Share

Bab 2

Author: Gunung Api
Delis tahu bahwa Kelven telah memberinya cukup banyak.

Dia seharusnya tidak lagi egois ingin memiliki Kelven sepenuhnya.

Namun sekarang Delis mengandung anaknya.

Delis harus memikirkan anaknya.

“Delis, kamu mau ribut denganku?”

Wajah Kelven semakin muram.

Kelven berdiri di depan tempat tidur, dengan angkuh menatap Delis yang berada di tempat tidur.

Dan tak berniat menjelaskan alasannya mengapa dirinya menikahi orang lain kepada Delis.

Delis tak ingin membuat Kelven marah.

Meski begitu, hatinya tetap tidak senang.

Delis berusaha untuk mengendalikan emosinya, dengan penuh kesedihan, dia berkata lagi,

“Aku hanya mau tahu, apakah kamu mencintaiku? Kalau aku melahirkan anak untukmu, bisakah kamu nggak berhubungan dengan wanita lain?”

Delis memberinya kesempatan.

Kelven mengunci bibirnya dengan erat, tubuhnya dipenuhi dengan aura dingin yang menakutkan.

Namun, Kelven tetap tanpa ragu mengatakan, “Kita pasti akan bercerai, tapi bukan sekarang. Saat waktunya untuk bercerai nanti, apa yang seharusnya kamu dapatkan akan aku berikan.”

Mendengar perkataan Kelven.

Delis memejamkan matanya dengan lembut, air mata hangat mengalir turun dari sudut matanya.

Hati Delis terasa sangat sakit. Dia akhirnya tak dapat menahannya dan menangis tak berdaya.

Kelven mengernyit sambil menatapnya, perasaan tak tega tumbuh dalam hatinya.

Kelven duduk di atas tempat tidur dan mengangkat tangan untuk menariknya. “Delis … “

Delis menepis tangan Kelven, tak ingin Kelven menyentuhnya.

Tahu bahwa Delis butuh waktu untuk menenangkan diri, jadi Kelven juga tak lagi mengganggunya dan hanya berkata, “Istirahatlah.”

Kelven berbalik dan keluar dari ruangan.

Malam itu, Delis tidak tidur sepanjang malam.

Keesokan paginya.

Saat Delis sudah selesai mandi dan duduk di meja makan, dia tidak melihat sosok pria itu di seberangnya.

Dengan kecewa, Delis bertanya pada Bibi Siti yang sedang menata hidangan di sebelahnya,

"Dia nggak pulang semalam?"

Sambil menuangkan susu untuk Delis, Bibi Siti menghela napas dan menjawab,

“Iya, Pak Kelven pergi semalam dan belum pulang sampai sekarang. Nona bertengkar dengan Pak Kelvin semalam?”

Delis tidak menjawab, tetapi dengan penuh kepahitan dia bertanya lagi,

“Bibi Siti, kamu kenal dengan wanita yang ada di ruang kerja dia semalam?”

Bibi Siti menggeleng. “Aku nggak tahu. Ketika aku pulang berbelanja kemarin, Pak Kelven sudah ada di rumah. Aku nggak tahu dia membawa seorang wanita.”

“Aku baru menyadarinya ketika melihat wanita itu turun ke bawah semalam.”

Teringat bahwa wanita itu tidak hanya memiliki postur tubuh yang bagus, tinggi, tetapi juga cantik, Bibi Siti memandang Delis dengan khawatir.

“Pak Kelven pertama kali membawa pulang wanita lain, hubunganmu dengan Pak Kelven … “

Delis masih tidak menjawab.

Setelah makan sedikit, Delis mengambil tasnya dan berdiri.

“Bibi Siti, aku pergi kampus dulu. Beberapa hari ini aku nggak akan pulang. Kalau dia bertanya, katakan saja aku sibuk dengan ujianku dan tinggal di asrama.”

“Tapi bukankah hari ini akhir pekan? Akhir pekan juga mau ke kampus?”

“Iya, sebentar lagi ujian akhir, aku harus kembali ke kampus untuk belajar.”

“Baiklah, pergilah. Hati-hati di jalan.”

Delis menaiki taksi ke kampus.

Meskipun jadwal kuliah semester empat tidak begitu padat, dirinya ingin pergi dari rumah untuk merenung sejenak.

Jadi selama dua hari akhir pelan, Delis tinggal di kampus dan tidak pulang.

Untungnya, di asrama ada teman sekamar yang tidak pergi berlibur dan bisa menemaninya.

Melihat Delis duduk di depan meja sepanjang hari, terlihat sedang membaca, tetapi juga terlihat seperti sedang termenung. Yang jelas, ekspresinya sangat muram.

Novi mendekatinya dan bertanya, “Delis, apa kamu baik-baik saja? Mengapa kamu nggak pulang ke rumah akhir pekan ini? Bukankah rumahmu di sini?”

Delis melirik Novi dan tersenyum tipis. “Sibuk belajar.”

“Oh gitu. Oh ya Delis, minggu depan ada seminar dari Profesor Kelven. Akhirnya aku bisa bertemu dengan Profesor Kelven secara langsung.”

“Aaaaa Profesor Kelven yang seharusnya bisa menguasai seluruh industri hiburan dengan penampilannya yang menawan, malah memilih untuk fokus pada kemampuannya di dunia bisnis.”

“Dan akhirnya menjadi orang terkaya di negeri ini, seorang pria berkelas dan anggun dengan kekayaan triliunan. Tak disangka bahwa dia akan datang lagi untuk kedua kalinya menjadi narasumber seminar di kampus kita. Kita benar-benar sangat beruntung.”

Novi berdiri dengan penuh semangat di samping Delis, terkadang juga menempelkan dirinya di pundak Delis, sambil berkata,

“Nanti kamu harus pergi lebih awal untuk mengambilkan tempat untukku, mengerti? Seminar dari Profesor Kelven tahun lalu sangat ramai, aku bahkan nggak bisa masuk.”

Delis hanya diam. “ … “

Kelven datang lagi untuk menjadi narasumber seminar di kampus mereka?

Dia sebagai istri bahkan tidak tahu, tapi teman sekelasnya sudah tahu lebih dulu.

Teringat bahwa Kelven tak hanya membawa pulang seorang wanita, tetapi juga ingin bercerai dengannya.

Delis kembali bersandar dengan penuh kesedihan di atas meja, berusaha menyembunyikan rasa sakitnya.

Novi melihatnya tidak baik-baik saja, dengan cepat bertanya, “Delis, ada apa denganmu?”

Delis menggeleng. “Nggak apa-apa, hanya datang bulan saja.”

“Oh, kamu harus banyak minum air hangat.”

Delis mengiyakannya. Merasa sesak di dada, Delis mengambil ponselnya dan pergi keluar untuk menghirup udara segar di halaman kampus.

Baru saja keluar dari gedung asrama, ponselnya berdering.

Melihat panggilan dari Bibi Siti, Delis segera mengangkat telepon.

Di sisi telepon, Bibi Siti berkata, “Pulanglah Nona Delis, Pak Kelven sedang menunggumu di rumah.”

Tiba-tiba, Delis merasa ada firasat buruk, dia bertanya, “Ada bilang untuk urusan apa nggak?”

“Nggak ada, tapi ekspresi Pak Kelven sangat muram. Cepatlah pulang.”

“Iya.”

Delis menyimpan ponselnya dan berjalan menuju arah pintu gerbang kampus.

Delis tahu bahwa ada beberapa hal yang tak bisa dihindari.

Dan dia harus menghadapinya sendiri.

Saat dirinya pulang dengan taksi, waktu sudah jam sembilan malam.

Delis membuka pintu dan masuk, langsung melihat seorang pria duduk di sofa ruang tamu.

Dia masih mengenakan setelan jas yang belum dilepaskan dan dasi yang sudah terlepas setengahnya.

Sementara kancing kemejanya juga sudah dilepaskan dua, dengan lengan yang bertumpu di atas lutus dan tangannya sesekali menggeser-geser ponsel di tangannya.

Meskipun duduk begitu santai di sofa, tidak dapat disembunyikan aura kemewahan yang terpancar dari dirinya.

Dari sudut pandang Delis, pria di bawah cahaya lampu itu seakan-akan memancarkan cahaya dari seluruh tubuhnya, memberikan kesan pria dewasa yang memikat jiwa.

Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang, perlahan-lahan Delis mendekati pria itu.

Pria itu duduk dengan sikap yang berkelas. Ketika menoleh, kebetulan dia bertatapan dengan mata bengkak Delis.

Kelven mengernyit, ingin menunjukkan kepeduliannya tetapi tak mengucapkannya.

Delis berdiri di depannya dan dengan lembut memanggil, “Kelven.”

Delis ingin mencoba lagi untuk memperjuangkan pernikahan mereka.

Dan juga ingin berjuang untuk bayi di dalam kandungannya.

Bagaimana bisa bayinya lahir tanpa kehadiran ayah dan ibu.

Kelven menatap wanita di depannya, dengan tenang menjawab, “Hm.”

Delis merasa perih di dadanya. Meskipun dia tidak ingin merendahkan dirinya, dia benar-benar tidak ingin menyerah pada pernikahannya begitu saja.

Tanpa menyadari dokumen yang terletak di atas meja, Delis mendekatinya dan berinisiatif bersandar di dadanya, dia memohon,

“Kita jangan bertengkar lagi. Kita kembali seperti sebelumnya saja, ya?”

Asalkan Kelven menjawab iya.

Mengenai wanita yang muncul sebelumnya. Mengenai perceraian yang diungkit Kelven. Delis bahkan bersedia melupakannya.

Kelven melirik sepintas ke perjanjian perceraian di atas meja, lalu mengangkat tangannya dan mendorong orang dalam pelukannya.

“Delis awas, aku … “

Baru saja Kelven ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba Delis mengangkat dagunya dan mencium bibir Kelven.

Dua kaki mungilnya berlutut di pangkuan Kelven, kedua tangannya melingkar di leher Kelven, memeluknya sambil menciumnya dengan penuh gairah.

Kelven pernah mengatakan bahwa dirinya sangat menyukai tubuh Delis.

Jika dengan cara ini bisa membuat Kelven tetap tinggal, untuk mempertahankan pernikahannya dan memberikan rumah yang utuh untuk bayinya yang belum lahir.

Delis bersedia melakukan apa pun.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Laki² kaya gitu buat apa dipertahankan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 906

    Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 905

    Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 904

    Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 903

    Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 902

    Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 901

    “Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status