuang seorang diri," ucapnya.

Laura merasa kalau Tuhan tak menyayanginya. Cobaan datang bertubi-tubi.

Di sisi lain, David masih berusaha menolak pertunangan ini. Dia sudah jatuh cinta pada Laura. Hanya Laura yang ada di dalam hatinya.

"Ma, biarkan David menentukan sendiri kehidupan David, jangan semua di bawah kendali Mama. David sudah besar Ma," ucapnya.

Namun, Monica menggeleng. Wajahnya bahkan mengeras. "Mama berhak atas hidupmu David, dan Mama hanya mau kamu menikah dengan Linda. Sekarang kalian bersiaplah kita akan segera ke butik teman Mama untuk fitting pakaian yang akan kalian gunakan minggu depan," balasnya cepat.

"Tapi, David belum siap nikah Ma," tolak David.

Sebenarnya, pria itu berbohong.

Kalau wanitanya adalah Laura, tanpa diminta pun, David pasti akan mau menikah secepatnya. Bila perlu hari ini juga.

Rasa yang dulu sebatas menganggap Laura sebagai keponakannya kini sudah hilang dan berganti menjadi rasa cinta pada lawan jenis.

Mengetahui pikiran putranya, Monica mengepalkan tangan keras. "Ingat usiamu David?" .

"Pokoknya, kamu harus menikah dengan Rosalinda. Apapun alasannya, Mama tetap hanya merestuimu untuk menikah dengan Rosalinda. Mama akan beri waktu tiga bulan untuk kamu menyiapkan hati menuju pelaminan. Namun, pertunanganmu tetap harus dilaksanakan minggu depan!" tambah Monica tak terbantahkan.

"Ma!" protes David cepat.

"Apa kamu mau Mama majukan pernikahan kalian jadi minggu depan, huh?"

Kali ini, ancaman Monica tak main-main.

Dia hanya mau menyelamatkan David dari bujuk rayu Laura. Monica tak sudi memiliki menantu miskin seperti itu.

Membayangkan saja, sudah membuat Monica bergidik ngeri.

Di sisi lain, David terdiam.

Ia sadar Monica serius.

"Untung saja, Laura tak ada di rumah. Tak bisa kubayangkan kalau dia mengetahui berita ini. Aku akan berusaha memberi penjelasan padanya nanti." David membatin sebelum dirinya mengangguk dengan berat hati.

Monica tersenyum puas.

Dengan cepat, ia meminta David dan Linda fitting di butik langganannya.

Tak memiliki alasan untuk menolak, keduanya pun pergi ke Butik bridal yang sudah terkenal di West Country itu.

Sudah banyak hasil desainnya digunakan oleh para artis papan atas. Pas sekali untuk super model seperti Linda.

Setelah kepergian David bersama keluarga kekasihnya, kini tinggallah Monica di rumah mewah itu. Ia harus membuat perhitungan dengan Laura.

Wanita itu pun langsung mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi orang kepercayaannya yang tadi membuntuti Laura.

[Halo, Nyonya.] sapa suara di seberang telepon.

[Bagaimana hasil penyelidikanmu hari ini?] tanya Monica.

[Ternyata benar dugaan nyonya. Laura sedang hamil, saya sudah mencari buktinya dan dokter yang memeriksanya tadi mengatakan kalau saat ini Laura mengandung bayi kembar.] ucapnya memberi penjelasan.

"Brengsek dia sengaja membiarkan dirinya hamil untuk menjadi istrinya David! Aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi! Tunggu saja kau Laura, apa yang bisa aku lakukan untuk membuatmu menyesali tindakan licik dan kotormu ini!" murka Monica di dalam hati.

[Di mana dia sekarang?] tanya Monica lagi.

[Saat ini dia sedang berada di taman, sepertinya tadi ketika dia pulang ke rumah anda, dia mendengar pembicaraan anda dan keluarga dari calon istri Tuan David.]

[Bagus! Suruh dia pulang sekarang aku menunggunya di rumah.] ucapnya memberi perintah.

Tak lama, wanita itu mematikan sambungan telepon secara sepihak. Dia sudah tidak sabar ingin melabrak Laura.

Yang jelas, jangan sampai Laura lebih dulu menyampaikan kabar kehamilannya kepada putranya.

"Sampai kapanpun, David tidak boleh tahu kalau Laura dalam keadaan hamil," janjinya dalam hati.

****

"Selamat siang Non," sapa sang kepala pelayan yang menyambut Laura kala tiba di kediaman mewah milik David tepat pukul 14.00 waktu setempa.

Meski langkahnya gontai, Laura tetap memaksakan senyumnya. "Selamat siang juga, Bik. Maaf bila Laura tak bisa membantu mengerjakan tugas rumah, Laura ada tugas kelompok," ucapnya bohong.

"Tidak apa Non," jawab sang kepala pelayan.

"Ya sudah Laura ke kamar dulu ya bik," pamitnya. Sang kepala pelayan hanya menjawab dengan anggukan lemah.

Ceklek!

Laura membuka pintu kamar yang dia tempati.

Namun, ia kaget dengan suara bentakan Monica dari belakang. "Dari mana saja kamu gadis bodoh!"

Tatapa tajamnya seolah menguliti Laura.

"Sa–saya baru pulang dari kampus Nyonya," jawab Laura gugup.

Debaran jantungnya menggila di dalam sana.

Menyadari itu, Monica tertawa terbahak-bahak. "Dari kampus? Bukankah kamu tak ada jadwal kuliah hari ini!"

Ia menunjuk ke arah jadwal yang terpasang di meja belajar Laura.

"Ma–maafkan saya Nyonya," jawab Laura terbata.

Monica lantas mendekati Laura, lalu berdiri di depannya. "Kamu sedang hamil kan?" sinisnya.

"Dan kamu berniat memberitahukan David sola kehamilanmu, kan?"

Mata Laura membulat sempurna mendengar kalimat yang meluncur dari mulut wanita paruh baya di depannya.

Ia membeku di tempat.

Bagaimana mungkin wanita ini bisa mengetahui soal kehamilannya?

Tunggu, apa jangan-jangan David mengetahui soal dirinya yang tengah berbadan dua?

Kalau iya, kenapa pria itu tadi membicarakan pertunangannya dengan Linda?

Laura tak kuasa menahan sesak di dalam dada.

"Apa kamu sengaja menjebak David agar bisa menjadi menantu di rumah ini?" fitnah Monica menyadarkan Laura dari lamunan.

Menarik napas panjang, Laura akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. "Itu tidak benar Nyonya," jawabnya.

Pembelaan diri itu jelas membuat Monica tak senang. "Lalu bagaimana bisa kamu tidur dengan lelaki yang lebih pantas menjadi Ayahmu? David itu hanya menganggapmu sebagai sampah!" bohongnya, "ia punya kekasih seorang super model internasional. Mereka sudah lima tahun berpacaran! Kamu pikir akan ada yang percaya kalau David menyukaimu, hah?"

Semakin Laura mencoba menahan tangisnya, dadanya semakin sesak.

Sementara itu, Monica mendekati Laura. Ia seketika menjambak keras rambut gadis itu. "Kalau kamu mau tetap anakmu lahir ke dunia, jangan pernah memberitahu David kalau sedang hamil. Setelah pertunangan David selesai, kamu harus pergi dari rumah ini, sebab aku mau kamu menjadi pekayan saat pertunangan David digelar!" ucapnya penuh penekanan.

Ia lalu pergi meninggalkan Laura yang meringis kesakitan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chy Doang
Kejem kli loe Monica
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status