Share

6. Perhatian Palsu

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-27 17:14:34

Jordan tahu semua perhatian istrinya hanyalah bagian dari sebuah sandiwara. 

Dia melangkah ke kamar mandi, di mana uap panas beraroma lemon sudah mengepul dari bathtub. 

Ini adalah hal yang selalu disiapkan Olivia setiap hari. 

Dengan tenang, Jordan kembali ke kamar, mengambil masker dan sarung tangan lateks dari dalam tasnya.

Setelah memakainya, Jordan kembali ke kamar mandi. Dia memasukkan tangannya yang bersarung tangan ke dalam air hangat itu, memutar sumbatan pembuangan hingga bathtub kosong. Dia membilasnya dengan air bersih sebelum mengisinya kembali dengan air baru. 

Saat akhirnya berendam, matanya tertuju pada botol minyak esensial yang isinya tersisa setengah. Jordan mengambil botol itu dan menatapnya dengan dingin. 

Wanita itu benar-benar ingin dia mati. 

Permainan mematikan ini sudah berjalan selama setahun, dan selama itu pula Jordan harus terus waspada.

Minyak esensial yang dicampur dengan air dalam bathtub sebelumnya adalah salah satu rencana licik wanita itu. 

Bukan hanya itu, setiap kali Olivia membuat masakan kesukaan Jordan, dia akan menaruh sedikit racun supaya kesehatan Jordan memburuk secara perlahan tanpa menimbulkan kecurigaan.

Seperti malam ini, setelah Jordan duduk di depan meja makan, Olivia tak melewatkan kesempatan. Dengan raut wajah tanpa rasa bersalah itu, Olivia tersenyum manis sambil menaruh hidangan beracun yang dipersiapkan khusus untuk dirinya.

“Makan yang banyak. Aku tahu kamu sangat menyukai masakan laut dan tadi siang aku sengaja pergi ke pesisir untuk memilih sendiri lobster yang paling segar dan gemuk.”

Jordan tahu racunnya tidak ada dalam makanan yang juga dikonsumsi Olivia, melainkan dari piring Jordan yang dilapisi racun tanpa warna dan tanpa bau sehingga tidak meninggalkan jejak sedikit pun, membaur dengan makanan yang hanya ditelan Jordan.

Jordan memasukkan makanan ke dalam mulutnya tanpa ragu, membuat senyum di wajah Olivia semakin lebar.

Tetapi, setelah makan malam berakhir, dia lekas menuju ruang kerja. Begitu pintu terkunci di belakangnya, ekspresi tenangnya runtuh. Rasa sakit mulai menusuk dadanya dan napasnya menjadi berat.

Dengan gerakan cepat, dia membuka laci tersembunyi, mengambil sebotol pil, dan menelannya tanpa air.

Jordan bersandar di meja, memejamkan mata sambil menunggu efek penawar itu bekerja. Setelahnya napasnya kembali teratur, dia menatap ruangannya yang kosong. Tatapannya benar-benar dingin.

Menegakkan tubuh, tangannya yang sudah tidak gemetar terulur ke arah laci yang dikunci dengan sidik jari, kemudian mengambil dokumen yang berisi bukti-bukti kejahatan Olivia dan Mark, sepupunya.

Jika bukan karena tindakan ceroboh Mark, Jordan tidak akan mendapatkan informasi tentang mereka. Tentang fakta bahwa Olivia dan Mark sebenarnya adalah pasangan kekasih dan mereka berencana ingin melenyapkan dirinya.

Setelah kejadian malam itu, Jordan langsung berjaga-jaga. Dia telah terjebak satu kali, dia tidak boleh terjebak lagi. Namun, pasangan itu tidak pernah berhenti berusaha untuk menyingkirkan dirinya.

Sebelumnya, mereka sudah mencoba untuk membunuhnya dengan cepat. Mereka menyabotase rem mobilnya di jalan perbukitan, membuatnya nyaris jatuh ke jurang. Namun, rencana itu gagal.

Tidak berhenti disitu, mereka menyabotase lift pribadinya di kantor agar jatuh bebas. Mereka bahkan mencoba meledakkan jet pribadinya sebelum lepas landas. 

Semua usaha mereka untuk membuatnya terlihat seperti mengalami kecelakaan, tetapi selalu gagal.

Karena tiga kali gagal membunuhnya secara langsung, wanita itu mengubah taktiknya. Rupanya wanita itu berpikir, jika tidak bisa menghabisinya dalam sekejap, dia akan melakukannya secara perlahan. Maka, dimulailah perang racun ini, sebuah sandiwara yang sudah berjalan selama setahun terakhir.

Rahangnya mengeras saat menatap foto Olivia yang tersenyum di samping Mark. Kebencian berkilat di matanya.

Jordan tidak hanya ingin mengakhiri kejahatan mereka. Dia ingin menghancurkan mereka hingga tidak bersisa, membuat mereka membayar setiap detik penderitaan yang mereka lakukan padanya.

Saat jarinya menelusuri laporan toksikologi, ponsel di sakunya bergetar. Nama ‘Liam’ tertera di layar.

“Tuan, saya mendapat kabar lain lagi!” suara asistennya terdengar bersemangat di seberang telepon, benar-benar berbanding terbalik dengan atmosfer kelam di ruangan itu. “Menyusul berita kedatangan perwakilan Blackwood tadi, saya baru dapat konfirmasi bahwa perwakilan dari Aura Tech sampai di Veridian! Otak di balik teknologi Aura Tech yang kita incar selama ini! Keduanya di hari yang sama!”

Aura Tech, perusahaan teknologi rintisan yang sedang mulai berkembang akan membuka cabang di Veridian. 

Jordan meletakkan bukti-bukti kejahatan Olivia dan Mark sejenak. Pikirannya langsung berputar cepat.

Blackwood, keluarga taipan yang akhirnya berekspansi ke wilayahnya, dan Aura Tech. Keduanya adalah incaran utama para investor besar, dan Reed Group harus mendapatkan mereka.

Untuk sesaat, urusan bisnis yang krusial ini berhasil mengalihkan fokusnya dari pengkhianatan Olivia. Menjalin kerja sama dengan keduanya kini adalah prioritas utamanya.

“Fokus pada Aura Tech dulu,” perintah Jordan, suaranya tenang dan berkuasa. “Undang orang itu ke kantor. Besok siang,”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   8. Runtuh

    Setelah Luna mematikan sambungan telepon, Harvey segera bertanya, “Ada apa? Mengapa kamu menyebut nama Jordan?” Tadi, Harvey sempat mendengar Luna menyebut nama Jordan Reed dalam panggilannya bersama Clara.Luna masih terdiam dengan tatapan kosong. Maniknya bergerak gelisah.“Clara bilang, aku … harus bertemu dengannya … besok.”Harvey menghela napas. Dia bisa menebak jika perusahan Jordan ingin bekerja sama dengan Aura Tech. “Kamu tidak perlu memaksakan diri kalau tidak sanggup menghadapi pria itu, Luna. Mari kita kembali dan aku akan menjelaskan situasinya kepada Clara.”Luna menatap Harvey beberapa detik sebelum akhirnya menggeleng pelan. “Tidak. Aku akan melakukannya.”Clara sudah banyak membantu Luna selama ini, menerima dirinya dan menemaninya beradaptasi dengan keluarga kaya lama yang sangat berbeda dengan keluarganya di sini. Hanya karena ketakutan dan trauma masa lalunya, Luna harus berbalik pergi dari sini setelah semua yang sudah mereka lalui?Tidak. Luna tak mau mengecewak

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   7. Kebetulan Berulang

    “Lihat kamarku, Mama. Aku sudah menata kamarku dengan sempurna.” Bocah tiga tahun itu membusungkan dada dengan bangga. Menunjukkan kamarnya di apartemen baru yang disiapkan Clara untuk Luna telah ditata dengan sempurna. Buku-buku cerita anak pun berjejer rapi dalam rak. Berbagai mainan dipajang di lemari, bederetan sejajar, tidak ada satu pun yang melenceng dari barisan, sangat sempurna, sampai Luna hampir lupa jika putranya masih tiga tahun.“Bagus, Sayang.”Carl tersenyum lebar mendengar pujian Luna. Ibunya tidak pernah menyuruhnya menjadi anak yang sempurna, tapi Carl tidak suka jika ada sesuatu yang tidak sesuai tempatnya. Di usia yang masih tiga tahun, Carl selalu menunjukkan keteraturan dan kesempurnaan. Bahkan cara bermain dan bicara Carl pun sudah seperti orang yang lebih dewasa dari usianya.“Sekarang, temani aku bermain, Mama! Paman Harvey tadi memberiku robot baru!”Namun, Carl tetap menunjukkan sosok anak kecil pada umumnya. Dia suka bermain dan sangat tertarik dengan ro

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   6. Perhatian Palsu

    Jordan tahu semua perhatian istrinya hanyalah bagian dari sebuah sandiwara. Dia melangkah ke kamar mandi, di mana uap panas beraroma lemon sudah mengepul dari bathtub. Ini adalah hal yang selalu disiapkan Olivia setiap hari. Dengan tenang, Jordan kembali ke kamar, mengambil masker dan sarung tangan lateks dari dalam tasnya.Setelah memakainya, Jordan kembali ke kamar mandi. Dia memasukkan tangannya yang bersarung tangan ke dalam air hangat itu, memutar sumbatan pembuangan hingga bathtub kosong. Dia membilasnya dengan air bersih sebelum mengisinya kembali dengan air baru. Saat akhirnya berendam, matanya tertuju pada botol minyak esensial yang isinya tersisa setengah. Jordan mengambil botol itu dan menatapnya dengan dingin. Wanita itu benar-benar ingin dia mati. Permainan mematikan ini sudah berjalan selama setahun, dan selama itu pula Jordan harus terus waspada.Minyak esensial yang dicampur dengan air dalam bathtub sebelumnya adalah salah satu rencana licik wanita itu. Bukan ha

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   5. Pertemuan Singkat

    Jordan Reed berdiri di sisi mobilnya. Satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana panjangnya selagi tatapannya tajam menatap sedan hitam di hadapannya.Kening Jordan berkerut singkat ketika samar-samar melihat siluet seorang wanita yang sedang memeluk seorang bocah kecil di bangku penumpang. Jordan tidak bisa melihat rupa wanita itu karena cukup jauh dari jarak pandangnya dan terhalang sosok pria yang sedang berbalik ke arah mereka.Pandangan Jordan baru teralih ketika melihat pria itu, yang duduk di kursi penumpang depan, keluar dari mobil dan menghampirinya.“Sopirku telah membuat kesalahan. Berikan kontakmu, aku akan mengganti rugi kerusakan mobilmu.”Kedua alis Jordan terangkat mendengar nada arogan yang keluar dari pria di hadapannya ini. Arogansi yang dikeluarkan pria ini membuat Jordan mendengus dan satu sudut bibirnya terangkat, sebelum tangan Jordan merogoh saku jas untuk mengambil kartu nama dan memberikannya pada pria itu.Setelah menerima kartu nama Jordan, pria itu ber

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   4. Kembali Lagi

    Empat tahun kemudian.Sebuah sedan hitam mewah meluncur mulus di jalan raya, meninggalkan Bandara Internasional Veridian di belakang. Di dalam, keheningan yang nyaman menyelimuti tiga penumpangnya.Luna menatap ke luar jendela. Pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang familier di Veridian terasa seperti hantu dari masa lalu, membangkitkan kenangan yang telah dia kubur dalam-dalam. Dia mengenakan blus sederhana namun elegan, rambutnya ditata rapi, dan ekspresi wajahnya tenang, menunjukkan kedewasaan yang tidak dia miliki empat tahun lalu.“Mama, kenapa semua gedungnya sangat tinggi? Apa mereka tidak takut jatuh?”Sebuah suara kekanak-kanakan memecah keheningan. Di sampingnya, Carl, putranya yang berusia tiga tahun, menempelkan wajahnya ke kaca jendela, matanya yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu mengamati pemandangan kota. Wajah tampan bocah itu adalah cerminan dari wajah Luna, tetapi sorot matanya yang tajam mengingatkan pada seseorang yang sangat ingin Luna lupakan.Luna te

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   3. Keluarga Lain

    Wajah Robert Carter merah padam karena amarah, napasnya memburu. Di belakangnya, Nancy muncul dengan ekspresi puas yang berusaha dia sembunyikan di balik topeng kemarahan.“Anak tidak tahu diuntung!” raung Robert, suaranya menggema. “Kabur tepat setelah hari pernikahan adiknya! Dia sengaja ingin mempermalukan keluarga ini!”Olivia berbalik menghadap Jordan. Wajahnya terlihat pucat dan matanya berkaca-kaca. “Jordan, apa yang harus kita lakukan? Aku khawatir terjadi sesuatu pada Kak Luna. Bagaimana jika dia …”Namun, saat Olivia menatap Jordan, di sudut matanya yang tidak tertangkap oleh siapa pun, ada kilatan kepuasan yang dingin. Rencana gegabah ini justru berjalan lebih baik di luar dugaannya.Jordan tidak menanggapi kekhawatiran istrinya. Matanya yang dingin menatap lurus ke arah Robert Carter.“Tuan Carter,” kata Jordan, suaranya tenang namun memancarkan otoritas yang tak terbantahkan. “Mulai saat ini, Luna adalah tanggung jawab saya juga. Saya akan mengerahkan orang-orang saya unt

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status