Share

Bab 17

Di restoran.

Kelven memesan banyak makanan kesukaan Delis.

Namun, melihat bahwa Delis tidak hanya makan sedikit, dia juga enggan menyentuh banyak hidangan. Kelven bertanya dengan khawatir,

“Kenapa? Nggak selera ya?”

Delis menggelengkan kepala.

“Kenapa hanya makan sedikit?”

“Aku mau makan buah lebih banyak.”

Sambil berbicara, Delis mengambil piring buah dan mulai makan dengan lahap.

Kelven dengan elegan memotong steak dan memakannya. Setelah menelannya, dia kembali melihat Delis dan bertanya, “Setelah makan, pulang bersamaku ya?”

Delis mengangguk seperti seorang anak kecil yang patuh, “Iya~”

“Jangan bertengkar lagi denganku ya.”

“Iya.”

Delis masih menganggukkan kepala.

Tiba-tiba terlintas sesuatu dalam pikiran Delis, dia melihat pria di hadapannya, suaranya pelan saat dia bertanya,

“Kelven, kamu benar-benar nggak mau aku melahirkan anak untukmu?”

Mendengar itu, Kelven menatapnya dan menjawab, “Kamu masih muda dan masih kuliah, jangan dulu memikirkan untuk memiliki anak.”

“Bagaimana kalau aku sudah hamil? tanya Delis langsung.

Kelven mengernyit. “Kamu hamil?”

Tiba-tiba Delis terkejut dan langsung menggelengkan kepala, sambil menjelaskan, “Maksudku, bagaimana kalau aku sudah hamil?”

“Aku nggak akan membiarkanmu hamil,” suara Kelven tegas.

Delis terdiam.

Kelven benar-benar tak ingin dirinya melahirkan anak untuknya.

Bahkan terlanjur hamil juga tak boleh.

Delis menunduk dengan kecewa dan sibuk memakan buah untuk menyembunyikan kesedihan dalam hatinya

Setelah makan siang, keduanya pulang bersama ke rumah.

Setelah turun dari mobil, Delis menatap bangunan megah di depannya, tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Kelven menoleh dan melihatnya. “Kenapa?”

“Wanita itu benar-benar harus tinggal bersama kita?” tanya Delis.

Meskipun Kelven sudah menjelaskan mengapa dia sangat terikat dengan wanita itu.

Namun, wanita itu tetap bersikeras untuk menikah dengan Kelven dan Delis tidak ingin tinggal di bawah satu atap dengan saingannya.

Sangat tidak nyaman.

“Dia nggak bisa melihat sekarang dan kakinya juga belum pulih. Kalau nggak tinggal di sini, aku harus pindah dan tinggal bersamanya untuk merawatnya. Kamu mau sendirian di rumah setiap pulang?”

Tentu saja Delis tak mau tinggal sendirian lagi.

Delis langsung berjalan maju dan menarik tangan pria itu, berkata dengan cemberut,

“Kamu sudah mengusirku sebelumnya, sekarang kamu harus menggendongku masuk, supaya wanita itu nggak mengatakan aku nggak tahu malu masih berani pulang.”

Kelven tidak menjawab.

Sejak kapan dirinya mengusir?

Jelas-jelas Delis yang berlari sendiri.

Kelven sedikit keberatan, tapi akhirnya dia menggendong tubuh mungil Delis dari pinggangnya.

Kelven menggendongnya dengan pelukan putri.

Delis menolak. “Jangan gendong seperti ini, ganti yang lain.”

“???”

Kelven hanya bisa tersenyum getir, lalu tetap menggendongnya sesuai dengan permintaannya.

Kelven belum pernah melihat ada seorang wanita yang berani memerintahnya.

“Seperti yang dulu saja, karena kamu pernah menggendong wanita itu dengan car aini, jadi aku nggak mau sama seperti dia.”

Kelven mematuhi permintaannya, meletakkan kedua tangannya di bawah pantat kecilnya, masih dalam posisi pelukan koala seperti sebelumnya.

Delis memeluk leher pria itu, dengan puas berkata, “Ayo pergi. Karena kamu sudah menggendongku, aku baru pulang.”

“ … “

Haish! Permainan wanita memang cukup rumit.

Herli duduk di sofa ruang tamu, melihat pesan dari bawahannya yang memberitahunya bahwa mobil Kelven sudah sampai di rumah. Dia langsung menghapus pesan dan menyembunyikan ponselnya, lalu melanjutkan berkeliling dengan tongkatnya seolah tidak tahu apa-apa.

Herli melihat Kelven menggendong Delis kembali lagi.

Hatinya terasa sakit dan kebencian di dalam hatinya mencapai tingkat puncak.

Detik berikutnya!

Herli melemparkan tongkatnya dan menjatuhkan dirinya ke lantai.

Kelven yang sedang menggendong Delis melihat Herli terjatuh. Dia langsung menurunkan Delis dan bergegas mendekati Herli.

“Herli, kamu baik-baik saja? Bukankah aku menyuruhmu untuk tetap di dalam kamar? Jangan asal jalan.”

Herli terus berpura-pura buta, meraba-raba untuk mencari Kelven.

“Kelven, kamu sudah pulang. Aku hanya mau lebih adaptasi dengan lingkungan saja. Tenang saja, Bibi Siti yang membawaku turun, aku nggak apa-apa.”

“Cepat bangun.”

Herli dibantu Kelven untuk bangun, tetapi dia sengaja mencoba untuk memeluk Kelven. Kelven kemudian membantunya berjalan ke arah sofa.

Delis berdiri tidak jauh, menatap dengan perasaan cemburu dalam hatinya.

Terasa sangat pahit.

Namun, apa yang bisa dirinya lakukan.

Kelven memperlakukan wanita itu seperti itu karena dia merasa bersalah padanya, membuatnya kehilangan hak menjadi seorang ibu.

Dan Delis harus memahaminya dan menerima tindakan Kelven pada Herli.

Hanya Tuhan yang tahu seberapa besar keberanian yang dibutuhkan Delis untuk melihat pria yang dicintainya secara langsung merawat wanita lain.

Dengan berusaha menutupi rasa tidak nyaman yang terdalam di hatinya, Delis perlahan mendekati kedua orang di ruang tamu.

Melihat Delis mendekat, Herli berpura-pura bertanya pada Kelven,

“Kelven, kamu sudah menjemput Delis pulang? Selama dia bisa menerima kehadiranku di sini, aku bisa menganggap hal sebelumnya nggak pernah terjadi, aku juga nggak akan menyalahkannya.”

Apa!

Mendengar itu, Delis langsung membalas Herli,

“Menganggap hal sebelumnya nggak terjadi? Ada hak apa kamu menyalahkanku? Jelas-jelas kamu yang jatuh sendiri, untuk apa salahkan aku?”

Herli menginginkan reaksi emosional dari Delis, agar Delis mengeluarkan amarahnya padanya.

Ketika Delis melampiaskan amarahnya, Herli segera berpura-pura lemah dan lembut, berlindung di pelukan Kelven.

“Kelven, aku benar-benar nggak menyalahkannya lagi. Aku hanya mau hidup berdamai dengannya.”

“Herli, dasar nggak tahu malu. Untuk apa kamu menyalahkanku, bukan aku yang … “

“Delis.”

Ucapan Delis dipotong dengan suara dingin Kelven. Kelven menatapnya dengan tatapan tajam, kemudian dengan tegas berkata, “Pergi ke kamarmu.”

Delis merasa tak puas dan memprotes, “Kelven, bahkan kamu juga … “

“Kembali ke kamarmu,” ucap Kelven dengan tegas.

Delis merasa sangat tak adil dan dengan marah berjalan ke lantai atas.

Herli tersenyum puas dalam hatinya, tapi dia masih bersikeras tidak melepaskan pegangannya pada Kelven.

Masih dengan suara lembutnya, Herli berbicara, “Kelven, semuanya salahku. Aku sudah membuatmu sulit. Kalau aku adalah wanita normal, aku nggak akan … “

“Herli.”

Kelven dengan dingin memotong, “Nggak peduli apakah dia yang mendorongmu dari tangga, aku sudah memberinya hukuman. Masalah ini sudah selesai dan jangan mengungkitnya lagi.”

Herli terdiam.

Herli bukanlah orang bodoh, dia bisa merasakan bahwa Kelven sedang melindungi gadis liar itu.

Meskipun merasa tidak senang di dalam hatinya, Herli tetap berpura-pura santai dan berkata:

“Iya. Selama dia nggak mencari masalah padaku, aku nggak akan mempermasalahkan begitu banyak.”

“Hm.”

Kelven menatap Bibi Siti yang berada tidak jauh darinya. “Kamu sini.”

Bibi Siti langsung mendekati dan berdiri di samping Kelven. “Pak Kelven, ada yang bisa saya bantu?”

“Mulai dari sekarang, semua urusan makan dan hidup sehari-hari Herli menjadi tanggung jawabmu, kamu sanggup? Kalau terlalu sibuk, aku bisa mendatangkan dua pembantu lagi di rumah ini untuk membantumu.”

Bibi Siti langsung menjawab, “Nona Herli sudah dewasa, sangat mudah untuk diurus. Nggak masalah, aku bisa mengerjakannya sendiri.”

Mengingat bahwa Pak Kelven tidak suka banyak orang di rumah, Bibi Siti dengan tegas menolak untuk mencari pembantu tambahan.

Kelven mengangguk memberi isyarat pada Bibi Siti untuk pergi. Lalu dia menatap Herli dan berkata,

“Ada hal apapun, kamu bisa panggil Bibi Siti. Aku harus kerja, nggak bisa selalu berada di sisimu 24 jam.”

Herli berpura-pura sangat memahaminya. “Hm, aku mengerti.”

“Kalau begitu, kamu duduk di sini dan jangan bergerak. Kalau kamu mau berjalan, panggil saja Bibi Siti. Aku pergi ke atas untuk ganti pakaian untuk pergi ke kantor.”

Herli mengangguk terpaksa. “Iya.”
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Nenek lampir kayaknya pura² mandul dan skrg pura² buta...semoga kepura puraannya jadi kenyataan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status