Beranda / Romansa / Pamer Suami / 1. Pacar Baru Ralin

Share

Pamer Suami
Pamer Suami
Penulis: Ika Armeini

1. Pacar Baru Ralin

Penulis: Ika Armeini
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-01 22:36:49

Ralin mengedarkan pandangannya begitu masuk ke sebuah cafe, tempat diadakannya perkumpulan bersama sahabat-sahabat terdekatnya semasa SMA. Dari jauh ia dapat melihat empat perempuan yang berkumpul di satu meja.

"Ralin, sebelah sini!" Salah satu perempuan yang duduk di sana melambaikan tangannya ke arah Ralin. Dengan cepat Ralin pun melesat menuju ke meja tempat teman-temannya berkumpul.

"Sorry, agak terlambat. Di jalan cukup macet," kata Ralin memberi alasan karena kedatangannya yang terlambat.

"Kita baru sampai juga, kok! Aku pikir kamu terlambat karena datang bersama dengan calon suami kamu," celetuk Hana, salah satu teman Ralin.

"Huush ... gimana mau punya calon suami kalau pacar aja belum ada sampai sekarang," timpal Sisca, satu temannya yang memakai make-up paling tebal. Sisca orang yang selalu tahu tentang hubungan asmara para sahabatnya. Ia juga tahu kalau Ralin sangat sibuk dengan pekerjaannya dan tak pernah sempat menyisakan waktu untuk mencari pacar.

Ralin tersenyum kecut mendengarnya, entah itu sebuah ledekan atau kalimat motivasi agar Ralin terpacu untuk mencari pacar. Tapi sayangnya untuk kali ini tebakan Sisca harus salah.

"Siapa bilang belum ada pacar?" sahut Ralin langsung, ia menyimpulkan senyum paling manis di bibirnya. Tak mau kali ini menjadi bahan ledekan para sahabatnya semasa SMA itu.

Telinga Sisca langsung berkedut begitu mendengar kata-kata Ralin. Ia menatap intens ke arah Ralin yang telah duduk manis sambil meraih buku menu di cafe itu.

"Jadi Ralin yang super sibuk karena menjadi sekretaris CEO perusahaan besar, sekarang sudah memiliki kekasih?" tanya Sisca dengan nada penekanan.

"Sudah!" jawab Ralin singkat.

Empat orang sahabat Ralin pun langsung antusias. Mereka memasang mata dan telinga mereka, ini kali pertamanya setelah beberapa tahun Ralin memutuskan untuk tetap jomlo dan hanya fokus bekerja serta mengumpulkan lebih banyak uang untuk membeli semua barang-barang impiannya.

Semua sahabat Ralin sudah menikah, ada yang sudah memiliki anak, dan ada juga yang baru saja hamil setelah tiga tahun pernikahannya. Satu lagi, ada Kania yang baru dua bulan bercerai dan kini menyandang status janda. Memang hanya Ralin saja yang belum menikah, dan tetap betah sendiri dengan ambisi pekerjaannya walaupun kini sudah berusia 29 tahun.

"Jadi, kamu sudah berapa lama pacaran? Kenapa tidak beritahu kami kalau sekarang kamu sudah tidak sendiri lagi?" cecar Sisca, orang yang rasa ingin tahunya selalu tinggi kalau urusan asmara Ralin.

"Belum lama, kok! Kami kebetulan bertemu di kantor secara tidak sengaja, perusahaan dia bekerjasama dengan perusahaan tempatku bekerja, lalu kami dekat dan akhirnya pacaran," jelas Ralin dengan wajah tenang, sambil menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga menggunakan jari tangan kirinya. Dengan halus ia bermaksud memamerkan cincin berlian yang tersemat di jari manis tangan kirinya itu.

Lily sahabat Ralin yang sedikit mengerti tentang perhiasan, tampak membulatkan netranya. Apalagi posisi Lily yang duduk tepat di sebelah kiri Ralin. "Astaga, ini cincin berlian, kan? Kamu beli sendiri, Ral? Atau diberi oleh pacarmu itu?" tanya Lily penasaran sambil meraih tangan kiri Ralin, memperhatikan dengan saksama cincin tersebut.

"Diberi oleh pacarku, tentunya," kata Ralin dengan bangga.

"Wow ... kalau cincin yang begini harganya sekitar ratusan juta, Ral!" ujar Lily masih meneliti cincin yang tersemat di jari manis Ralin itu.

"Oh, ya?" Ralin pura-pura terbelalak tak percaya, tapi kemudian pandangannya mengedar ke arah tiga orang temannya yang lain. Seperti menyiratkan pamer pada sahabat-sahabatnya kalau dirinya memiliki kekasih yang memberikannya cincin mahal. "Aku kurang tahu kalau masalah harga. Tapi kemarin waktu ulang tahunku, dia tiba-tiba saja memberikanku hadiah cincin ini, jadi aku terima saja."

Tampak jelas teman-temannya memandang kagum. Bagi Ralin ini baru pemanasan, hanya cincin berlian saja teman-temannya sudah kaget, apalagi kalau dia menunjukkan benda lain pemberian kekasih barunya. Bisa saja mereka makin kaget saat mengetahui siapa sebenarnya sosok laki-laki yang kini menjadi kekasih Ralin itu.

"Jadi, kenalin ke kita siapa pacar baru kamu, dong! Kan kita juga pengen tahu, penasaran," sahut Hana, sahabat Ralin yang kini sedang hamil 4 bulan.

"Betul, kira-kira siapa yang sudah berhasil meluluhkan hati Ralin? Tahu sendiri, kan, kalau Ralin ini sibuk kerja, dan selalu menolak kalau kita kenalkan dengan laki-laki. Eh ... tahu-tahu sekarang malah kasih kita surprise," sambung Kania. Ia juga sangat penasaran dibuatnya, pastinya menjadi Ralin sangatlah beruntung, bisa punya pacar yang memberikan barang mewah.

"Tunggu saja, sebentar lagi dia sampai, kok!" Jawab Ralin sambil mengusap-usap layar gawai keluaran terbaru miliknya. Ia melihat ada balasan pesan dari kekasihnya yang mengatakan kalau sudah dekat dari lokasi tempat Ralin dan para sahabatnya berkumpul.

"Ini juga ... handphone keluaran terbaru, kan, Ral? Gila, ini harganya mahal juga," ucap Lily, si pemerhati barang-barang mewah. Netranya berbinar melihat gawai baru milik Ralin.

"Oh, kalau yang ini kebetulan handphoneku rusak, jadi dibelikan yang baru oleh pacarku. Aku kurang tahu juga kalau masalah harganya," jelas Ralin sedikit berbohong. Nyatanya ia mengetahui betul berapa harga gawai baru miliknya ini. Ralin lantas memasukkan kembali gawainya ke dalam tas yang ia bawa, lagi-lagi sedikit menunjukkan pada para sahabatnya kalau dirinya juga memiliki tas kulit bermerek terkenal buatan Perancis. Memang sebelumnya Ralin sudah biasa memakai tas bermerek, tapi ini adalah yang paling mahal dan pemberian dari kekasih barunya juga.

"Sekarang Ralin juga punya tas branded kulit buaya paling mahal itu?" tanya Hana yang tahu betul tas mahal tersebut. Netranya juga terus-terusan memperhatikan barang itu.

"Ini juga pemberian dari pacar baruku itu, kok!" kata Ralin dengan bangga.

"Wah, jadi makin penasaran sama pacar baru kamu itu. Pasti tajir melintir, kan?" tebak Hana.

Ralin hanya melebarkan senyumnya pada para sahabatnya itu. Ia sengaja menunggu waktu yang pas seperti saat ini. Cukup gerah selama bertahun-tahun selalu menjadi bahan ledekan teman-temanya karena Ralin yang belum memiliki kekasih, juga terlalu fokus dengan pekerjaan. Sementara para sahabatnya ini sudah berumah tangga, mereka selalu membanggakan para suami mereka. Diantara mereka berempat hanya Kania yang paling jarang membahas suaminya, tahu-tahu sudah bercerai.

Tak berselang lama, seorang laki-laki datang menghampiri meja mereka. Ia menggunakan pakaian khas eksekutif muda, dengan rambut yang di sisir klimis rapi.

"Hai, maaf aku terlambat, Sayang!" ucap laki-laki itu sembari menghampiri kursi Ralin.

"Hai juga, Sayang! Nggak apa-apa, pasti kamu sibuk tadi di kantor, kan?" ucap Ralin pada kekasihnya yang baru saja datang. Kekasih baru Ralin itu melempar senyum pada Ralin dan kemudian tersenyum ramah juga pada para sahabat Ralin.

Empat orang sahabat Ralin jadi tercengang begitu melihat betapa tampan dan sempurnanya laki-laki itu. Mereka pun membalas senyum ramah dari kekasih Ralin tersebut.

"Sudah lama sekali tidak bertemu kalian, apa kalian masih ingat denganku?" tanya kekasih Ralin pada empat perempuan itu.

Mereka mengernyit secara bersamaan, saling bertukar pandang dengan teman di sebelahnya. Merasa kalau mereka belum pernah sebelumnya bertemu dengan laki-laki ini.

"Maaf, kalian pasti bingung. Apa kalian masih ingat dengan teman SMA kita yang bernama Juan Harris Poernomo? Ini Juan, teman SMA kita dan sekarang menjadi CEO di Poernomo Group, sekaligus pacar baruku," jelas Ralin memperkenalkan Juan, kekasih barunya.

"Juan? Juan si gendut, maksudnya?" celetuk Sisca tiba-tiba. Netranya membulat tak percaya memperhatikan laki-laki tampan dengan tubuh sempurna di hadapannya. 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sari Komala
aku mampir kak...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pamer Suami   65. Membongkar Sikap Buruk Juan

    "Ya ampun, Anya, saya nggak bisa lama-lama di sini. Istri saya mau lahiran, saya harus segera pulang." Juan berusaha melepas pelukan dari sekretarisnya tersebut. "Pusing, pu-pusing, Pak!" "Makanya kan tadi saya bilang, kalau nggak bisa minum ngapain dicobain sih? Kamu kan bisa tolak dengan baik-baik, mereka bakalan paham kok kalau kamu nggak biasa. Kalau begini saya harus gimana? Harus titipin kamu sama siapa?" Anya sudah lemas tak karuan, mana peduli dengan omelan atasannya tersebut. Akhirnya mau tidak mau Juan harus mengantar sekretarisnya untuk balik ke kamarnya. Membiarkan Anya beristirahat di sana, mungkin pilihan terakhir Juan akan menitipkan Anya pada staf hotel. "Kunci kamar kamu mana, Nya?" tanya Juan. Anya hanya menunjuk saku di celana bahan yang ia gunakan tanpa bicara apa-apa, sudah terlanjur sakit kepala. Mau tidak mau Juan pun harus meraba saku celana itu cuma untuk mengambil kunci kamar Anya. Dapat! Untung saja kuncinya berbentuk kartu yang mudah diambil. L

  • Pamer Suami   64. Bahagia Dengan Pilihannya

    “Ah, aku sih selalu senang kalau temanku ada yang mampir ke sini apalagi kalau sama keluarganya atau suaminya,” jawab Kania. Ekspresinya masih terlihat santai dan ramah. Sesekali Kania melirik ke arah Juan, semakin hari suami orang semakin tampan.“Bagus kalau gitu.” Ralin tersenyum manis. “Kebetulan aku lagi ngidam, kepengen minum kopi yag dibuatin sama kamu. Kebetulan banget kamu ada di sini, Kania, jadi aku bisa dibikinin kopi langsung sama kamu, kan?”“Ngidam kopi yang dibuatin langsung sama aku? Wah, anak kamu tahu banget ya mana Tante yang pinter bikin kopi.” Lagi-lagi Kania melirik ke arah Juan. Kali ini sambil memberi kerlingan mata.Sudah tentu Juan langsung mengalihkan pandangannya, tak mau fokus ke Kania. Lagipula Juan memang sedang menghindari perempuan ini, malah bisa-bisanya Ralin ngidam kopi buatan Kania. Apa benar anaknya ini paham kalau bapaknya ada sesuatu dengan Kania?Ralin fokus mengelus perutnya yang belum begitu buncit. “Sekaligus tahu juga kalau Tante Kania itu

  • Pamer Suami   63. Kopi Buatan Kania

    "I-ini, bukan kotak apa-apa, Bu. Kebetulan aja ini kotak bekas, saya diminta tolong sama Pak Juan untuk membuangnya." Anya terpaksa mengarang cerita. Sesuai perjanjian kalau ia akan tutup mulut masalah perselingkuhan Juan. Terlihat Ralin seperti kurang percaya dengan perkataan sekretaris suaminya itu. Matanya terus memperhatikan kotak yang dipegang oleh Anya. "Kotak bekas? Tapi Kenapa kelihatannya masih bagus, ya?" tanya Ralin. "Sa-saya kurang tahu, Bu, saya cuma mengikuti perintah Pak Juan." Anya menunduk hormat. "Mohon maaf, saya permisi sebentar, Bu, kebetulan setelah buang kotak ini saya mau mengerjakan pekerjaan yang lain." Ralin menghela napasnya. "Ya udah!" "Permisi, Bu!" Anya pun kemudian pamitan pergi. "Honey, kenapa nggak bilang kalau mau ke sini?" Juan langsung menghampiri istrinya, sebenarnya agak panik juga karena Ralin datang tiba-tiba. Beruntung saja foto-foto Juan yang dikirim oleh Kania itu sudah dibawa pergi oleh Anya. Terlihat Ralin menatap suaminya dari atas

  • Pamer Suami   62. Itu Kotak Apa?

    "Nggak perlu dijelasin, kamu nggak perlu tahu aku lihat buktinya di mana!" Ralin bangun dari posisinya, ia pun langsung pergi meninggalkan Juan dan masuk ke kamar. Juan makin tak paham dengan situasi ini, kenapa malah jadi makin runyam. Belum saja urusannya dengan Kania benar-benar selesai, tetapi kini Ralin sudah salah paham dengan sekretaris Juan. Langsung saja Juan menyusul ke kamar, hendak menjelaskan kembali kalau dirinya tidak ada apa-apa dengan Anya. "Honey ... buka pintunya, dong!" Juan menggedor pintu, meminta istrinya untuk membukakan pintu kamar. "Aku sama Anya beneran nggak ada apa-apa, Honey!" Tak ada jawaban dari dalam kamar, sudah pasti Ralin ngambek tak karuan karena kesalahpahaman ini. Juan lemas di tempat, kalau begini bagaimana caranya untuk meyakinkan istrinya? Juan kembali ke sofa, ia menghempaskan tubuhnya dengan lemas di sofa tersebut. Lama ia terdiam, menyadari kalau dirinya memang kurang ajar karena sudah menduakan istrinya, bahkan dengan sahabat istrinya

  • Pamer Suami   61. Imbalan Tutup Mulut

    Juan menganggukkan kepalanya. "Iya, mereka sahabatan dari SMA. Bisa dibilang benar-benar dekat dan saling mengenal satu sama lain!"Anya masih kaget, tak menyangka kalau bos-nya bisa sejahat itu. "Bapak keterlaluan, malah sangat keterlaluan! Kalau saya jadi Bu Ralin dan tahu masalah ini udah pasti saya nggak mau pertahanin rumah tangga saya, Pak! Bapak selingkuh aja udah salah, malah selingkuh sama orang terdekat dari Bu Ralin, itu makin salah lagi!" Anya geleng-geleng kepala keheranan."Ck ... kamu jangan ngomong gitu, dong!""Saya serius, Pak! Nggak ada perempuan yang rela-rela aja suaminya selingkuh apalagi selingkuhannya itu sahabatnya sendiri. Saya nggak bakalan pikir dua kali buat pertahanin pernikahan, mending pisah aja! Malah di awal saya kira karena Bu Ralin itu tipenya Bapak jadi Bapak nggak mungkin berpaling ke cewek lain, ternyata ... ah, memang omongan cowok nggak ada yang bisa dipercaya!"Juan memijat keningnya sejenak. Ia jadi kepikiran dengan kata-kata sekretarisnya in

  • Pamer Suami   60. Anya, Saya Percaya Sama Kamu!

    Juan melipat kedua tangannya di depan dada. "Apa yang membuat aku nggak bisa pamitan sama kamu?"Kania lagi-lagi bergerak sesuai kemauan hatinya, kali ini dengan impulsif ia memeluk Juan. Sudah pasti Juan kaget dengan tindakan Kania ini, ia khawatir dengan kamera CCTV yang menyoroti gerak-gerik mereka. "Please, Kania ... jangan begini!" Juan langsung menolak tangan Kania yang memeluknya itu. "Kita harus sama-sama menghargai situasinya. Oke, aku akui kalau aku yang salah, aku yang sudah membuka gerbang perselingkuhan ini. Aku cuma ... cuma awalnya iseng, tapi malah keterusan.""Iseng kamu bilang?" tanya Kania.Juan hanya mengangguk pelan. "Bukannya iseng itu malah membuat kamu jadi ketagihan sama aku? Kamu lebih suka caraku memuaskan kamu daripada istri kamu itu, kan?" "Apa sih mau kamu? Kamu mau menuntut lebih ke aku masalah hubungan ini? Aku nggak bisa, Kania, aku sudah ada istri dan aku nggak akan menceraikan dia!" Juan bersikap tegas, tak mau lagi terpengaruh dengan pesona janda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status