Share

Bab 19

Setelah menerima alamat dari Nadya, yang ternyata berada di sebuah KTV biasa, Delis tidak banyak berpikir dan langsung memesan taksi untuk pergi.

Setelah menemukan ruangan yang disebutkan Nadya, Delis langsung membukanya.

Di dalam ruangan yang gelap, hanya ada Nadya. Saat melihat Delis datang, Nadya langsung menyambutnya,

“Delis, sampai juga kamu.”

Delis mengangguk dan mengeluarkan hadiah yang dibawahnya, menyerahkannya pada Nadya dan mengucapkan, “Selamat ulang tahun.”

Nadya melihat hadiah itu, ragu sejenak, kemudian akhirnya menerimanya,

“Terima kasih, sini duduk. Aku sudah memesan alkohol. Hari ini hanya ada kita berdua, kita harus minum sampai mabuk.”

Melihat sejumlah botol alkohol yang sudah dibuka di meja, Delis menolak, “Aku alergi alkogol, nggak bisa minum.”

Sebenarnya karena dirinya hamil, jadi tidak bisa minum alkohol.

Ekspresi wajah Nadya berubah. “Begitu? Kalau minuman manis lain?”

Delis juga menggelengkan kepala. “Aku juga alergi minuman berwarna, aku minum air putih saja.”

Sambil berbicara, Delis membungkuk untuk mengambil sebotol air mineral dari meja. Namun, tiba-tiba dia menyadari bahwa tutup botol air mineral itu sudah dibuka.

Delis ragu sejenak, lalu meletakkan botol kembali ke meja dan berkata, “Aku nggak haus sekarang.”

Melihat Nadya melihat dirinya, Delis tersenyum dan bertanya, “Kenapa? Kalau hanya kita berdua, sudah boleh nyalakan lilin.”

Tampaknya ada sesuatu yang disembunyikan Nadya, dia segera menekuk di depan kue untuk menyalakan lilin.

Delis melihat tangan Nadya gemetaran saat menyalakan lilin, membuatnya semakin curiga..

“Nadya, aku nggak pernah mendengar kamu kerja paruh waktu sebelumnya? Mengapa tiba-tiba memutuskan untuk kerja paruh waktu selama liburan ini?”

Nadya beralasan, “Itu … ibuku sakit. Butuh uang untuk pengobatan. Lagipula aku juga nggak ada kerjaan kalau pulang, lebih baik aku kerja paruh waktu di sini.”

Mendengar ini, Delis bertanya lagi, “Butuh uang berapa?”

“Ratusan juta.”

“Aku bisa meminjamkannya padamu, aku ada membawanya, kamu mau?”

Mendengar ini, Nadya mendongak dan menatap Delis.

Delis juga menatapnya dan langsung mengambilkan kartu bank dari tasnya, menyerahkannya pada Nadya.

“Uang ini diberikan keluargaku dan aku biasanya nggak menggunakannya. Kalau kamu lagi membuntuhkannya, aku bisa meminjamnya padamu dulu.”

Melihat kartu bank yang disodorkan oleh Delis, mata Nadya berkaca-kaca.

Dia langsung berdiri dan memeluk Delis, berbicara di samping telinga Delis,

“Maafkan aku Delis. Sebenarnya ada orang yang memberiku uang dan memintaku untuk mengajakmu keluar, kemudian meracunimu. Aku nggak tahu siapa mereka.”

“Maafkan aku, aku sudah tahu salah. Sebaiknya kamu pergi sekarang.”

Delis tidak menjawab.

Ketika datang, Delis sudah bertanya pada Novi, hari ini bukanlah hari ulang tahun Nadya.

Ternyata, tebakannya benar.

Delis langsung berdiri dan bertanya pada Nadya, “Lalu bagaimana denganmu?”

“Aku akan mengembalikan uang mereka. Seharusnya mereka nggak akan berbuat apa-apa padaku. Kamu cepat pergi.”

“Tidak, kamu sudah tahu rahasia mereka, mereka nggak akan melepaskanmu begitu saja. Kita pergi sama-sama.”

Usai bicara, Delis langsung menarik Nadya keluar dari ruangan.

Di lorong di luar ruangan, dua pria berpakaian hitam sedang menunggu kesempatan.

Setelah Delis diracuni, mereka akan masuk untuk mengambil foto.

Ketika melihat dua wanita itu berlari keluar ruangan, mereka langsung mengejarnya.

Namun, kedua gadis itu lari terlalu cepat dan segera masuk ke dalam lift, membuat kedua pria berpakaian hitam itu kesal dan menendang pintu lift dengan marah.

Untungnya masih siang hari, Delis menarik Nadya berlari keluar dari KTV dan segera menghentikan taksi di pinggir jalan.

Saat mereka duduk di dalam taksi, Delis menghela napas lega.

Nadya terus meminta maaf, “Maafkan aku, ini semua gara-gara aku terlalu serakah.”

Ekspresi Delis memuram dan berkata dengan dingin pada Nadya,

“Untungnya kamu masih termasuk baik, mau jujur padaku. Tapi aku masih belum berniat memaafkanmu, masalah ini cukup besar. Cepatlah naik kereta dan pulang, kalau tidak, orang-orang itu akan mencari masalah padamu.”

Dengan mata berkaca-kaca, Nadya berkata, “Kamu menyinggung siapa? Kenapa mereka mau mencari masalah denganmu? Kalau nggak ada aku, mungkin mereka akan mencari orang lain dan menggunakan cara lain.”

“Aku juga nggak tahu sudah menyinggung siapa.”

Delis tak ingin berbicara banyak, memerintahkan sopir, “Pak, berhenti di persimpangan depan sana ya.”

Setelah taksi berhenti, Delis turun dari mobil dan berkata pada Nadya, “Pulang ke rumah dan jangan kemana-mana, mungkin aku masih butuh kamu untuk jadi saksiku.”

Nadya mengangguk. “Iya, kamu juga hati-hati ya.”

“Iya.”

Melihat Nadya pergi, Delis langsung mengeluarkan ponselnya.

Sekarang jam tiga sore, seharusnya Kelven masih berada di kantor. Delis menghentikan taksi di pinggir jalan, menuju Perusahaan Deli Jaya.

Di dalam mobil, dia menelepon Kelven.

Kelven langsung menjawab, “Ada apa?”

“Kelven, aku datang ke kantormu, ada yang mau kubicarakan.”

“Apa yang terjadi?”

Mendengar ada sesuatu yang tidak beres, Kelven langsung bertanya langsung.

“Ada yang mau meracuniku. Untung saja aku cukup cerdas, kalau nggak aku sudah masuk ke perangkap orang jahat itu. Kelven, aku takut.”

“Kamu di mana sekarang?”

“Aku sudah hampir tiba di kantormu.”

“Aku suruh Mudi menunggumu di bawah.”

“Iya.”

Setelah menutup telepon, Delis langsung mengendalikan emosinya. Ketika turun dari taksi, dia menuju gedung Deli Jaya yang menjulang tinggi di depannya. Perasaan cemas dalam dirinya perlahan-lahan mulai mereda.

Pak Mudi sudah menunggu di depan pintu. Saat melihat Delis, dia menyambutnya, “Nona Delis.”

“Maaf sudah merepotkanmu.”

“Tak perlu sungkan.”

Mudi membawa Delis langsung ke ruangan Kelven.

Sepanjang jalan, banyak karyawan yang melihatnya dan sangat penasaran siapa wanita cantik ini.

Ini adalah kali pertama Delis memasuki kantor Kelven.

Skala perusahaan lebih besar dari yang dia bayangkan, seluruh gedung berisi 128 lantai, semuanya milik Deli Jaya.

Dan Deli Jaya merupakan perusahaan dengan cakupan bisnis terluas, nilai saham tertinggi dan jumlah karyawan terbanyak di seluruh negeri.

Tidak heran setiap lulusan sarjana berusaha keras untuk bisa masuk ke dalam perusahaan ini.

Karena karyawan yang dapat masuk ke dalam perusahaan ini, dapat mewujudkan kebebasan finansial untuk memiliki rumah dan mobil.

Mengikuti Pak Mudi memasuki lift, Delis hanya melihat serangkaian angka terus melompat. Tidak lama kemudian, mereka sudah sampai di lantai 88.

Dengan langkah pelan, Delis mengikuti Pak Mudi keluar dari lift. Di bawah sorotan perhatian sekretaris-sekretaris di kantor, Delis tiba di depan pintu kantor direktur.

Pak Mudi membuka pintu dan mempersilahkan, “Silakan.”

Delis mengangguk dan masuk ke dalam ruangan yang luas, berukuran ratusan meter persegi, dengan dekorasi mewah dan minimalis. Pemandangan luar jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan awan yang menyelimuti dunia luar membuatnya terkesima.

Dari arah meja kerja, Kelven bertanya, “Apa yang terjadi?”

Delis akhirnya menoleh dan berjalan mendekati Kelven.

Dengan penuh ketakutan, dia cepat-cepat mendekati pria itu, mengangkang dan duduk di pangkuannya. Bagaikan rusa kecil yang ketakutan berlindung dalam pelukannya.

Kelven sedang sibuk bekerja, Delis juga senang dekat pada dirinya, Kelven juga tak menyingkirkannya.

Kelven menundukkan kepala, memandang orang yang tampaknya benar-benar ketakutan di pangkuannya. Suaranya menjadi lembut saat bertanya, “Katakan, siapa yang mau menyakitimu?”

“Orang-orang itu memberi uang pada teman sekamarku. Tadi dia mengajakku ke KTV dan mencoba meracuniku. Untungnya temanku masih terhitung baik, dia jujur padaku, tetapi dia juga nggak tahu siapa orang itu.”

Sambil melihat Kelven, Delis menebak lagi,

“Tapi aku curiga itu Herli. Dia pasti mau meracuniku, kemudian merekam videoku yang tidak senonoh dan mengancamku untuk meninggalkanmu atau dia akan menunjukkan foto-foto seperti itu padamu, membuatmu mengusirku.”

Kelven tidak berbicara.
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Kelven mana percaya Delis di nenek lampir di tuduh yg melakukan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status