Hari berganti minggu.
Minggu berganti bulan.Hubungan Laura dan David semakin baik.Pria itu memperlakukan Laura bak permaisurinya.Segala hal tentang Laura adalah prioritasnya.Laura pun sudah mengubah panggilannya menjadi sayang–bila mereka hanya berdua saja.Bahkan, mereka punya cincin yang sama yang sengaja ditaruh di dalam dompet masing-masing.David juga membeli kalung emas putih yang liontin itu bila disatukan akan membentuk tanda jantung dan di dalamnya terukir nama mereka berdua.Liontin itu pasangannya dan tidak bisa dipasangkan dengan liontin lain yang sejenis.Tepat pukul 22.00 waktu New Capitol, David tiba di kediamannya.Ia langsung mencari Laura.Pucuk dicinta ulam pun tiba. Laura ada di dapur sedang mengambil air minum."Sayaaaaaang," panggil David pelan sambil memeluk Laura dari belakang. Sontak Laura kaget dan menjauhkan tubuhnya dari David."Kalau ada yang lihat bagaimana?" tanya Laura berbisik."Mama pasti sudah di dalam kamar sayang, pelayan juga sudah istirahat. Tenang saja sayang. Tapi aku sudah tidak sabar mau menjadikanmu nyonya di rumah ini," ucap David.Cup!Laura mengecup pipi David, lalu berlarian menuju ke dalam kamarnya."Hey jangan lari sayang." ucap pria itu mengejar Laura menuju ke dalam kamarnya.Sepasang mata menatap mereka dari lantai dua.Ya, dia adalah Monica.Wanita itu mendengar dengan jelas kalau Laura memanggil David dengan sebutan sayang."Lancang sekali David berhubungan dengan wanita miskin itu! Sampai matipun, aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Hanya Linda yang pantas menjadi menantu di rumah ini. Aku harus berbuat sesuatu untuk segera menyingkirkannya dari rumah ini," gumam Monica.Lama dia menunggu, David tak kunjung naik ke lantai atas, sampai akhirnya Monica memutuskan untuk turun ke lantai bawah, mencari tahu apa yang dikerjakan sang anak di dalam kamar Laura.Monica berjalan pelan agar langkahnya tak terdengar oleh siapapun. Setelah tiba di depan kamar Laura dia dikejutkan oleh suara desahan dari dalam kamar itu.Rupanya David lupa menutup rapat pintu kamar Laura. Tangan Monica mengepal semakin lama desahan itu semakin keras dan di tahu apa yang terjadi di dalam sana."Sayang, aku mencintaimu." bisik David sambil menghentak tubuh Laura semakin cepat. Tak lama, terdengar suara erangan panjang menandakan David sudah ada di puncaknya surga dunia.Menyadari itu, Laura seketika panik. "Bagaimana kalau nanti aku hamil? Kita melakukannya tak pernah menggunakan pengaman," ucapnya penuh rasa khawatir.David mengecup kening Laura. "Justru bagus sayang, agar kita segera punya alasan untuk menikah," jawab David."Bagaimana kalau tante tidak setuju?" tanya Laura lagi."Mama pasti setuju," sahutnya membuat Laura ikut yakin sang calon mertua akan merestui hubungan dirinya dan David. Laura pun hanya mengangguk pasrah.Keduanya lagi-lagi tak menyadari bahwa Monica mendengar percakapan mereka.Seringai licik terbit di wajahnya. "Jangan mimpi kamu menjadi menantu di rumah ini. Sebentar lagi aku akan membuatmu menjadi gelandangan di jalan tanpa sepengetahuan David!" murka Monica.Tak lama, wanita itu tersenyum karena yakin rencananya untuk memisahkan Laura dengan David akan berhasil.***Dua hari berikutnya David berpamitan untuk melakukan perjalan bisnis ke Lion Country. Sayangnya, Laura sedang sibuk-sibuknya kuliah. Jadi, niat David mengajaknya sekalian jalan-jalan di sana terpaksa diurungkan."Jaga diri baik-baik ya sayang," bisik David pada wanita yang sangat dia cintai."Kamu juga ya sayang. Jaga mata dan hati hanya untuk aku. Ingat aku menunggu hubungan kita segera diresmikan," jawab Laura.Cup!David mengecup kening Laura sangat dalam dan penuh kasih sayang. "Pasti dong sayang. Aku pamitnya."Laura pun mengangguk sebagai jawaban. Tak lama, David pun keluar dari dalam kamar Laura, lalu menuju ke halaman depan, sebab sopir sudah menunggunya di sana.Setelah kepergian David Laura melihat jam di dinding.Berhubung dia ada kuliah siang hari, maka pagi harinya akan dia gunakan untuk menjadi pelayan.Laura mengambil perlengkapan kebersihan. Dia mulai dari taman belakang di rumah itu. Laura diminta untuk merawat tanaman milik Monica."Jangan pernah berani berpikir untuk menjadi Nyonya muda di rumah ini!"Deg!Laura mengenal suara itu, tapi dari mana wanita ini bisa tahu hubungannya dengan David? Benaknya dipenuhi banyak pertanyaan. Hanya saja, Laura mencoba untuk memberanikan diri menatap Monica."Maaf, apa maksud Nyonya?" tanyanya pelan."Tanteeeeee!"Belum sempat Monica menjawab pertanyaan Laura, fokus mereka sekarang teralihkan oleh suara wanita cantik dan seksi.Kalau dibandingkan dengan Laura, jauh sekali. Gadis 21 tahun itu lebih pantas menjadi pelayannya."Linda Sayang, kamu cantik sekali. Tante sangat merindukanmu," ucap Monica."Aku juga sangat merindukan tante. Oh iya apa David ada di rumah Tante?" tanya Linda.Mendengar nama paman angkat sekaligus kekasihnya dari bibir wanita itu, jantung Laura memacu dua kali lipat lebih cepat dari biasanya.Entah kenapa dia tak nyaman mendengarnya menanyakan David."David baru saja pergi. Tapi hanya tiga hari saja kok sayang. Ayo kita masuk dulu, Tante mau bicara banyak denganmu," ajak Monica. Namun, sebelum melangkah lebih jauh, wanita menoleh ke arah Laura, "Tolong buatkan minuman untuk Linda," perintahnya."Baik, Nyonya," jawab Laura.Mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah. Tampaknya, sebagian pelayan sudah mengenal Linda yang terobsesi pada David dan mendapat dukungan dari sang nyonya rumah.Terbukti, saat Laura di dapur hendak membuatkan minuman wanita cantik itu, dia mendengar percakapan sang kepala pelayan dengan pelayan lainnya."Nona Rosalinda semakin hari semakin cantik saja ya Bik, mana seorang supermodel International.""Betul! Beruntung sekali Tuan David dicintai olehnya."Mendengar itu, ingin rasanya Laura berteriak marah dan memaki dirinya. Kenapa dia begitu bodoh tak mencari tahu soal David sebelumnya? Entah mengapa sulit membayangkan David akan memilihnya dibandingkan meninggalkan wanita cantik itu.Tanpa sadar, air mata membasahi pipinya.Sang kepala pelayan yang kebetulan di dekatnya pun menyadari itu. Pelan-pelan, ia berjalan mendekat Laura."Nona Laura, apa Anda baik-baik saja?" tanya sang kepala pelayan."iya, Bik. Hanya kurang enak badan saja."Laura segera mengusap air matanya. Bersamaan dengan itu, anehnya, perut Laura bergejolak hebat.Segera, perempuan itu berlari menuju ke dalam kamar dan memuntahkan semua isi perutnya."Nona, apa Anda baik-baik saja?" tanya pelayan lain yang menyusul Laura ke dalam kamarnya.Laura mengangguk lemah, tenaganya terkuras habis. "Bik boleh tolong bawakan minumannya untuk tamunya Nyonya Monica?" pintanya.Laura pikir ia butuh istirahat.Sayangnya, keadaannya tak kunjung membaik meski beberapa hari berlalu.Oleh sebab itu, ia memberanikan diri untuk mengecek sesuatu ke rumah sakit.Perasaannya campur aduk kala mendapatkan hasil mengenai kondisinya saat ini. Laura hamil!Meski ragu dengan apa yang harus ia lakukan, Laura pun langsung memutuskan untuk kembali ke rumah mewah milik David.Kebetulan, David mengabarkan bahwa ia sudah selesai melakukan perjalanan bisinis dan tiba di kediamannya sekitar 1 jam yang lalu.Laura semakin tidak sabar untuk segera memberitahu David mengenai hasil USG yang ada di tangannya."Semoga Papamu senang mendengar berita ini, Sayang." gumamnya sambil memberi usapan lembut di atas perutnya.Hanya saja, begitu tiba di kediaman mewah itu, Laura sedikit heran karena ada tiga mobil lain yang terparkir di halaman depan kediaman milik David.Namun, ia meyakinkan diri dan melangkah masuk kembali. Sayangnya, begitu tiba di depan pintu utama Laura mendengar percakapan yang menyayat hati."Jadi, sesuai kesepakatan kedua belah pihak keluarga, pertunangan David dan Linda akan dimajukan menjadi minggu depan.""Mama juga akan segera mengurus pernikahan kalian. Linda sudah terlalu lama menunggu untuk kamu nikahi David. Kalau bukan Linda yang menjadi kekasihmu, mungkin kamu sudah ditinggal pergi. Tapi, lihatlah dia masih setia."Lagi, kalimat itu terdengar. Kehamilan membuat Laura semakin sensitif. Hatinya begitu sakit seperti ada tangan tak kasat mata yang meremasnya dengan kencang saat mendengar kenyataan pahit bahwa David sudah memiliki kekasih. Tanpa bisa dicegah, air mata gadis itu luruh. Disandarkan tubuhnya di dinding agar kakinya tetap berpijak. "Tega sekali dia membodohiku begini," lirihnya pedih.Berusaha kuat, Laura berjalan menuju keluar rumah. "Nona, Anda kenapa menangis?" tanya pengawal David yang melihat Laura hendak keluar rumah.Laura menghapus jejak air mata yang membasahi wajahnya. "Tidak apa Pak, saya lupa mau mengerjakan tugas kelompok. Saya pergi dulu," pamitnya. Ia berjalan sambil meratapi nasibnya, sampai akhirnya dia melihat ada taman di seberang jalan, dan Laura
"Di mana Laura?" tanya David pada sang kepala pelayan, saat baru menginjakan kaki di rumahnya."Apa-apaan sih kamu, Sayang? Masih ada aku, kamu sudah menanyakan wanita lain," sungut Linda kesal. Mendengar perdebatan keduanya, Monica mendekati anak dan calon menantu pilihannya. "Jangan khawatir, Linda. Laura itu cuma anak dari kakak angkatnya David dulu. Mana mungkin dia menyukai wanita lain. Percaya deh sama tante, David hanya mencintaimu sayang," ucap Monica. Linda hanya mengangguk. Sebenarnya, ia berpura-pura tidak mengetahui soal Laura. Padahal, ide pertunangan dadakan ini terjadi karena Monica sudah menceritakan pada Linda kalau David ada hubungan dengan anak ingusan itu.Ck! Membayangkannya saja, ia sudah kesal.Hanya saja, David terus berlalu--meninggalkan Linda."David! Mau kemana kamu, Nak?" teriak Monica seketika."Mandi," jawabnya ketus.Melihat itu, Monica menghela napas panjang."David jadi dingin banget, Tante," adu Linda tiba-tiba begitu mereka duduk di ruang keluarga.
"Jangan bercanda Laura, itu tidak akan pernah terjadi!" ucap David menahan emosi."Om, kita hanya pantas sebagai kerabat bukan pasangan. Laura mohon mengertilah, Om," pinta Laura."Mengerti katamu? Apa Kamu lupa malam panas yang selalu kita lewati bersama huh?" tanya David.Pria itu mendekati Laura lalu mencengkram keras kedu bahu Laura. "Apa kamu menganggap kebersamaan kita hanyalah angin lalu, huh?" Laura hanya menunduk. Ia begitu sakit hati dengan apa yang terjadi saat ini dalam hidupnya. Kenapa Tuhan harus mempertemukannya dengan David kalau akhirnya akan seperti ini?Bahkan sekarang, sudah ada dua benih di dalam rahimnya. Tapi, benih ini tidak akan pernah terlahir ke dunia apabila Laura mengatakan mengenai kehamilannya pada David.Laura tak ingin menambah dosanya lebih dalam lagi. Lebih baik kehilangan David daripada kehilangan anak tak berdosa ini karena dia Monica tidak main-main. Terlebih, wanita itu sejak awal sudah membencinya. Mungkin, mereka tak bisa bersama meski saling
"Saya tidak akan pernah menggugurkan anak ini, Tuan. Kalau kalian terus nekat mengancam saya, maka saya pun terpaksa memberi tahu Om David tentang semua ini." Laura akhirnya mengancam balik. Sebenarnya, dia lelah hidup dalam tekanan seperti ini. Jujur, Laura ingin pergi dengan calon anak-anaknya. Tapi, ke mana? Dia tak punya uang dan tak tahu siapa-siapa di negeri orang."Lancang kamu ya mau mengancam kami?" bentak Edward tiba-tiba. "Satu setengah miliar itu bukan jumlah yang sedikit! Kamu bisa pulang dan membangun duniamu di negara asalmu. Kamu bisa hidup mewah asal menggugurkan bayi itu!" ucapnya sekali lagi.Laura menatap tajam Edward. "Anda benar. Tapi, bayi dalam kandungan saya lebih berharga dari itu semua." "Brengsek!" maki Edward dengan rasa kesal. Tahu bahwa ia tak bisa menekan Laura, kekasih Monica itu lantas bergegas pergi dari sana. Diam-diam, Laura bernapas lega. "Tenang saja, Nak. Meski tak ada yang mengiginkanmu, tapi Mama akan mempertahankanmu, Sayang," janji ga
"Tuan, ini tidak seperti yang Anda lihat. Saya dan Alex hanya-"Belum selesai bicara, David sudah pergi.Alex ingin mengejar pria itu, tapi Laura berhasil mencegahnya."Aku mohon biarkan seperti ini. Aku ingin keluar dari rumah itu. Mungkin ini, sudah jalan Tuhan kami berpisah dengan cara seperti ini," ucap gadis itu pasrah.Hanya saja, matanya sudah kembali basah kala mengingat dua kata yang disematkan David untuknya sangat menyakiti Laura. Wanita murahan? Apa benar dirinya seperti itu sampai mau berhubungan badan tanpa ada ikatan pernikahan?Melihat keadaan Laura, Alex pun memeluk gadis itu. Dia sangat tulus menyayangi Laura yang begitu menyedihkan."Kamu harus kuat demi si kembar. Besok aku akan mencarikan rumah untuk mu di dekat kampus, agar kamu tak jauh juga bekerja. Kemarin aku melihat ada rumah yang disewakan di sana," ucap Alex, setelah mengurai pelukannya. "Terima kasih ya Alex, kamu sangat baik padaku. Aku janji kalau sudah gajian aku akan mengembalikan uangmu," sahut Lau
"Hanya ini satu-satunya cara aku pergi dari rumah itu. Sakit ini tak sebanding dengan ancaman Tante Monica yang akan menghilangkan nyawa cucunya sendiri. Aku harus kuat melewati ini," ucapnya menguatkan diri sendiri. Laura terdiam. Ia kembali mengingat kedua orang tuanya. Takdir begitu kejam mempermainkan hidupnya. Laura dibawa ke luar negeri hanya untuk disakiti. Tapi, Laura janji bahwa akan menjaga si kembar dengan baik,Ceklek!Pintu tiba-tiba terbuka. Alex yang baru tiba dirumah dibuat terkejut kala melihat Laura menangis. Matanya juga menangkap ke arah koper besar yang masih ada di dekat pintu.Seketika, pria itu tahu alasannya.Alec pun menghela napas panjang. Ditaruhnya makanan yang dibelinya tadi di atas meja tamu, lalu duduk di samping Laura. "Apa kamu ingin kembali ke rumah itu?" tanyanya.Laura menggeleng lemah. "Aku hanya belum terbiasa. Ke depannya, semua akan baik-baik saja," jawabnya."Kamu tak boleh egois hanya memikirkan keadaanmu saja, tapi kamu harus tetap memikirk
"Pecat dia sekarang!" bentaknya lagi, sampai menjadi pusat perhatian pengunjung lain."Maafkan karyawan kami Nyonya. Kami akan mengganti makanan anda, dengan yang baru," ucap sang manajer berusaha menenangkan Monica yang tampak murka.Sedangkan Laura, ia terlihat sangat ketakutan karenaapapun yang diucapkan wanita paruh baya ini pasti akan terjadi.Lalu, bagaimana nasibnya bila dirinya benar-benar dipecat? Bagaimana caranya bertahan hidup di negeri orang?Ataukah ini jalan agar dia kembali ke kampung halamannya? Tapi ... dia pun tak punya rumah lagi di sana akibat bencana alam dahsyat itu.Tak ada satu pun pertanyaan yang mampu Laura jawab. Ia merasa nasibnya sungguh tak mujur! Bahkan saat Laura sudah pergi dari kediaman Aditama, ia masih belum bisa lepas dengan para penguasa ini."Aku tak butuh makanan baru! Pecat dia sekarang, atau aku akan membawa masalah ini ke jalur hukum karena kalian sudah melakukan perbuatan tidak menyenangkan pada pelanggan!" serunya lagi."Tapi Nyonya, ini
"Jadi, ini alasan seorang David Aditama, pemilik perusahaan nomor satu di kota New Capitol mendadak menjadi galau?" Kalimat itu diucapkan oleh Joe dengan nada mengejek. Seketika mata David melotot ke arah sang sahabat.Joe tergelak. "Ternyata, cinta tak pandang usia dan asal usul! Yang katanya, hanya keponakan angkat berhasil mengacaukan hidup seorang CEO hebat sepertimu," ucapnya lagi."Bisa diam tidak?!" seru David kesal."Tidak! Karena ini sangat lucu. Kamu memiliki tunangan seorang Super Model Internasional dengan bayaran fantastis. Tinggi, cantik, berkelas dan cocok denganmu. Sorry, bila dibandingkan dengan Laura, mereka begitu jauh. Sekarang aku baru percaya cinta tak punya logika David," sambung Joe lagi.Pria itu masih saja terkekeh sendiri melihat kekacauan David karena Laura. David memeloti tajam Joe. "Sekali lagi kamu bicara, gajimu bulan ini dipotong lima puluh persen dan kamu tidak akan mendapatkan bonus apapun!" Bersamaan dengan ancaman maut David, Joe pun menutup rap