Ricardo sangat frustasi karena terkena amarah Ibunya. Saat emosi begini biasanya dia akan mencurahkan hasratnya kepada para perempuan. Dia suka menyiksa perempuan dan menangis dibawahnya. Semakin perempuan menjerit dan memohon kepadanya semakin kesenangannya meningkat. Dulu tidak begini, dia lebih suka membuat puisi yang indah tapi semenjak Ayahnya memukulinya hingga babak belur dengan tangannya sendiri karena puisinya yang bagus dengan nama anonim. Dia juga pernah menulis diam-diam, tapi kumpulan puisinya ditemukan oleh dayang yang jadi mata-mata Ayahnya sehingga, Joland sang Raja menghukum Ricardo di penjara bawah tanah. Perlakukan yang kejam itu membuat Ricardo menyerah dan mengganti hobinya dengan bersenggama dengan para pelacur. Anehnya, hobi memalukan itu tak oernah mendapat teguran orang tuanya, bahkan mereka tak pernah mengurungnya ke penjara bawah tanah karena pergi ke tempat prostitusi setiap hari.
Ricardo melampiaskan emosinya dengan bercinta secara brutal dan menjadi gila. Berawal dari Sana sikapnya dalam memandang perempuan sekarang hanya terpikirkan nafsu duniawi saja. Mereka adalah ladang tempat benih disemai.Dalam hati Ricardo selalu tak ingin menjadi anak tak berguna, baik itu ilmu berpedang, bela diri atau dalam memimpin. Dia juga ingin mumpuni dalam berbagai bidang, tapi ternyata otaknya tak sejalan. Dicap sebagai produk gagal Ayahnya sangat menyakiti hatinya. Minat dan bakatnya dianggap aib oleh Orang tuanya sendiri, orang yang harusnya memeluk dan mendukungnya malah menjadi orang yang mendorongnya terus menerus dan memberinya beban yang berat, yang harus Dia pikul sendiri."Sial..." katanya seorang diri. Dia mengatakan acak rambutnya. Wajahnya sangat kusut mencerminkan betapa stressnya dia. Saat ini Ricardo hanya ingin melampiskan amarahnya pada jalang yang akan menangis kesakitan karena dia siksa."Kalau aku pergi ke sarang prostitusi siang hari ini pasti hanya akan menambah masalah runyam." Dia akhirnya memilih untuk keluar dan berjalan-jalan sebentar."Haruskah aku berjudi saja?" Dia bergumam sendiri. Ricardo yang terlalu disayang Ibunya tapi juga satu sisi paling mendapatkan tekanan dari Ibunya. Ayahnya yang hanya sibuk untuk terus mempertahankan posisinya sebagai Raja negeri ini sibuk pencitraan dan mengabaikan anak semata wayangnya. Dia juga tidak punya saudara untuk berbagi keluh kesah. Maka yang dia lakukan adalah mencari kesenangan dengan hartanya yang melimpah.***Gerard tengah pergi untuk melakukan ekspedisi, Felix anak pertamanya juga pergi meninjau adanya bencana puting beliung. Hanya Lesha yang tersisa, dia sangat bosan sekali berada di wilayahnya. Keluarganya tak memperbolehkan dia untuk menampakkan mukanya di luar wilayahnya. Lesha juga tidak tahu apa masalahnya, hanya saja setelah upacara kedewasaanya dan dia diperkenalkan di pergaulan kelas atas, Lesha semakin bersemangat untuk kekuar dari wilayahnya. Apalagi semenjak itu, dia jadi sering mendapatkan surat undangan pesta teh. Ayahnya yang protektif dan Kakaknya yang 11 12 sama dengan Ayahnya itu tak memperbolehkan Lesha untuk datang selama itu diluar wilayahnya. Praktis membuat Lesha hanya bisa menghadiri pesta teh yang dikatakan oleh Barones Mia, wanita yang berusia 39 tahun dengan 4 orang anak atau Viscountess Joanne, wanita yang berusia 30 tahun, juga Countess Sonya, wanita yang berusia 35 tahun. Tak ada bangsawan wanita seusianya di wilayahnya sendiri. Lesha harus tetap tersenyum mendengarkan Baroness yang bercerita soal anaknya, Viscountess yang hobi membuat kue tapi selalu gagal, entah buntet, gosong, kurang manis dan lain sebagainya. Sedangkan Countess Sonya adalah wanita pendiam yang tak banyak bicara."Aku akan gila kalau berlama lama tinggal disini!" ucap Lesha.Lesha pernah menyelinap pergi ke Ibukota yang jaraknya hanya 2 jam dari wilayahnya dengan menunggang kuda. Saat itu dia hanya ingin menjajal kue yang laris dan sedang naik daun. Dia tidak bisa menahannya karena semua orang selalu membicarakannya. Bahkan ksatria dan pelayan di mansionnya. Dia ingin meminta tolong orang untuk membelikannya tapi dia gengsi belum pernah mencobanya. Maka diam-diam saat kakak dan Ayahnya pergi dia kabur menyamar menjadi seorang laki-laki dan mengembara ke Ibukota. Dia menghabiskan uangnya untuk membeli jajanan di pasar yang padahal di wilayahnya juga dijual disana. Tapi menurut Lesha rasanya berbeda. Tipe sang kepala pelayan tak menyadari kalau Lady nya sudah pergi mansion karena Lesha bilang tidak enak badan, dia ingin tidur dan jangan diganggu. Dia akan membunyikan lonceng untuk memanggil pelayan jika membutuhkan sesuatu. Emma, pelayan eklusifnya tentu saja sudah diberi tahu Lesha. Jadi Emma yang senam jantung itu selalu berjaga di depan kamar kalau-kalau ada yang mau masuk kamarnya Lesha."2 jam perjalanan kesana, pulang pergi 4 jam Nona," seru Emma dengan wajah cemas."Tenang Emma, ini baru pukul 9 pagi, aku akan pulang sebelum jam 5 sore," ucap Lesha dengan senyum sumringah."Tidak Nona, jam 3 sore," Emma bernegosiasi dengan majikannya."Pukul 4 sore kalau begitu, itu nilai tengahnya Emma," balas Lesha. Dia lalu memeluk maid kesayangannya. Tindakan itu tidak wajar dan diluar etiket bangsawan. Tapi Lesha yang sudah menganggap Emma sebagai kakak perempuan yang selalu mengkhawatirkannya itu perduli. "Tolong jangan buat semua orang khawatir Nona," lagi-lagi Emma mengalah. Lesha pergi dan bersenang-senang.Kali ini Lesha ingin mencobanya lagi. Duchy Lexid sangat ramai tapi Ibukota adalah pusat peradaban. Jadi saat pertama kesana dulu membuat Lesha kagum dan meninggalkan kesan tersendiri baginya."Haruskah kita mencoba peruntungan lagi dan bersenang-senang?" seulas senyuman nakal terpancar di wajahnya.Rubia dan Isabella cukup kaget setelah tahu pelabuhan hari ini begitu ketat. Pemeriksaan dilakukan dan prajurit Kerajaan Mormon terlihat lebih banyak. "Tuan Putri..." Bisik Rubia, "Ada yang tidak beres." Isabella mengangguk setuju. "Pasti sedang terjadi sesuatu!" Balas Isabella. Kali ini Rubia yang mengangguk. "Kita harus bagaimana?" "Bagaimana lagi..." Pertama mereka akan menjual kuda mereka. Tidak dibutuhkan kuda mahal seperti ini. Uangnya bisa digunakan untuk keperluan lain juga, mengingat mereka telah kehabisan bekal uang juga. Kemudian setelah sampai di Negara lain, mereka bisa membeli kuda yang lebih murah. Masalahnya adalah, sulit menemukan pembeli dengan kondisi keadaan terburu-buru. Yang ada malah, mereka tidak akan mendapatkan harga yang bagus. Sulit bagi Isabella untuk melepas Max, kudanya. Tapi mau bagaimana lagi, keadaan mendesak. "Tuan Putri pasti berada disini." Wakil kapten menyakinkan Kaptennya. Metty juga setuju akan hal itu. Mereka juga melakukan
Setelah selesai membereskan semua preman itu, Felix kembali menghampiri dua wanita itu. "Terimakasih Tuan, saya berhutang budi pada anda." "Perjalanan seringkali menghadapi marabahaya, tidak dibekali ilmu beladiri, maka harus pandai menilai situasi. Perbuatan kalian di kedai tadi sangat berbahaya. Kedepannya akan banyak bahaya juga. Harap berhati-hati." Isabella tersentuh dengan kata-katanya. "Perbuatan baik dan perkataan baik mudah di ingat. Terimakasih banyak." Isabella kemudian menyerahkan jepit rambut kesayangan nya. "Nona itu..." Rubia hendak protes tapi langsung ditangkis perkataan nya. "Tidak apa-apa, ini hanya sebuah jepit. Kalau dia memang ditakdirkan jadi milikku. Maka dia akan kembali lagi nanti." "Hanya menawarkan bantuan. Tidak menerima imbalan." Kata Felix. Dia sudah kaya, tidak lagi membutuhkan harta. "Harap diterima Tuan. Ini adalah ucapan terimakasih ku." Karena tidak enak menolak. Akhirnya Felix menerima saja. "Terimakasih kalau begitu." Dan mereka pun
Detak jantung Isabella telah berpacu sedemikian rupa. Jarak mereka berpisah hanya beberapa waktu, tidak mungkin dia sudah bisa pergi sangat jauh. "Kumohon... Tuan... dimana anda?" Isabella bergumam was-was sambil terus menarik tali kekang kudanya untuk terus melaju. Para pengejar itu juga menggunakan kuda. Tapi kuda mereka tidak sebanding dengan kuda milik Isabella dan Rubia. Kuda kerjaan itu sudah terlatih untuk ke Medan perang dan Kerajaan Romton dikenal sebagai pengendali kuda. Seperti sebuah keberuntungan, Isabella melihat ke arah depan, lelaki itu memacu kudanya dengan sangat kencang. Seperti sedang dikejar dan terburu-buru. Felix yang mengendarai kuda kudanya kini hanya bisa tersenyum. Dia jelas bisa mendengar suara banyak kuda yang berlari dibelakang nya. Kalau tidak salah menebak pasti dua Nona itu yang dikejar. "Rasakan sendiri!" Felix menambah kecepatan kudanya. "Sialan!" Umpat Isabella, dia melihat dengan jelas bahwa Tuan pengelana itu menambah kecepatan kudanya.
Mungkin Isabella dan Rubia beruntung, karena dibantu oleh seorang lelaki gagah dan kekar, membuat pemilik penginapan tidak berkutik. Selesai merebut barang barang itu, Rubia dan Isabella langsung mau pergi. Dia tidak tahu bahwa kehidupan di masyarakat bisa begitu licik. Cuih ... Rubia ingin sekali meludahi penginapan tersebut. Kasur keras dan makanan tidak enak. Belum lagi tipu muslihat mereka. Beruntung mereka hidup di Kerajaan Mormon. Coba saja mereka hidup di Romton. Habis sudah mereka digorok olehnya. Rubia, meski sebagai perempuan dia belajar juga bertempur. Sebagai pelayan pribadi Tuan Putri, kalau mengahadapi bahaya, dia juga harus bisa menyelamatkan Tuan Putri. Kuda mereka juga sudah selesai beristirahat, kini saatnya mereka melanjutkan perjalanan. Rubia merasa aneh. "Nona... kenapa lelaki itu membuntuti kita?" Isabella menengok ke belakang. Benar juga perkataan Rubia. Isabella mengentikan kudanya dan langsung menghampiri lelaki yang tadi membantunya. "Berpura-pura
Karena tempat itu adalah satu satunya penginapan di kota tersebut, Rubia dan Isabella terpaksa harus menginap disana. Awalnya Isabella tidak masalah kalau harus dipanggil Nona. Tapi demi keamanan, sepertinya mereka berdua sepakat untuk menyamar menjadi seorang laki laki. Isa dan Rub, nama samar yang seperti laki laki. Ditempat asing, para pengelana selalu menjadi sasaran empuk di peras. Tak jarang mereka dirampok, dibegal dan lain sebagainya. Kalau mereka masih mempertahankan identitas mereka sebagai perempuan, mungkin bukan hanya perampokan tapi juga pemerkosaan. Keamanan harus jadi yang utama saat ini. Ketika hendak pergi ke kamar penginapan dilantai dua, Isabella yang fokus melihat lantai kayu yang berderit setiap mereka lewat tak sengaja menabrak seseorang. "Aduh..." Katanya pelan. Orang itu adalah seorang laki laki dengan tinggi 190 cm, bahunya lebar dan badannya sangat keras. Mungkin sering berlatih otot. "Anda tidak apa apa?" Tanya orang tersebut. Meski ini salah Isab
Setelah mendengar berita di kedai dia makan, Felix tidak terlalu memikirkan nya. Yah, dia sendiri sudah berpikiran bahwa pernikahan nya memang bukan karena cinta. Jadi selebihnya hanya sebuah penyesuaian saja. Sebagai Putri Kerajaan yang mungkin saja dia dimanja, setidaknya dia tidak akan mempermalukan dirinya kan. Para bangsawan itu seperti itu. Mereka pandai memakai topeng untuk menutupi kedok brengseknya. Masih di Kerajaan Mormon, Felix melanjutkan perjalanan nya kembali. Jujur saja, wanita di negeri Mormon itu cantik cantik. Makanya banyak dari mereka yang dinikahi oleh para petinggi kerajaan-kerajaan lain. Itu membuat Kerajaan ini aman dari serangan dan ancaman. Pondasi aliansi mereka kokoh. Para wanita disini memang diajari trik manipulasi dan mengontrol laki laki. Sungguh menyeramkan. Berbeda dengan kerajaan Romton. Dimana wanita kadang hanya sebagai budak nafsu belaka. Menuju senja dia mampir disebuah kedai di kota kecil. Perjalanannya masih akan memakan sehari semalam lag
Karena harus bertanggungjawab dengan semua keputusan berangkatlah Felix menuju Kerajaan Romton. Ekspedisi nya berjalan diam diam saja. Karena berita aliansi pernikahan mereka harus rahasia. Kalau tidak keluarga Kerajaan pasti akan turun tangan dan ikut campur masalah pernikahan nya. Tali kekang itu harus mereka pegang, agar pergerakan keluarga Lexid dibatasi. Sungguh licik sekali. Felix berangkat sendiri, tadinya Lesha bersikeras ingin ikut, tapi Felix tidak memperbolehkan nya. Dengan berat hati Lesha menekuk bibir nya kecewa. Dengan mengendarai kuda nya, dia pergi meninggalkan kadipaten. *** Suasana nya cukup sepi tapi tegang. Isabella berhasil turun lewat tali yang sudah disiapkan oleh Rubia. Tak lupa dia juga memakai baju pelayan agar tidak ketahuan. Setelah berhasil turun dan berhasil menghindar dari tatapan para ksatria, Isabella segera meninggalkan istana menuju taman. Di taman ada sebuah pintu belakang yang tembus dengan istal kuda. Rencananya dia juga akan pergi denga
Isabela sudah merencanakan dengan matang. Kemana dia akan pergi. Sebuah benua sebrang dengan segudang ilmu. Dia suka belajar dan kesetaraan, meskipun di negaranya perempuan hanya diajarkan cara untuk menyenangkan laki laki. Sungguh kuno dan terbelakang. Isabella tidak suka akan hal tersebut. Baginya, semua nya sama. Laki laki dan perempuan harus setara dalam hal pendidikan dan punya kesempatan yang sama dalam pekerjaan juga. Belum juga dia menggapai mimpinya, sudah mau dinikahkan juga dirinya. Isabela hanya berkeyakinan bahwa calonnya sama patriarki nya dengan laki laki di negerinya. Untuk apa jauh jauh ke negeri seberang kalau pemikirannya akan sama saja. Pembodohan! Itu adalah salah satu semboyan favorit nya. Memang belum kenal dan sudah menilai seenaknya tidaklah adil. Tapi feeling-nya berkata demikian. Jadi, kabur adalah solusinya. Putri Isabela sebenarnya tidak sendiri, dia dukung oleh Rubia, dayangnya. Rubia adalah anak pengasuhnya dan sekarang menjadi dayang pribadin
Lesha pulang dengan wajah kesal. Tantangan itu akan dia terima dengan senang hati. Karena bukan hanya Ayahnya yang akan berjuang, ada kakak dan dirinya. Segala daya pasti akan diusahakan dengan maksimal. Sampai rumah Lesha cukup kaget, karena kakaknya dan Ayahnya terlihat sedang berdebat "Ada apa ini, Kakak... Ayah ..." "Lesha..." "Putri Ayah..." Usut punya usut, kakaknya yang gila itu ingin mengusulkan pernikahan dengan Kerajaan Romton. "Apa?" Lesha bahkan juga ikut kaget. Kakaknya itu tidak pernah terlibat skandal dengan perempuan. Juga dia populer dan digilai perempuan, perempuan akan antri untuk bisa berkencan dengannya. Tapi apa sekarang? Usulan pernikahan. "Kakak sudah tidak waras!" "Benar." Lexid langsung menyetujui pendapat anak perempuan nya."Kamu tahu kalau kita menjalin aliansi pernikahan dengan Kerajaan Romton, kita pasti di pihak yang menang."Secara militer mereka pasti akan mendapatkan dukungan."Kakak, pasti ada cara lain. Jangan mengorbankan dirimu untukku