Joland pergi ke kantornya dengan segera setelah pembicaraan dengan istrinya. Dia tak lagi muda dan butuh penerus. Citranya yang dulu selalu memenangkan peperangan kini telah bergeser dan sekarang dimiliki oleh keluarga Duke Lexid, bahkan anaknya yang seumuran dengan anak Joland juga berprestasi dan menjadi pahlawan perang seperti Ayahnya. Joland kini sudah seperti macan ompong yang kehilangan taringnya dan cakarnya. Semakin lama keluarga Duke Lexid bahkan semakin berjaya, kekayaan dan kekuatannya melebihi keluarga Kerajaan. Hal ini membuat Joland sedikit tertekan.
Dia memikirkan cara untuk membuat keluarga Duke Lexid harus ada dibawahnya karena bagaimana pun otoritasnya sebagai raja masih berlaku dan sebelum Duke Lexid bisa menggulingkannya, Jolan harus segera melucuti taring dan cakar Duke Lexid."Kalau saja anakku lebih berguna!" kata Joland mengeluh. Anaknya sejak kecil sudah diajarkan ilmu berpedang dan bela diri, tapi Ricardo tak menunjukkan bakatnya dan malah terlihat payah. Jadi ketika ada perang datang, Joland memerintahkan bawahannya untuk mengatasi krisis keamanan negara Mulk itu. Dibawah komando Duke Lexid yang gila karena ditinggal mati istrinya, kemenangan selalu diraih Kerajaan Mulk. Anak Joland yang tidak pandai berpedang itu malah menunjukkan minat dan bakatnya dibidang sastra. Sesuatu yang Joland benci karena tidak ada gunanya, pikirnya. Lalu anaknya mulai gila perempuan yang mengarah pada seks di usianya yang mulai menginjak dewasa, salah satu hal yang diturunkan Joland kepada anaknya.Duke Lexid juga mengibarkan sayapnya dengan mengirim anaknya ke perang penakhlukan yang kembali dengan kemenangan. Joland yang melihat keluarga Duke semakin bersinar terang pun tak menyukainya. Bagaimana mungkin keluarganya semakin merosot sementara keluarga Duke semakin berjaya."Aku harus menemukan cara untuk menekan keluarga tersebut!" kata Joland membulatkan tekadnya.***Meskipun Ayah dan kakak laki-laki sibuk bekerja dan mengabdi kepada negeri ini. Mereka tak pernah melupakan kewajibannya sebagai keluarga. Bagi Gerard, kedua anaknya adalah hal yang paling utama baginya. Terlebih putrinya, karena kalau putra yang ahli pedang pasti bisa menjaga dirinya. Jadi Felix keluar dari daftar prioritasnya. Satu-satunya masalah bagi Felix yang akan meneruskan Duchy ini adalah masalahnya dengan perempuan. Gerard menyaksikan sendiri, bagaimana tingkah kikuknya Felix saat dihadapkan perempuan."Maaf Nona, tapi semua dansaku hanya kupersembahkan untuk adik perempuanku!" katanya memberi jawaban atas seorang Lady yang mengajaknya bercanda pada Ball perjamuan kemenangan perang. Lady yang sudah memberanikan diri untuk mengajaknya berdansa tentu saja sangat malu dan langsung pergi berlari."Ck..." Gerard saat itu hanya mendecakan lidahnya karena sifat anaknya yang kejam terhadap anak orang.Belum lagi surat cinta dari para gadis, "Ih... apa-apaan isinya surat ini," katanya dengan nada marah dan juga jijik sekaligus.< Dear Kapten Felix yang gagah dan rupawanSaya berdoa siang dan malam agar kapten pulang dengan selamat selama di medan perang. Saya bahkan tak nafsu makan memikirkan kapten yang harus berjuang untuk Kerajaan ini....> Felix yang hanya membaca pembukaan surat itu langsung merinding dan membuang surat tersebut. Lalu surat-surat lainnya juga tak kalah Malang karena tak pernah dibaca dan langsung dibuang. Gerard benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan anaknya yang aneh itu. Dipuji banyak perempuan bukannya suka malah jijik. Sekali lagi Gerard hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.Sedangkan Lesha yang notabenenya adalah seorang perempuan, dia lebih lemah dimata Gerard. Padahal Lesha juga belajar berpedang dan ilmu bela diri secara diam-diam. Lesha yang dimanja tapi sangat mandiri itu sangat gengsi kalau harus merepotkan orang lain. Jadi tanpa sepengatahuan Ayah dan kakak laki-lakinya yang over protektif dia belajar cara melindungi dirinya sendiri. Kenapa diam-diam? karena kalau dia bilang pun tidak akan di ijinkannya. Belajar berpedang dan ilmu beladiri selalu menguras tenaga dan fisik, tak jarang juga badan ikut tergores pedang atau mendapatkan memar. Jadi Ayah dan Kakaknya tentu akan menolak permintaan yang berbahaya itu. Untuk mengakali tangan kapalannya, Ariana selalu memakai sarung tangan agar kakak dan Ayahnya tidak curiga.Jadwal latihannya adalah ketika Ayah dan Kakaknya pergi, lalu dia akan mencari alasan kebaktian untuk bisa pergi keluar, padahal kebaktian yang dia lakukan hanya satu jam saja selebihnya dia pergi untuk belajar berpedang dari ahli yang dia bayar secara pribadi.Ayah dan kakak laki-lakinya pasti akan merasa kecolongan jika tahu hal ini. Adik yang lemah lembut di depan mereka itu sebenarnya adalah topeng yang selalu ingin mereka lihat. Padahal watak asli Lesha adalah seorang yang lincah, kejam dan dingin. Dia sangat cocok jika harus menjadi penjahat. Tapi demi Ayah dan Kakaknya, Lesha bermain peran dengan apik. Nyatanya kakak dan Ayahnya tidak tahu kalau sifat Lesha sangat bertolak belakang dengan keseharian yang dia lihat. Lesha yang asli suka sekali berkuda daripada merajut. Rajutannya bahkan kasar dan buruk, jadi Dia diam-diam selalu menyuruh orang untuk menyulam sapu tangan untuk Ayah dan Kakak laki-lakinyq. Mungkin suatu hari nanti sifat aslinya akan terbongkar. Tapi sementara ini Dia adalah seorang aktris teatrikal yang naskahnya dia buat sendiri.Rubia dan Isabella cukup kaget setelah tahu pelabuhan hari ini begitu ketat. Pemeriksaan dilakukan dan prajurit Kerajaan Mormon terlihat lebih banyak. "Tuan Putri..." Bisik Rubia, "Ada yang tidak beres." Isabella mengangguk setuju. "Pasti sedang terjadi sesuatu!" Balas Isabella. Kali ini Rubia yang mengangguk. "Kita harus bagaimana?" "Bagaimana lagi..." Pertama mereka akan menjual kuda mereka. Tidak dibutuhkan kuda mahal seperti ini. Uangnya bisa digunakan untuk keperluan lain juga, mengingat mereka telah kehabisan bekal uang juga. Kemudian setelah sampai di Negara lain, mereka bisa membeli kuda yang lebih murah. Masalahnya adalah, sulit menemukan pembeli dengan kondisi keadaan terburu-buru. Yang ada malah, mereka tidak akan mendapatkan harga yang bagus. Sulit bagi Isabella untuk melepas Max, kudanya. Tapi mau bagaimana lagi, keadaan mendesak. "Tuan Putri pasti berada disini." Wakil kapten menyakinkan Kaptennya. Metty juga setuju akan hal itu. Mereka juga melakukan
Setelah selesai membereskan semua preman itu, Felix kembali menghampiri dua wanita itu. "Terimakasih Tuan, saya berhutang budi pada anda." "Perjalanan seringkali menghadapi marabahaya, tidak dibekali ilmu beladiri, maka harus pandai menilai situasi. Perbuatan kalian di kedai tadi sangat berbahaya. Kedepannya akan banyak bahaya juga. Harap berhati-hati." Isabella tersentuh dengan kata-katanya. "Perbuatan baik dan perkataan baik mudah di ingat. Terimakasih banyak." Isabella kemudian menyerahkan jepit rambut kesayangan nya. "Nona itu..." Rubia hendak protes tapi langsung ditangkis perkataan nya. "Tidak apa-apa, ini hanya sebuah jepit. Kalau dia memang ditakdirkan jadi milikku. Maka dia akan kembali lagi nanti." "Hanya menawarkan bantuan. Tidak menerima imbalan." Kata Felix. Dia sudah kaya, tidak lagi membutuhkan harta. "Harap diterima Tuan. Ini adalah ucapan terimakasih ku." Karena tidak enak menolak. Akhirnya Felix menerima saja. "Terimakasih kalau begitu." Dan mereka pun
Detak jantung Isabella telah berpacu sedemikian rupa. Jarak mereka berpisah hanya beberapa waktu, tidak mungkin dia sudah bisa pergi sangat jauh. "Kumohon... Tuan... dimana anda?" Isabella bergumam was-was sambil terus menarik tali kekang kudanya untuk terus melaju. Para pengejar itu juga menggunakan kuda. Tapi kuda mereka tidak sebanding dengan kuda milik Isabella dan Rubia. Kuda kerjaan itu sudah terlatih untuk ke Medan perang dan Kerajaan Romton dikenal sebagai pengendali kuda. Seperti sebuah keberuntungan, Isabella melihat ke arah depan, lelaki itu memacu kudanya dengan sangat kencang. Seperti sedang dikejar dan terburu-buru. Felix yang mengendarai kuda kudanya kini hanya bisa tersenyum. Dia jelas bisa mendengar suara banyak kuda yang berlari dibelakang nya. Kalau tidak salah menebak pasti dua Nona itu yang dikejar. "Rasakan sendiri!" Felix menambah kecepatan kudanya. "Sialan!" Umpat Isabella, dia melihat dengan jelas bahwa Tuan pengelana itu menambah kecepatan kudanya.
Mungkin Isabella dan Rubia beruntung, karena dibantu oleh seorang lelaki gagah dan kekar, membuat pemilik penginapan tidak berkutik. Selesai merebut barang barang itu, Rubia dan Isabella langsung mau pergi. Dia tidak tahu bahwa kehidupan di masyarakat bisa begitu licik. Cuih ... Rubia ingin sekali meludahi penginapan tersebut. Kasur keras dan makanan tidak enak. Belum lagi tipu muslihat mereka. Beruntung mereka hidup di Kerajaan Mormon. Coba saja mereka hidup di Romton. Habis sudah mereka digorok olehnya. Rubia, meski sebagai perempuan dia belajar juga bertempur. Sebagai pelayan pribadi Tuan Putri, kalau mengahadapi bahaya, dia juga harus bisa menyelamatkan Tuan Putri. Kuda mereka juga sudah selesai beristirahat, kini saatnya mereka melanjutkan perjalanan. Rubia merasa aneh. "Nona... kenapa lelaki itu membuntuti kita?" Isabella menengok ke belakang. Benar juga perkataan Rubia. Isabella mengentikan kudanya dan langsung menghampiri lelaki yang tadi membantunya. "Berpura-pura
Karena tempat itu adalah satu satunya penginapan di kota tersebut, Rubia dan Isabella terpaksa harus menginap disana. Awalnya Isabella tidak masalah kalau harus dipanggil Nona. Tapi demi keamanan, sepertinya mereka berdua sepakat untuk menyamar menjadi seorang laki laki. Isa dan Rub, nama samar yang seperti laki laki. Ditempat asing, para pengelana selalu menjadi sasaran empuk di peras. Tak jarang mereka dirampok, dibegal dan lain sebagainya. Kalau mereka masih mempertahankan identitas mereka sebagai perempuan, mungkin bukan hanya perampokan tapi juga pemerkosaan. Keamanan harus jadi yang utama saat ini. Ketika hendak pergi ke kamar penginapan dilantai dua, Isabella yang fokus melihat lantai kayu yang berderit setiap mereka lewat tak sengaja menabrak seseorang. "Aduh..." Katanya pelan. Orang itu adalah seorang laki laki dengan tinggi 190 cm, bahunya lebar dan badannya sangat keras. Mungkin sering berlatih otot. "Anda tidak apa apa?" Tanya orang tersebut. Meski ini salah Isab
Setelah mendengar berita di kedai dia makan, Felix tidak terlalu memikirkan nya. Yah, dia sendiri sudah berpikiran bahwa pernikahan nya memang bukan karena cinta. Jadi selebihnya hanya sebuah penyesuaian saja. Sebagai Putri Kerajaan yang mungkin saja dia dimanja, setidaknya dia tidak akan mempermalukan dirinya kan. Para bangsawan itu seperti itu. Mereka pandai memakai topeng untuk menutupi kedok brengseknya. Masih di Kerajaan Mormon, Felix melanjutkan perjalanan nya kembali. Jujur saja, wanita di negeri Mormon itu cantik cantik. Makanya banyak dari mereka yang dinikahi oleh para petinggi kerajaan-kerajaan lain. Itu membuat Kerajaan ini aman dari serangan dan ancaman. Pondasi aliansi mereka kokoh. Para wanita disini memang diajari trik manipulasi dan mengontrol laki laki. Sungguh menyeramkan. Berbeda dengan kerajaan Romton. Dimana wanita kadang hanya sebagai budak nafsu belaka. Menuju senja dia mampir disebuah kedai di kota kecil. Perjalanannya masih akan memakan sehari semalam lag