LOGINJordan Reed berdiri di sisi mobilnya. Satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana panjangnya selagi tatapannya tajam menatap sedan hitam di hadapannya.
Kening Jordan berkerut singkat ketika samar-samar melihat siluet seorang wanita yang sedang memeluk seorang bocah kecil di bangku penumpang. Jordan tidak bisa melihat rupa wanita itu karena cukup jauh dari jarak pandangnya dan terhalang sosok pria yang sedang berbalik ke arah mereka.
Pandangan Jordan baru teralih ketika melihat pria itu, yang duduk di kursi penumpang depan, keluar dari mobil dan menghampirinya.
“Sopirku telah membuat kesalahan. Berikan kontakmu, aku akan mengganti rugi kerusakan mobilmu.”
Kedua alis Jordan terangkat mendengar nada arogan yang keluar dari pria di hadapannya ini. Arogansi yang dikeluarkan pria ini membuat Jordan mendengus dan satu sudut bibirnya terangkat, sebelum tangan Jordan merogoh saku jas untuk mengambil kartu nama dan memberikannya pada pria itu.
Setelah menerima kartu nama Jordan, pria itu berbalik tanpa sepatah kata pun mengucap maaf setelah menabrak mobilnya.
Melihat itu, dengusan dingin kembali keluar dari mulut Jordan, tetapi tiba-tiba tatapannya berubah dan ekspresinya menggelap menatap kepergian sedan hitam itu yang kemudian menghilang di tikungan.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, sebuah mobil lain berhenti di belakangnya. Liam, asisten kepercayaannya, keluar dengan cepat.
Liam sempat meneguk ludah melihat Jordan bersandar di pintu mobil sambil bersedekap dan menunduk.
“Tuan, Anda tidak apa-apa?” tanya Liam, nada khawatirnya terdengar jelas. “Mobil pengganti sudah siap. Truk derek sedang dalam perjalanan.”
Jordan tidak menjawab pertanyaan pertamanya dan langsung masuk ke mobil baru, duduk di kursi belakang. Liam cepat-cepat menyusul, duduk di kursi pengemudi.
Saat mobil mulai melaju, Jordan menatap keluar jendela lalu tanpa menoleh dia berkata, “Cari tahu siapa yang menabrak mobilku tadi.”
Liam mengerjap, matanya melebar melihat pantulan Jordan dari kaca spion tengah. “Kenapa? Mereka tidak mau bertanggung jawab?” Namun, Jordan kembali tidak menjawab pertanyaan Liam.
Liam tidak tersinggung, dia sudah terbiasa dengan sikap Jordan. Alih-alih, Liam menjawab, “Baik, saya akan selidiki. Oh iya, Tuan, saya baru dapat kabar, perwakilan dari Blackwood telah tiba di kota ini.”
Blackwood.
Keluarga taipan paling berpengaruh dari negara bagian Westmore. Semua informasi tentang keluarga Blackwood tertutup rapat, tetapi semua orang tahu bahwa keputusan kecil dari keluarga itu dapat menggerakkan seluruh wilayah.
Dan belum lama ini, salah satu perwakilan Blackwood muncul, mengumumkan bahwa putri keluarga Blackwood yang lama menghilang, akhirnya telah ditemukan empat tahun lalu dan kembali ke keluarga mereka.
Informasi itu cukup mengguncang para kalangan elit, hingga terdengar di telinga Jordan. Namun, Jordan tidak terlalu peduli. Lagi pula, keluarga itu tidak ada di wilayahnya.
Akan tetapi, ketika Jordan mendengar bahwa keluarga Blackwood akan melakukan ekspansi besar-besaran di kota ini setelah kembalinya putri yang hilang itu, Jordan menjadi tertarik.
Jordan tidak peduli dengan putri yang hilang itu, yang Jordan pedulikan adalah dia harus bisa bekerja sama dengan mereka, untuk melebarkan kerajaan bisnisnya.
Jordan mengangguk singkat. “Bagus,” katanya. “Cari tahu siapa perwakilan itu, di mana mereka menginap, dan siapa saja yang sudah mereka hubungi. Kita undang mereka ke kantor pusat. Aku ingin mereka tahu bahwa jika mereka ingin sukses di Veridian, mereka harus melalui Reed Group.”
Liam mengangguk. “Baik, Tuan.”
Setelah beberapa waktu kemudian, mobil berhenti di depan pintu masuk sebuah mansion megah. Liam bergegas keluar dan membukakan pintu belakang mobil untuk Jordan. Liam menunduk hormat saat Jordan melangkahkan kakinya keluar dari dalam mobil.
Liam menunggu sejenak Jordan melangkah memasuki kediamannya. Liam mendengus kecil melihat istri atasannya telah menunggu Jordan di depan pintu masuk. Liam menunduk sekali lagi hanya pada Jordan sebagai bentuk pamitnya untuk Jordan, lalu pergi meninggalkan kediaman Jordan.
Olivia berdiri dengan senyum yang manis dan penuh perhatian saat melihat Jordan tiba. “Jordan, kamu sudah pulang,” sapanya dengan suara lembut. “Aku sangat khawatir saat mendengar ada kecelakaan.”
“Aku tidak apa-apa,” jawab Jordan datar. Lalu melangkah masuk melewati Olivia setelah istrinya itu mengambil tas kerja dari tangannya.
Olivia mengikuti Jordan menuju kamar mereka. “Aku sudah menyiapkan air hangat dan baju ganti di kamar mandi. Cepat mandi dan segera turun. Aku akan menunggu di ruang makan,” ucap Olivia lembut sambil meletakkan tas Jordan di kursi, lalu pergi.
Setelah Olivia keluar, tatapan Jordan berubah dingin.
Setelah Luna mematikan sambungan telepon, Harvey segera bertanya, “Ada apa? Mengapa kamu menyebut nama Jordan?” Tadi, Harvey sempat mendengar Luna menyebut nama Jordan Reed dalam panggilannya bersama Clara.Luna masih terdiam dengan tatapan kosong. Maniknya bergerak gelisah.“Clara bilang, aku … harus bertemu dengannya … besok.”Harvey menghela napas. Dia bisa menebak jika perusahan Jordan ingin bekerja sama dengan Aura Tech. “Kamu tidak perlu memaksakan diri kalau tidak sanggup menghadapi pria itu, Luna. Mari kita kembali dan aku akan menjelaskan situasinya kepada Clara.”Luna menatap Harvey beberapa detik sebelum akhirnya menggeleng pelan. “Tidak. Aku akan melakukannya.”Clara sudah banyak membantu Luna selama ini, menerima dirinya dan menemaninya beradaptasi dengan keluarga kaya lama yang sangat berbeda dengan keluarganya di sini. Hanya karena ketakutan dan trauma masa lalunya, Luna harus berbalik pergi dari sini setelah semua yang sudah mereka lalui?Tidak. Luna tak mau mengecewak
“Lihat kamarku, Mama. Aku sudah menata kamarku dengan sempurna.” Bocah tiga tahun itu membusungkan dada dengan bangga. Menunjukkan kamarnya di apartemen baru yang disiapkan Clara untuk Luna telah ditata dengan sempurna. Buku-buku cerita anak pun berjejer rapi dalam rak. Berbagai mainan dipajang di lemari, bederetan sejajar, tidak ada satu pun yang melenceng dari barisan, sangat sempurna, sampai Luna hampir lupa jika putranya masih tiga tahun.“Bagus, Sayang.”Carl tersenyum lebar mendengar pujian Luna. Ibunya tidak pernah menyuruhnya menjadi anak yang sempurna, tapi Carl tidak suka jika ada sesuatu yang tidak sesuai tempatnya. Di usia yang masih tiga tahun, Carl selalu menunjukkan keteraturan dan kesempurnaan. Bahkan cara bermain dan bicara Carl pun sudah seperti orang yang lebih dewasa dari usianya.“Sekarang, temani aku bermain, Mama! Paman Harvey tadi memberiku robot baru!”Namun, Carl tetap menunjukkan sosok anak kecil pada umumnya. Dia suka bermain dan sangat tertarik dengan ro
Jordan tahu semua perhatian istrinya hanyalah bagian dari sebuah sandiwara. Dia melangkah ke kamar mandi, di mana uap panas beraroma lemon sudah mengepul dari bathtub. Ini adalah hal yang selalu disiapkan Olivia setiap hari. Dengan tenang, Jordan kembali ke kamar, mengambil masker dan sarung tangan lateks dari dalam tasnya.Setelah memakainya, Jordan kembali ke kamar mandi. Dia memasukkan tangannya yang bersarung tangan ke dalam air hangat itu, memutar sumbatan pembuangan hingga bathtub kosong. Dia membilasnya dengan air bersih sebelum mengisinya kembali dengan air baru. Saat akhirnya berendam, matanya tertuju pada botol minyak esensial yang isinya tersisa setengah. Jordan mengambil botol itu dan menatapnya dengan dingin. Wanita itu benar-benar ingin dia mati. Permainan mematikan ini sudah berjalan selama setahun, dan selama itu pula Jordan harus terus waspada.Minyak esensial yang dicampur dengan air dalam bathtub sebelumnya adalah salah satu rencana licik wanita itu. Bukan ha
Jordan Reed berdiri di sisi mobilnya. Satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana panjangnya selagi tatapannya tajam menatap sedan hitam di hadapannya.Kening Jordan berkerut singkat ketika samar-samar melihat siluet seorang wanita yang sedang memeluk seorang bocah kecil di bangku penumpang. Jordan tidak bisa melihat rupa wanita itu karena cukup jauh dari jarak pandangnya dan terhalang sosok pria yang sedang berbalik ke arah mereka.Pandangan Jordan baru teralih ketika melihat pria itu, yang duduk di kursi penumpang depan, keluar dari mobil dan menghampirinya.“Sopirku telah membuat kesalahan. Berikan kontakmu, aku akan mengganti rugi kerusakan mobilmu.”Kedua alis Jordan terangkat mendengar nada arogan yang keluar dari pria di hadapannya ini. Arogansi yang dikeluarkan pria ini membuat Jordan mendengus dan satu sudut bibirnya terangkat, sebelum tangan Jordan merogoh saku jas untuk mengambil kartu nama dan memberikannya pada pria itu.Setelah menerima kartu nama Jordan, pria itu ber
Empat tahun kemudian.Sebuah sedan hitam mewah meluncur mulus di jalan raya, meninggalkan Bandara Internasional Veridian di belakang. Di dalam, keheningan yang nyaman menyelimuti tiga penumpangnya.Luna menatap ke luar jendela. Pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang familier di Veridian terasa seperti hantu dari masa lalu, membangkitkan kenangan yang telah dia kubur dalam-dalam. Dia mengenakan blus sederhana namun elegan, rambutnya ditata rapi, dan ekspresi wajahnya tenang, menunjukkan kedewasaan yang tidak dia miliki empat tahun lalu.“Mama, kenapa semua gedungnya sangat tinggi? Apa mereka tidak takut jatuh?”Sebuah suara kekanak-kanakan memecah keheningan. Di sampingnya, Carl, putranya yang berusia tiga tahun, menempelkan wajahnya ke kaca jendela, matanya yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu mengamati pemandangan kota. Wajah tampan bocah itu adalah cerminan dari wajah Luna, tetapi sorot matanya yang tajam mengingatkan pada seseorang yang sangat ingin Luna lupakan.Luna te
Wajah Robert Carter merah padam karena amarah, napasnya memburu. Di belakangnya, Nancy muncul dengan ekspresi puas yang berusaha dia sembunyikan di balik topeng kemarahan.“Anak tidak tahu diuntung!” raung Robert, suaranya menggema. “Kabur tepat setelah hari pernikahan adiknya! Dia sengaja ingin mempermalukan keluarga ini!”Olivia berbalik menghadap Jordan. Wajahnya terlihat pucat dan matanya berkaca-kaca. “Jordan, apa yang harus kita lakukan? Aku khawatir terjadi sesuatu pada Kak Luna. Bagaimana jika dia …”Namun, saat Olivia menatap Jordan, di sudut matanya yang tidak tertangkap oleh siapa pun, ada kilatan kepuasan yang dingin. Rencana gegabah ini justru berjalan lebih baik di luar dugaannya.Jordan tidak menanggapi kekhawatiran istrinya. Matanya yang dingin menatap lurus ke arah Robert Carter.“Tuan Carter,” kata Jordan, suaranya tenang namun memancarkan otoritas yang tak terbantahkan. “Mulai saat ini, Luna adalah tanggung jawab saya juga. Saya akan mengerahkan orang-orang saya unt







