Share

11. Kasino

Perempuan yang mendatangi Lesha tampak kecewa karena ditolak. Lesha masih mengamati sekitar. Tempat tersebut sangat ramai, banyak ekspresi yang bisa dilihat oleh Lesha, dari ekspresi putus asa dengan wajah kusut dan rambut acak-acakan, lalu juga wajah sumringah bahagia, ada juga wajah dengan penuh emosi.

"Hm... menarik!" kata Lesha. Dia lalu duduk di sofa yang sengaja disediakan di pinggir arena tempat bermain. Seorang pelayan datang untuk menawarkan minuman dan makanan.

"Air putih saja," kata Lesha memesan. Pelayan itu terlihat mengerutkan dahinya karena merasa aneh. Mungkin Lesha satu-satunya orang yang datang dan memesan air putih saja. Karena sebagian minuman yang ditawarkan oleh pelayan tadi adalah alkohol seperti vodka, sampaign, wine, tequila, margarita, mojito with lime, sweet mimosa, pina colada dan lain-lain.

"Apa aku ikut main saja ya?" gumam Lesha. Tak lama minumanmya datang, segelas air putih.

"Apakah Tuan seorang pelancong?" Tanya pelayan yang datang. Dia adalah pelayan yang berbeda yang menawarkan menu dan yang datang membawa air putih. Pelayan itu masih muda dan juga tampan.

Lesha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Apakah Tuan tertarik untuk ikut bermain? Saya bisa menjadi pemandu Tuan," Dia mungkin seorang marketing yang handal, buktinya berkat omongannya hati Lesha tergerak.

"Saya akan menunjukkan cara mainnya, Tuan hanya tinggal bertaruh saja, Tapi kalau Tuan menang, 30% keuntungan untukku, bagaimana?"

Lesha sejujurnya sangat tertarik untuk bermain, karena melihat orang-orang di meja judi mereka tertawa dan juga bersedih, dia penasaran dan ingin merasakannya. Tawaran pelayan itu bukanlah hal yang buruk bagi Lesha, kalaupun dia kehabisan uangnya pun tak masalah, karena Dia Putri satu-satunya keluarga Duke Gerrard Lexid.

"Baiklah... aku setuju," Dia akhirnya menyepakati tawaran pemuda yang membawakan banyak informasi mengenai tempat tersebut.

"Berapa banyak uang yang Tuan bawa?" Tanya si pelayan tersebut. Lesha mengeluarkan kantongnya dan menunjukkan koin emas yang dia bawa. Pelayan tersebut cukup kaget setelah melihat isi kantong yang Lesha tunjukkan. Untuk ukuran pelancong, jumlah koin emas yang dibawa bukan main-main. Mungkin ada lebih dari 20 koin emas. Itu setara dengan pengeluaran rumah tangga rakyat jelata selama 5 bulan.

Pelayan itu lalu menggenggam tangan Lesha dan dengan sorotan mata penuh percaya diri berkata, "Saya pasti akan memenangkan banyak permainan dan membuat kita banyak untung Tuan!"

Rasanya agak kikuk ada orang lain berani menggengam tangannya. Lesha yang merasa tak nyaman hanya tersenyum canggung dan bergegas melepas genggaman tangan tersebut. Tangan Lesha kecil untuk ukuran laki-laki, ya karena dia seorang perempuan yang tengah menyamar, untungnya tangannya kasar dan ada beberapa kapalan sehingga pelayan itu tahu kalau orang yang dia anggap pemuda itu adalah orang yang pekerja keras.

"Panggil saya Kristof Tuan," kata di pelayan tersebut.

"Siapa nama Tuan?" dalam percakapan tersebut, Kristof mendominasi, tapi Lesha tak merasa risih karena keramaian Kristof justru membuat Lesha merasa punya teman baru.

" Ahsel..." Itu adalah nama Lesha yang terbalik. Dia tak pernah memikirkan nama samaran dan berkat pemuda yang menawarkan permaianan di kasino, dia jadi membuat nama samarannya sendiri, 'Ahsel' bukan nama yang buruk.

"Senang berkenalan dengan Tuan Ahsel."

Kristen berkeliling menjelaskan setiap permainan kepada Lesha, dia adalah pemuda dengan kecerdasan dan daya tangkap yang bagus. Tapi menurut Lesha, Kristof juga orang yang terlalu terbuka karena dia juga mendengar Kristof yang bercerita soal kisah hidupnya, Kristof adalah seorang rakyat jelata biasa, karena dia punya perawakan yang tampan juga tinggi dan besar, dia ditawarkan untuk bekerja di kasino ini dengan bayaran yang lumayan tinggi. Kristof bertugas untuk menyenangkan pelanggan perempuan karena wajahnya. Dia harus pandai merayu dan juga menenangkan pelanggan khusus perempuan.

"Tapi saya sudah muak Tuan, saya sering dilecehkan karena saya hanya seorang rakyat jelata. Saya bahkan sering ditawarkan harga untuk dijadikan gigolo," katanya penuh dengan nada emosi. Bangsawan kebanyakan memang seperti itu, sementara punya uang dan kekuasaan lalu menilai orang yang ada dibawahnya dengan rendah. Lesha merasa kasihan dengan Kristof.

"Saya sedang butuh uang Tuan, adik saya sakit dan saya butuh biaya, tapi saya tidak sudi jadi gigolo!" katanya lagi menjelaskan.

Lesha ingin mengapresiasi Kristof, kisah hidupnya sungguh pilu.

"Kalau begitu mari kita menangkan permainan Kristof," Lesha menepuk pundak Kristof dengan tujuan untuk menghiburnya.

Sebenarnya, Lesha sudah ingin mengikhlaskan kantong kainnya yang berisi koin emas itu untuk Kristof tapi untuk menghargai Kristof dia hanya akan menggunakan uangnya untuk bermain dan membagi hasilnya. Orang seperti Kristof pasti tidak mau membebani orang lain, mereka punya gengsi yang cukup tinggi meskipun orang miskin.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status