Seminggu kemudian....
Panglima Pandu mendapatkan perintah langsung dari sang raja, untuk segera berangkat ke wilayah kepatihan Merba Tirta. Prabu Surya Darma Wihesa merasa bahwa Panglima Pandu sudah waktunya turun tangan untuk membantu Panglima Durga.
"Ini adalah waktu yang tepat untukmu berangkat ke wilayah konflik. Aku percaya bahwa kau pasti akan dapat meredam ketegangan di sana!" ujar sang raja berbicara penuh kesungguhan kepada Panglima Pandu.
Panglima Pandu menjura kepada sang raja, kemudian berkata, "Hamba siap melaksanakan titah Gusti Prabu, dan hamba akan segera berangkat ke wilayah perbatasan."
Raja tersenyum lebar menatap wajah Panglima Pandu. Lalu, ia bangkit dari duduknya.
"Wahai para petinggi istana!" seru sang raja sambil mengangkat sebelah tangannya.
Mendengar seruan dari sang penguasa kerajaan tersebut. Maka, secara serentak para petinggi istana dan dewan kehormatan istana langsung bangkit secara bersamaan, termasuk Panglima
Di lain tempat, tepatnya di istana kepatihan Merba Tirta. Dua pelaku pencurian senjata di gudang persenjataan istana kepatihan, tampak seperti menyesali perbuatan mereka.Rasyudita dan Ramalaka berteriak-teriak, memohon pengampunan kepada sang patih agar mereka segera dibebaskan. Dan mereka menyatakan diri akan membongkar segala rahasia kelompok mereka."Gusti Patih! Ampuni kami! Kami akan membongkar rahasia para pemberontak jika kami dikeluarkan dari ruangan ini!" teriak Ramalaka sambil memukul-mukul jeruji besi ruangan tersebut.Meskipun demikian, teriakan itu tidak mungkin dapat didengar oleh siapa pun, termasuk oleh para prajurit penjaga ruang penjara tersebut. Suara keras dari Ramalaka hanya membuat gaduh ruangan tersebut.Dinding ruangan penjara rahasia itu terbuat dari beton kuat dan tebal, para penjaga di pintu penjara rahasia hanya berjaga di luar saja, dan mereka tidak mungkin mendengar suara apa pun dari dalam ruangan tersebut."Prajurit
Dengan demikian, pertikaian di ruang penjara tersebut, sudah tidak dapat dihindari lagi. Para tahanan itu langsung mengadakan pertarungan satu lawan satu dalam menghadapi kedua pendekar sombong yang sudah membuat kegaduhan di dalam penjara tersebut.Pertarungan pertama, Rasyudita menghadapi salah seorang tahanan yang tadi sempat adu mulut dengan dirinya. Sementara yang lain hanya menonton menunggu giliran untuk melakukan pertarungan berikutnya.Seketika, ruangan penjara itu berubah menjadi arena pertandingan. Mereka tampak leluasa dalam melakukan pergerakan demi pergerakan di dalam ruangan itu. Karena ruangan tersebut berukuran cukup luas."Bagaimana kalau kita bunuh saja mereka!" bisik salah seorang tahanan menyarankan kepada kawannya."Jangan! Jika kita membunuh kedua pendekar itu, maka kita akan mendapatkan hukuman yang lebih berat lagi, apa kau tidak mau segera keluar dari ruangan ini?" sahut kawannya.Pria itu hanya mengangguk dan kembali meny
Dengan adanya peristiwa terbunuhnya empat orang prajurit penjaga penjara. Tentu, akan menjadikan citra prajurit kepatihan akan semakin buruk di mata para pengamat politik di wilayah tersebut.Kabar kematian empat orang prajurit tersebut, sudah terdengar oleh telinga sang raja. Sehingga, ia pun segera meminta pendapat dari para dewan kehormatan istana."Kasus ini akan menjadi kasus terburuk di sepanjang sejarah. Sudah barang tentu akan menghilangkan kepercayaan dari rakyat kerajaan ini, terutama rakyat yang ada di wilayah perbatasan," ujar sang penasihat istana berbicara di hadapan sang raja dan maha patihnya.Prabu Surya Darma Wihesa mengerutkan kening, lantas berpaling ke arah Mpu Mandalika. Lalu, sang raja pun berkata, "Bagaimana menurut, Penasihat? Apakah kita harus segera bertindak tegas atau menunggu waktu yang tepat?" tanya sang raja meminta pendapat kepada sang penasihat istana."Mohon maaf sebelumnya, Gusti Prabu. Hamba hanya menyarankan saja agar
Para pendekar itu langsung maju mendekati Senapati Pandu. Tombak, pedang, dan senjata tajam lainnya sudah menjulur ke arah Senapati Pandu dan empat orang prajuritnya.Meskipun demikian, sang senapati hanya tersenyum, dirinya sudah bersiap menghadapi belasan pendekar hanya dengan menggunakan serangan tangan kosong saja.Senapati Pandu tetap mempertahankan kekuatan tenaga dalam yang ia miliki, dalam jarak beberapa tombak saja. Ia sudah membentengi dirinya dengan kekuatan tenaga dalam tersebut, sehingga tidak akan mudah untuk ditembus oleh lawan-lawannya."Sebaiknya kalian mundur saja!" seru sang senapati kepada empat orang prajurit pengawalnya. "Biarkan aku saja yang akan menghadapi mereka!" sambungnya."Baik, Senapati," sahut Tamaraka, saat itu juga ia dan tiga orang kawannya langsung surut beberapa langkah ke belakang.Para pendekar itu, kini telah bersatu. Masing-masing dari mereka telah berbaris penuh kesiagaan dalam menghadapi Senapati Pandu. Pa
Usai melakukan pertarungan dengan para pendekar itu, Senapati Pandu langsung memerintahkan kepada para prajuritnya agar segera melakukan penjagaan yang ketat di seluruh wilayah kuta utama Dalam Genda."Aku perintahkan kepada kalian agar memperketat penjagaan di perbatasan-perbatasan yang menuju kuta utama!" kata sang senapati. "Tangkap, jika ada orang asing masuk ke wilayah kuta utama, dan pastikan identitasnya! Apakah dia penyusup atau hanya pendatang biasa?!" sambungnya menegaskan."Baik, Senapati. Kami akan segera melaksanakan tugas dari Senapati," sahut salah seorang prajurit menjura kepada sang senapati.Setelah itu, Senapati Pandu dan empat orang prajurit pendampingnya langsung kembali ke istana. Sementara untuk para prajurit yang baru tiba, diperintahkan untuk menguburkan jasad para pendekar yang telah tewas di tangan sang senapati.Setibanya di istana, Senapati Pandu meminta agar Tamaraka dan tiga orang kawannya beristirahat sejenak di barak merek
Pada kesempatan itu, Senapati Pandu sedikit memberikan keterangan tentang siasat perang kepada empat orang prajurit pendampingnya. Karena mereka akan dipercaya sebagai pemimpin kelompok-kelompok prajurit. Ketika mereka sudah tiba di wilayah konflik. "Di sana kita akan melakukan serangan gerilya. Kita akan masuk ke dalam hutan dan melakukan penyergapan terhadap para kelompok pemberontak itu," ujar sang senapati. "Mohon maaf, Senapati. Bagaimana jika mereka memasang perangkap ranjau di sepanjang jalan yang hendak menuju markas mereka?" tanya Jaka Tira bersikap penuh hormat terhadap sang senapati. "Kita akan menugaskan para prajurit telik sandi agar menyusup ke wilayah-wilayah terdalam yang ada di ujung perbatasan itu, untuk memastikan medan dan kendala di jalur tersebut," jawab Senapati Pandu. "Seperti kejadian di masa lalu, Paman Rakuti telah melakukan penyisiran secara besar-besaran di sepanjang hutan yang berbatasan langsung den
Ketika Senapati Pandu dan ratusan prajurit sudah meninggalkan istana, Wira Karma, Jalamangkara, dan Damara langsung berangkat menuju ke ladang yang sedang mereka garap yang berada di belakang barak prajurit.Seperti hari-hari biasanya, mereka melakukan aktivitas sebagai petani yang menggarap sebidang tanah yang berada di area barak prajurit yang sengaja disediakan oleh sang raja untuk aktivitas mereka agar mereka tidak merasa jenuh selama tinggal di area istana.Hasil dari pertanian tersebut, akan dibeli oleh pihak kerajaan untuk bahan makanan para prajurit kerajaan. Wira Karma tidak harus repot-repot menjual hasil pertanian yang ia garap bersama Jalamangkara dan juga Damara."Apakah kalian tidak mendengar kabar terbaru dari istana?" tanya Wira Karma mengarah kepada Jalamangkara dan Damara yang sudah memulai pekerjaannya mencangkul tanah yang hendak mereka tanami jagung."Kabar tentang apa, Wira?" tanya Damara menghentikan aktivitasnya sejenak. Ia berdiri sambil mena
Rangga Wihesa dan gurunya–Ki Durkakira telah mendengar kabar kematian tiga orang prajurit kerajaan tersebut dari seorang prajurit kerajaan yang bertugas di wilayah kademangan tempat tinggal mereka.Rangga Wihesa tampak gusar mendengar kabar itu, sehingga langsung meminta pendapat kepada sang guru, apa yang mesti ia lakukan untuk membantu kakaknya–Prabu Surya Darma Wihesa dalam mengatasi pergerakan para pendekar dari kelompok pemberontak yang semakin meresahkan rakyat dan para prajurit kerajaan."Aku rasa, kau harus segera menemui rakamu. Karena itu sangat penting, kau ini bagian dari keluarga kerajaan Genda Yaksa, sudah sepantasnya ikut andil dalam persoalan yang tengah dihadapi oleh kerajaan!" ujar Ki Durkakira berkata penuh kelembutan kepada murid satu-satunya itu."Iya, Guru. Aku pun berpikir demikian, ingin rasanya segera ambil bagian dalam melakukan pencegahan terhadap pergerakan para pemberontak itu," sahut Rangga Wihesa menjura hormat kepada s