Share

12. Keributan

Awalnya Lesha hanya ingin coba-coba karena dia penasaran dan juga tertarik dengan tawaran Kristof. Tapi siapa sangka, Kristof tampil sebagai penasehat dan menang banyak. Bahkan jumlah koin emasnya kini sudah 2 kali lipat.

'Balik modal dalam waktu sesingkat itu? pantas orang-orang kecanduan judi,' gumam Lesha dalam hati. Sudah pukul 2.30 siang, Lesha harus bergegas pergi karena kalau kemalaman di tengah jalan melewati hutan menuju wilayahnya akan semakin berbahaya.

"Kristof... kurasa ini sudah cukup," kata Lesha.

"Ah... maaf Tuan Ahsel, saya terlalu bersemangat," jawab Kristof. Berkat perkataan Ahsel, Kristof menyimpulkan bahwa Tuan yang dia pandu bukanlah orang yang tampak serakah dan tamak. Dia murni hanya penasaran bagaimana rupa kasino. Tapi Kristof merasa belum cukup puas sehingga dia akan menawarkan untuk satu kali putaran main saja.

"Ah baik Tuan, tapi Tuan tidak bisakah kita bermain satu putaran lagi, hanya sekali saja," wajah Kristof memelas. Awalnya Lesha menolak karena waktunya mepet, tapi melihat wajah Kristof, Lesha pun menyanggupinya.

Di meja judi kali ini para pemain bertaruh dengan jumlah spektakuler. Lesha juga mengamati dari tampilan mereka, melihat baju dan perawakannya mereka pasti bangsawan yang kaya. Hanya Lesha saja yang identitasnya tak diketahui. Sepanjang menyamar, Lesha juga mengenakan tudung sehingga tampilannya terkesan misterius dan karena wajahnya cantik, dia mengenakan bedak yang warnanya lebih gelap dengan kulit aslinya sehingga wajahnya menjadi coklat kumal, apalagi dengan aktivitas seharian ini sudah dipastikan wajahnya menjadi sedikit kusam.

"Hey Tuan... cepat keluarkan koinmu!" bentuk salah seorang pemain, dia punya perawakan gendut dan kumis tipis. Lesha yang tak suka dengan hardikannya itu pun segera memasang taruhannya. Dia memasak setengahnya yaitu 30 koin emas. "Kita pasang semuanya saja Tuan," bisik Kristof. Lesha ragu karena kalau dia memadang semuanya dan kalah... bukan karena Lesha perhitungan tapi karena kalau kalah Kristof tidak akan mendapatkan apa-apa, terlebih dia sedang membutuhkan.

"Percayalah padaku Tuan," Kristof yang selalu percaya diri itu pun meyakinkan Lesha.

"Oke, baiklah," akhirnya Lesha pun memasang semua loi emasnya.

"60 koin emas," kata seorang pemuda dengan rambut pirang terang. Dia tersenyum mengejek, di samping kanan kirinya sudah ada perempuan dengan pakaian dada yang sedikit melorot sehingga menampakkan payudaranya yang montok.

Lesha hanya meliriknya saja tanpa memperdulikan omongannya.

"Kita mulai Tuan-tuan,"

Di meja itu adalah permainan Roullete, Dalam permainan ini, seorang bandar memutar roda itu ke sebuah arah, lalu melemparkan sebuah bola ke arah yang berlawanan pada sebuah permukaan bulat yang dimiringkan, sehingga berputar mengelilingi roda itu. Bola itu akhirnya jatuh di permukaan roda.

Bagai jelmaan keberuntungan, Lesha dan Kristof menang. Lesha yang degup jantungnya berpacu itu pun senang bukan main, tapi dia menggenggam tangannya karena kalau dia berteriak pasti terluhat kampungan dan lebih jelasnya karena penyamarannya takut terbongkar. Disini yang paling bahagia jelas Kristof karena dia sudah bisa dipastikan akan membawa banyak pulang koin emasnya.

"Apa apaan ini, kalian pasti curang!" kata lelaki gendut dengan arogannya. Orang seperti dia sudah sering Kristof temui, mana mungkin dia mau kalah, secara koin emang yang dia pertarungan juga banyak. Sang bandar melerai dan menjabarkan bahwa mereka berdua bermain adil.

"Bukankah pelayan itu adalah pegawai disini, kalian pasti sudah bekerja sama!" kata laki-laki berambut merah. Dia juga ikut bertaruh dan kalah dengan jumlah yang banyak. Lesha sudah naik pita tapi ditahannya.

"Maaf Tuan-tuan, tapi disini semua boleh bermain, baik rakyat jelata, bangsawan dan bahkan pegawai kami," kata si dealer. Hanya di kasino ini semua kata bisa berbaur, asal punya banyak uang dan juga tempat ini adalah sarang rentenir dimana mangsa selalu ada.

Pegawai dengan bada kekar segera berjaga karena seperti akan ada keributan.

"Kalian semua memalukan!" kata pemuda dengan rambut pirang cerah tersebut.

"Ah... maafkan atas kelancangan saya Yang Mulia," pemuda berambut merah itu menunjukkan hirmatnya pada pemuda berambut pirang tersebut.

"Karena disini ada aku, maka tidak ada siapa pun yang kuijinkan untuk menang,"

"Apa apaan ini?" Kata si Lesha, suaranya terdengar oleh si pemuda berambut purang tersebut. "Kau tidak tahu siapa aku?" matanya melirik tajam ke arah Lesha.

"Apa kau juga tahu siapa aku?" Kata Lesha dengan nada kesal.

"Huh...."

"Berani beraninya seorang rakyat jelata berkata demikian dengan Yang Mulia Putra Mahkota!" bentuk bangsawan gendut dengan kumis tipis.

"Ada apa ini?" seorang bangsawan dengan usia 40 tahunan mendekat, dia adalah pemilik tempat ini.

"Yang Mulia Putra Mahkota..." dia memberikan hormatnya. Dia tahu kalau Putra Mahkota datang ketempatnya artinya akan ada keributan, karena ini bukan sekali atau dua kali terjadi.

Si dealer kemudian menyampaikan duduk perkara tersebut, "Maafkan saya Yang Mulia, tapi permainan ini sudah dimenangkan oleh Tuan dengan jubah hitam tersebut, kalau kemenangan dibatalkan ini tidak adil," jelas bahwa sang pemilik memihak pada Kristof dan Lesha. "Apakah karena yang menang adalah pegawaimu lalu kau membelanya?" Kata bangsawan gendut dengan kumis tipis tersebut.

"Maaf Count Hiba, tapi permainan ini adil dan sesuai prosedur, jadi saya tidak membacanya karena ada pegawai saya yang ikut bermain," Dia juga sudah mulai tersulut emosi.

"Begini Viscount Gali, kami kalah banyak sehingga ini terasa tidak adil," kata si pemuda berambut merah.

'Itukan salahmu ikut bermain, kenapa kalau kalah merasa tidak adil?' gumam Lesha.

Viscount Gali merasa pusing dengan serangan bangsawan yang tidak tahu diri itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status