Share

Bab 5

Hari berganti minggu.

Minggu berganti bulan.

Hubungan Laura dan David semakin baik.

Pria itu memperlakukan Laura bak permaisurinya.

Segala hal tentang Laura adalah prioritasnya.

Laura pun sudah mengubah panggilannya menjadi sayang–bila mereka hanya berdua saja.

Bahkan, mereka punya cincin yang sama yang sengaja ditaruh di dalam dompet masing-masing.

David juga membeli kalung emas putih yang liontin itu bila disatukan akan membentuk tanda jantung dan di dalamnya terukir nama mereka berdua.

Liontin itu pasangannya dan tidak bisa dipasangkan dengan liontin lain yang sejenis.

Tepat pukul 22.00 waktu New Capitol, David tiba di kediamannya.

Ia langsung mencari Laura.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Laura ada di dapur sedang mengambil air minum.

"Sayaaaaaang," panggil David pelan sambil memeluk Laura dari belakang. Sontak Laura kaget dan menjauhkan tubuhnya dari David.

"Kalau ada yang lihat bagaimana?" tanya Laura berbisik.

"Mama pasti sudah di dalam kamar sayang, pelayan juga sudah istirahat. Tenang saja sayang. Tapi aku sudah tidak sabar mau menjadikanmu nyonya di rumah ini," ucap David.

Cup!

Laura mengecup pipi David, lalu berlarian menuju ke dalam kamarnya.

"Hey jangan lari sayang." ucap pria itu mengejar Laura menuju ke dalam kamarnya.

Sepasang mata menatap mereka dari lantai dua.

Ya, dia adalah Monica.

Wanita itu mendengar dengan jelas kalau Laura memanggil David dengan sebutan sayang.

"Lancang sekali David berhubungan dengan wanita miskin itu! Sampai matipun, aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Hanya Linda yang pantas menjadi menantu di rumah ini. Aku harus berbuat sesuatu untuk segera menyingkirkannya dari rumah ini," gumam Monica.

Lama dia menunggu, David tak kunjung naik ke lantai atas, sampai akhirnya Monica memutuskan untuk turun ke lantai bawah, mencari tahu apa yang dikerjakan sang anak di dalam kamar Laura.

Monica berjalan pelan agar langkahnya tak terdengar oleh siapapun. Setelah tiba di depan kamar Laura dia dikejutkan oleh suara desahan dari dalam kamar itu.

Rupanya David lupa menutup rapat pintu kamar Laura. Tangan Monica mengepal semakin lama desahan itu semakin keras dan di tahu apa yang terjadi di dalam sana.

"Sayang, aku mencintaimu." bisik David sambil menghentak tubuh Laura semakin cepat. Tak lama, terdengar suara erangan panjang menandakan David sudah ada di puncaknya surga dunia.

Menyadari itu, Laura seketika panik. "Bagaimana kalau nanti aku hamil? Kita melakukannya tak pernah menggunakan pengaman," ucapnya penuh rasa khawatir.

David mengecup kening Laura. "Justru bagus sayang, agar kita segera punya alasan untuk menikah," jawab David.

"Bagaimana kalau tante tidak setuju?" tanya Laura lagi.

"Mama pasti setuju," sahutnya membuat Laura ikut yakin sang calon mertua akan merestui hubungan dirinya dan David. Laura pun hanya mengangguk pasrah.

Keduanya lagi-lagi tak menyadari bahwa Monica mendengar percakapan mereka.

Seringai licik terbit di wajahnya. "Jangan mimpi kamu menjadi menantu di rumah ini. Sebentar lagi aku akan membuatmu menjadi gelandangan di jalan tanpa sepengetahuan David!" murka Monica.

Tak lama, wanita itu tersenyum karena yakin rencananya untuk memisahkan Laura dengan David akan berhasil.

***

Dua hari berikutnya David berpamitan untuk melakukan perjalan bisnis ke Lion Country. Sayangnya, Laura sedang sibuk-sibuknya kuliah. Jadi, niat David mengajaknya sekalian jalan-jalan di sana terpaksa diurungkan.

"Jaga diri baik-baik ya sayang," bisik David pada wanita yang sangat dia cintai.

"Kamu juga ya sayang. Jaga mata dan hati hanya untuk aku. Ingat aku menunggu hubungan kita segera diresmikan," jawab Laura.

Cup!

David mengecup kening Laura sangat dalam dan penuh kasih sayang. "Pasti dong sayang. Aku pamitnya."

Laura pun mengangguk sebagai jawaban. Tak lama, David pun keluar dari dalam kamar Laura, lalu menuju ke halaman depan, sebab sopir sudah menunggunya di sana.

Setelah kepergian David Laura melihat jam di dinding.

Berhubung dia ada kuliah siang hari, maka pagi harinya akan dia gunakan untuk menjadi pelayan.

Laura mengambil perlengkapan kebersihan. Dia mulai dari taman belakang di rumah itu. Laura diminta untuk merawat tanaman milik Monica.

"Jangan pernah berani berpikir untuk menjadi Nyonya muda di rumah ini!"

Deg!

Laura mengenal suara itu, tapi dari mana wanita ini bisa tahu hubungannya dengan David? Benaknya dipenuhi banyak pertanyaan. Hanya saja, Laura mencoba untuk memberanikan diri menatap Monica.

"Maaf, apa maksud Nyonya?" tanyanya pelan.

"Tanteeeeee!"

Belum sempat Monica menjawab pertanyaan Laura, fokus mereka sekarang teralihkan oleh suara wanita cantik dan seksi.

Kalau dibandingkan dengan Laura, jauh sekali. Gadis 21 tahun itu lebih pantas menjadi pelayannya.

"Linda Sayang, kamu cantik sekali. Tante sangat merindukanmu," ucap Monica.

"Aku juga sangat merindukan tante. Oh iya apa David ada di rumah Tante?" tanya Linda.

Mendengar nama paman angkat sekaligus kekasihnya dari bibir wanita itu, jantung Laura memacu dua kali lipat lebih cepat dari biasanya.

Entah kenapa dia tak nyaman mendengarnya menanyakan David.

"David baru saja pergi. Tapi hanya tiga hari saja kok sayang. Ayo kita masuk dulu, Tante mau bicara banyak denganmu," ajak Monica. Namun, sebelum melangkah lebih jauh, wanita menoleh ke arah Laura, "Tolong buatkan minuman untuk Linda," perintahnya.

"Baik, Nyonya," jawab Laura.

Mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah. Tampaknya, sebagian pelayan sudah mengenal Linda yang terobsesi pada David dan mendapat dukungan dari sang nyonya rumah.

Terbukti, saat Laura di dapur hendak membuatkan minuman wanita cantik itu, dia mendengar percakapan sang kepala pelayan dengan pelayan lainnya.

"Nona Rosalinda semakin hari semakin cantik saja ya Bik, mana seorang supermodel International."

"Betul! Beruntung sekali Tuan David dicintai olehnya."

Mendengar itu, ingin rasanya Laura berteriak marah dan memaki dirinya. Kenapa dia begitu bodoh tak mencari tahu soal David sebelumnya? Entah mengapa sulit membayangkan David akan memilihnya dibandingkan meninggalkan wanita cantik itu.

Tanpa sadar, air mata membasahi pipinya.

Sang kepala pelayan yang kebetulan di dekatnya pun menyadari itu. Pelan-pelan, ia berjalan mendekat Laura.

"Nona Laura, apa Anda baik-baik saja?" tanya sang kepala pelayan.

"iya, Bik. Hanya kurang enak badan saja."

Laura segera mengusap air matanya. Bersamaan dengan itu, anehnya, perut Laura bergejolak hebat.

Segera, perempuan itu berlari menuju ke dalam kamar dan memuntahkan semua isi perutnya.

"Nona, apa Anda baik-baik saja?" tanya pelayan lain yang menyusul Laura ke dalam kamarnya.

Laura mengangguk lemah, tenaganya terkuras habis. "Bik boleh tolong bawakan minumannya untuk tamunya Nyonya Monica?" pintanya.

Laura pikir ia butuh istirahat.

Sayangnya, keadaannya tak kunjung membaik meski beberapa hari berlalu.

Oleh sebab itu, ia memberanikan diri untuk mengecek sesuatu ke rumah sakit.

Perasaannya campur aduk kala mendapatkan hasil mengenai kondisinya saat ini. Laura hamil!

Meski ragu dengan apa yang harus ia lakukan, Laura pun langsung memutuskan untuk kembali ke rumah mewah milik David.

Kebetulan, David mengabarkan bahwa ia sudah selesai melakukan perjalanan bisinis dan tiba di kediamannya sekitar 1 jam yang lalu.

Laura semakin tidak sabar untuk segera memberitahu David mengenai hasil USG yang ada di tangannya.

"Semoga Papamu senang mendengar berita ini, Sayang." gumamnya sambil memberi usapan lembut di atas perutnya.

Hanya saja, begitu tiba di kediaman mewah itu, Laura sedikit heran karena ada tiga mobil lain yang terparkir di halaman depan kediaman milik David.

Namun, ia meyakinkan diri dan melangkah masuk kembali. Sayangnya, begitu tiba di depan pintu utama Laura mendengar percakapan yang menyayat hati.

"Jadi, sesuai kesepakatan kedua belah pihak keluarga, pertunangan David dan Linda akan dimajukan menjadi minggu depan."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chy Doang
Kasian kli loe Lauraᥬ...᭄ ᥬ...᭄
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status