Share

Bab 20

Author: Gunung Api
Siang-siang bolong, siapa yang begitu berani mencari masalah orang terdekat Kelven.

Benar-benar sudah bosan hidup.

Tidak banyak bertanya, Kelven langsung melihat ke arah pintu. “Mudi.”

Pak Mudi langsung membuka pintu dan masuk. “Ada yang bisa dibantu pak?”

“Selidiki kejadian yang dialami Delis hari ini, berikan aku hasilnya malam ini.”

Pak Mudi mengangguk dan hendak keluar, Delis buru-buru berkata,

“Di KTV Zest, kalian juga bisa cari temanku, namanya Nadya. Tapi jangan sebutkan identitasku. Katakan saja kalian dari kepolisian, dia seharusnya akan bekerja sama dengan kalian.”

Pak Mudi mengangguk dan menutup pintu dengan pelan sebelum pergi.

Delis mengalihkan pandangannya dan kembali bersandar di pangkuan pria itu, kedua tangannya merangkul leher pria itu.

Kelven mengingatkannya, “Jangan menebak sesuatu tanpa bukti.”

“Hm?”

Delis duduk tegak dan menatap pria di depannya, mengernyit. “Kamu merasa aku sedang menuduhnya?”

Ekspresi wajah Kelven terlihat sedikit muram. “Semua hal harus ada bukti yang jelas.”

“Aku nggak pernah menyinggung siapapun biasanya, siapa yang mau mencelakaiku? Kamu hanya nggak tahu saja, Herli sudah memperingatkanku beberapa kali, dia mau memberiku 20 miliar agar aku meninggalkanmu.”

Kelven menatap wanita di hadapannya, melihat ekspresi wajahnya yang begitu menyedihkan, Kelven juga tidak membahas lebih lanjut.

Sambil satu tangan menekan kepala Delis di bahunya, tangan yang lainnya mengambil pena dan melanjutkan menandatangani dokumen di meja.

“Aku akan menyelidiki masalah ini. Kalau benar ada hubungannya dengan Herli, aku akan memberi penjelasan padamu.”

“Hm.”

Delis mengangguk dan kemudian mengangkat tangannya, memeluk leher Kelven dan ingin tidur di pangkuannya.

Kelven juga tidak menolaknya, membiarkannya berada di dalam pelukannya.

Dia bahkan tak merasa bahwa memeluknya akan mengganggu pekerjaannya.

Lagipula, sebelumnya dia juga sering memeluknya saat bekerja di rumah dan tidak mengganggu pekerjaannya.

Saat ini, sekretaris masuk membawa cangkir kopi yang masih panas.

Melihat pemandangan di depannya, dia terpaku.

Direktur yang dingin dan angkuh biasanya, tiba-tiba memeluk seorang wanita di pangkuannya dan masih bisa bekerja dengan normal seolah-olah tidak ada apa-apa?

Jadi, siapa wanita ini?

Istri direktur?

Tidak tidak, direktur mereka masih lajang, dari mana datangnya seorang istri?

Adiknya?

Sekretaris hanya bisa berpikir seperti itu. Bagaimana pun, jarang ada wanita di luar sana yang bisa membuat seorang direktur memeluknya seperti itu.

“Bengong apa? Nggak mau bekerja lagi?”

Melihat sekretaris yang terbengong di depan pintu dengan cangkir kopi, Kelven menegurnya dengan tegas.

Setelah tersadar, sekretaris langsung melangkah maju dan berkata, “Maaf pak, ini kopi untukmu dan nona … ini.”

Setelah meletakkan kopi, sekretaris dengan canggung berbalik dan pergi dengan cepat.

Delis melihat sekretaris yang jelas-jelas takut pada Kelven. Lalu, Delis menatap wajah pria tampan di sampingnya. Dengan lembut, dia berkata “

“Kamu galak sekali, kakak itu sampai ketakutan.”

Kelven menoleh dan dengan tanpa ekspresi menatap wanita di pundaknya. “Kamu mau aku lempar keluar dari jendela?”

“Nggak mau.”

Delis langsung memeluk erat leher pria itu, tak mau melepaskannya.

“Kalau nggak mau, tenang sedikit, jangan gerak-gerak.”

Setiap kali Delis duduk di pangkuannya, dia selalu suka bergerak dan membuat Kelven tidak nyaman.

“Iya~”

Delis menjawab dengan kesal, memilih untuk tetap diam dalam pangkuan Kelven.

Kelven terlihat sangat menarik saat bekerja, Delis sangat menyukainya.

Perlahan Delis menutup matanya dan menikmati kehangatan pelukan Kelven dan tertidur.

Ketika Kelven selesai bekerja, Delis belum juga bangun.

Kelven mengambil jaket dan membungkus tubuh kecilnya, lalu menggendongnya pergi dari kantor.

Sepanjang perjalanan, banyak karyawan yang melihat, tapi tak seorang pun berani mengomentari identitas wanita itu.

Delis bangun ketika hampir sampai di rumah.

Melihat dirinya masih di dalam pelukan Kelven, Delis menguap. Menyadari bahwa dirinya berada di dalam mobil, dia bertanya, “Kita sudah mau pulang ya?”

“Iya.”

“Aku mau ke kamar mandi.”

Delis duduk tegak dan melihat rumah mereka sudah di depan mata, dia tersenyum gembira. “Eh, kebetulan sekali, kita sudah sampai.”

Setelah turun dari mobil, Delis langsung melangkah masuk ke rumah, dia sudah tidak bisa menahannya.

Kelven mengikutinya dengan santai di belakang.

Mungkin karena Delis terburu-buru masuk ke dalam vila, Herli yang sedang melihat ponselnya tidak sempat menyembunyikan ponselnya saat Delis melihatnya.

Saat Herli menyadarinya, dia langsung dengan cepat menyimpan ponselnya dan berpura-pura meraba-raba untuk mengambil tongkatnya.

Delis mengalihkan pandangan sambil berjalan ke arah kamar mandi, sambil berpikir, bukankah Herli tidak bisa melihat? Lalu bagaimana bisa dia bisa melihat ponselnya tadI?

Jangan-jangan dia pura-pura buta?

Delis memutuskan utnuk mencoba memastikan apakah Herli berpura-pura atau tidak.

Herli melihat Kelven juga ikut di belakang, dia langsung berdiri dengan tongkatnya dan berkata, “Kelven, kamu sudah pulang?”

“Hm.”

Kelven berjalan mendekati herli dan duduk di sampingnya. "Bagaimana kondisimu hari ini? Apakah kakimu sudah sedikit membaik?"

“Iya, hari ini aku terus berlatih, sudah jauh membaik.”

“Mata? Sudah bisa melihat?”

Herli langsung menggeleng. “Masih belum bisa melihat, hanya merasa semuanya gelap.”

Herli meraba-raba untuk mendekati Kelven.

Melihat Herli hampir terjatuh lagi, Kelven langsung menopangnya.

“Nggak apa-apa, pelan-pelan saja. Aku akan mengatur agar dokter datang untuk memeriksamu secara teratur. Pasti bisa sembuh.”

“Iya, tapi Kelven, aku tetap saja takut.”

Herli dengan sengaja bersandar ke dalam pelukan pria itu, suaranya menjadi lembut dan manja saat bertanya:

“Bagaimana kalau aku nggak bisa melihat selamanya?”

Kelven tidak menghindar, malah memeluknya erat dan menjawab dengan lembut,

“Kalaupun kamu nggak bisa melihat seumur hidup, masih ada aku yang bisa merawatmu selamanya.”

Ketika keluar dari kamar mandi, Delis langsung melihat Kelvin memeluk Herli di sofa ruang tamu.

Bahkan mendengar Kelven mengatakan bahwa dirinya akan merawat Herli seumur hidup.

Delis membeku di tempatnya, tiba-tiba hatinya terasa sakit tanpa alasan.

Namun, teringat bahwa Kelven hanya mencoba untuk menebus kesalahannya, Delis juga tak berani membuat keributan. Jadi, dia hanya bisa menahan semuanya.

Delis berjalan ke arah mereka.

Meskipun melihat Delis mendekat, Kelven juga tidak menyingkirkan wanita di dalam pelukannya.

Herli yang bersandar di pelukan pria itu, sambil melihat ekspresi Delis yang tidak senang, Herli merasa sangat puas.

Herli semakin sengaja mengangkat tangannya dan meraba tubuh Kelven.

“Kelven, sejak aku nggak bisa melihat, entah kenapa aku lupa dengan wajahmu, bolehkan aku memegang wajahmu?”

Kelven duduk di sana tanpa bergerak, membiarkan Herli mengangkat tangannya dan meraba-raba wajahnya.

Delis yang duduk di samping, menatapnya dengan penuh amarah, sangat ingin memisahkan kedua orang itu.

Delis mengepalkan tangannya, dia berdiri dan menatap Kelven dengan penuh amarah.

Delis memberi isyarat pada Kelven untuk menyingkirkan wanita itu.

Kelven juga menatapnya, tetapi dia tetap tidak bergerak, seolah-olah sama sekali tidak berniat untuk menyingkirkan Herli.

Delis sangat kesal, dia sungguh tak sanggup melihat wanita lain memeluk Kelven.

Delis marah, menghempaskan tangannya, lalu berlari ke lantai atas.

Kelven tidak menghiraukannya.

Melihat Delis pergi dan Kelven masih tidak mendorong dirinya pergi, Herli memanfaatkan kesempatan, dia mendekati wajah pria itu dan menciumnya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Warli Fatriani
ceritanya bagus, membuat semakin penasaran dengan cerita selanjutnya
goodnovel comment avatar
Ziffa Faty
kenapa bab 21 dan bab2 yang Laen Ter kunci gi mana bukanya
goodnovel comment avatar
Anita Saulatu
bagus ceritanya aku suka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 906

    Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 905

    Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 904

    Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 903

    Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 902

    Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 901

    “Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status