Share

Kejar-Kejaran yang Tak Terduga

Penulis: Aspasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-11 12:40:02

Yan Feng memasuki Restoran Lingxiang dengan langkah ringan. Suasana restoran masih lengang, dampak dari kekacauan pagi tadi. Meja-meja kayu berjejer rapi tetapi kosong, hanya beberapa pelanggan berani kembali setelah insiden pengejaran buronan yang berakhir dengan hilangnya seorang tamu terhormat.

Hu Renshu, pemilik restoran bertubuh gempal dengan kumis tipis melengkung, segera menghampirinya dengan tatapan penuh kecurigaan.

"Ada perlu apa?" tanya Hu Renshu sambil memperhatikan penampilan Yan Feng dari atas hingga bawah.

"Untukmu!" jawab Yan Feng singkat, menyodorkan gulungan kertas itu tanpa basa-basi.

Hu Renshu menerima gulungan tersebut dengan hati-hati, seolah takut isinya ular berbisa. "Surat dari siapa?"

"Baca saja!"

Pemilik restoran membuka gulungan perlahan, matanya bergerak cepat menyusuri huruf demi huruf. Ekspresi wajahnya berubah-ubah seperti topeng opera. Awalnya bingung, kemudian prihatin, lalu berubah menjadi penuh perhitungan. Keringat dingin mulai membasahi dahinya.

"Tuan Baili Zhiyu disandera?" bisiknya, suaranya bergetar. "Dan... dan... semua biaya dibebankan pada Yang Mulia Pangeran Ketiga?"

Yan Feng mengangkat bahu. "Mana kutahu? Aku hanya pengantar."

Hu Renshu mengusap wajahnya dengan gugup. "Baiklah! Tunggu sebentar! Aku harus membicarakan ini dengan istriku."

Pemilik restoran bergegas menuju dapur dengan langkah terburu-buru, surat itu tergenggam erat di tangannya. Yan Feng berdiri canggung di tengah restoran, jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja kayu.

"Ah, hampir lupa," Yan Feng berseru ketika Hu Renshu hampir menghilang ke balik tirai dapur. "Jangan lupa siapkan makanan yang dipesan... sial, aku lupa siapa namanya."

Hu Renshu berbalik, tersenyum lebar dan menepuk bahunya dengan ramah, terlalu ramah.

"Tentu, tentu! Kau duduklah di sini. Kami akan menyiapkan semuanya!"

Yan Feng duduk di sudut restoran dengan punggung menghadap dinding, kebiasaan petualang yang selalu waspada. Matanya mengawasi sekeliling, mengamati bekas-bekas kekacauan yang belum sepenuhnya dibersihkan. Noda makanan di lantai, beberapa meja yang belum dipindahkan kembali, dan tatapan pelayan yang tampak was-was.

Waktu berlalu. Lima menit. Sepuluh menit.

Pemilik restoran tidak kunjung kembali.

Perasaan tidak enak mulai menggerogoti Yan Feng. Ia bangkit perlahan, hendak menyusul ke dapur ketika ...

"TANGKAP DIA! DIA KAKI TANGAN PEMBERONTAK!"

Pintu restoran didobrak dengan keras. Serombongan pasukan Jinyiwei berseragam hitam-merah menyerbu masuk dengan pedang terhunus. Yan Feng membeku sejenak, otaknya mencerna situasi dalam sekejap.

Ia terjebak.

Tanpa pikir panjang, Yan Feng melompat ke samping, menghindari sabetan pedang prajurit terdepan, kemudian melesat menuju dapur! Tangannya menyambar vas bunga dari meja dan melemparkannya ke arah pasukan, menciptakan pengalih perhatian.

Seorang pelayan yang ditabraknya hampir menjatuhkan nampan berisi makanan.

"Tuan, jangan lupa pesanan Anda!" teriak pelayan itu, mengejar Yan Feng sambil menyodorkan bungkusan makanan dengan sikap profesional yang mengagumkan di tengah kekacauan.

Yan Feng hampir menolak, tetapi tangannya refleks menerima bungkusan itu.

"Terima kasih," gumamnya bingung, sambil terus berlari.

Ia menerobos dapur, menabrak dua koki yang tengah memotong sayuran. Sepanci sup tersenggol dan tumpah, menghasilkan teriakan marah dari koki kepala. Yan Feng melompati meja, menendang sebuah tumpukan panci untuk menghalangi jalan, dan melesat keluar melalui pintu belakang.

Gong peringatan dipukul keras di belakangnya. Suara derap langkah menggema di gang sempit.

"BERHENTI!"

Yan Feng berlari sekuat tenaga, menerobos pasar yang ramai. Gerakannya lincah bagai kucing liar, berbelok tajam di setiap persimpangan. Pasukan Jinyiwei mengejarnya dengan gigih, melompati kotak-kotak kayu dan menerobos kerumunan.

"Minggir! Minggir!" teriak Yan Feng, melompati gerobak sayur.

"Hei! Bayar dulu bayam itu!" protes seorang pedagang ketika Yan Feng tidak sengaja menyenggol dagangannya.

Seorang nenek tua yang membawa keranjang belanjaan hampir tertabrak. "Dasar anak muda! Tidak punya sopan santun!"

Seekor ayam melompat dari keranjang dan ikut berlari di samping Yan Feng. Untuk sesaat, manusia dan unggas itu berlari beriringan dalam pelarian yang absurd.

"Kau juga kabur, kawan?" tanya Yan Feng pada ayam tersebut.

Ayam itu berkotek keras seolah menjawab, sebelum berbelok ke gang lain.

Suasana kota berubah kacau! Pejalan kaki berteriak marah! Pedagang mengutuk saat lapak mereka berantakan! Bahkan seorang penjual kue beras nekat melempar adonannya ke arah pasukan Jinyiwei yang mengejar.

Yan Feng berbelok tajam di tikungan—dan BRUK!

Ia menabrak sebuah tandu mewah yang diangkat empat orang pelayan berpakaian mahal. Tabrakan itu membuatnya terhuyung dan hampir jatuh.

"Maaf!" teriaknya, hendak melanjutkan pelarian.

Namun, sebelum ia sempat bergerak, sebuah tangan mendadak menariknya masuk ke dalam tandu!

"Cepat masuk!" bisik suara dari dalam tandu.

Tanpa berpikir dua kali, Yan Feng melompat masuk. Tirai tandu tertutup rapat, dan para pengangkat langsung mempercepat langkah mereka, meninggalkan pasukan Jinyiwei yang kebingungan di persimpangan jalan.

Bungkusan makanan pesanan Baili Zhiyu masih tergenggam erat di tangannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Interogasi yang Gagal Total Dan Gosip yang Berubah Arah

    Mereka bertiga duduk di sudut restoran menghadap jendela, di mana jalanan ibukota menyajikan pertunjukan gratis. Pedagang berteriak menjajakan dagangan, kereta kuda berderap, bangsawan berjalan santai, kehidupan Longcheng yang tak pernah berhenti.Pelayan yang melayani mereka gemetar seperti daun di angin kencang saat mencatat pesanan Baili Zhiyu. Trauma enam bulan lalu masih membekas dalam. Tangannya bergetar memegang kuas tulis, sudah membayangkan kemungkinan terburuk jika tuan muda ini kembali melancarkan kritik mematikan.Pelayan itu berusaha menjaga tangannya tetap stabil, tetapi kuasnya menari dengan ragu. Seolah-olah satu kesalahan kecil akan berakhir dalam ulasan mengerikan yang menghancurkan reputasi keluarganya selama tujuh generasi.Xu Jianhong merasa ini adalah kesempatan emas untuk akhirnya melakukan interogasi yang benar. Ia menuangkan teh untuk mereka bertiga dengan harapan tinggi bahwa hari ini takdir akan

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Hidangan Mewah, Trauma Restoran, Dan Gosip Gaji Menteri

    Baili Zhiyu melangkah dengan tenang dan elegan selayaknya seorang tuan muda dari keluarga terhormat. Setiap gerakannya mencerminkan kedisiplinan yang tertanam dalam pendidikan keluarga bangsawa. Punggung tegak, langkah teratur, pandangan tenang menyapu sekitar dengan pengamatan yang tajam.Di sampingnya, Xiǎo Zeyan berjalan dengan malas, tampak sama sekali tidak tertarik dengan kesibukan ibukota. Tangan kanannya dimasukkan ke dalam lengan jubah, sedangkan tangan kiri sesekali menguap dengan dramatis. Mata setengah terpejam, seolah berjalan di tengah mimpi yang tidak terlalu menarik.Di belakang mereka, Xu Jianhong mengikuti dengan langkah berat, merasa nasibnya semakin buruk dengan setiap langkah. Keningnya berkerut, menatap punggung kedua pemuda di depannya dengan campuran frustrasi dan kepasrahan. Ia mulai mempertanyakan keputusannya mengajak mereka untuk "interogasi santai" ini.Tujuan mereka adalah Restoran Lianhe Fang, restoran mew

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Interogasi yang Gagal, Perburuan Kuliner Dan Li Qingyan

    Xu Jianhong berdiri di depan gerbang Mansion Baili dengan wajah seperti seorang jenderal yang siap berperang melawan musuh yang tidak terlihat. Hari ini ia bertekad menyelesaikan interogasi dengan Baili Zhiyu. Tanpa drama, tanpa kejutan, dan terutama tanpa melibatkan Pangeran Ketiga yang merepotkan.Sayangnya, takdir memiliki rencana lain."Maaf, Tuan Menteri," pelayan Mansion Baili membungkuk sopan. "Tuan Muda Kedua sedang berkunjung ke Manor Menteri Personalia."Xu Jianhong menahan keinginan untuk menengadahkan wajah ke langit dan berteriak pada dewa-dewa yang tampaknya senang mempermainkan hidupnya. Menteri Personalia, Li Chengfeng, merupakan adik mendiang Nyonya Baili."Terima kasih," ucapnya dengan senyum yang hampir retak di ujung.Perjalanan menuju Distrik Akademik terasa seperti pawai kematian. Xu Jianhong terus berharap bahwa hari ini, untuk sekali saja, nasib akan memihaknya

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Teh yang Terlalu Enak

    Han Qingsheng, Menteri Hukum, berdiri dengan tenang sembari menikmati sepotong baozi berisi daging yang masih hangat. Wajahnya tampak damai, seolah ia sedang menikmati pagi yang sempurna. Bukan sedang menghadapi Menteri Perang yang hampir mengalami gangguan jiwa.Di sebelahnya, Walikota Longcheng, Shen Guang tersenyum tipis dan duduk dengan elegan di samping Xu Jianhong yang masih terlihat seperti orang yang baru saja selamat dari bencana alam.Dengan suara simpatik yang terdengar tulus, Shen Guang berbicara. "Menteri Xu, aku paham sekali perasaanmu."Xu Jianhong yang sudah mulai pulih dari histerianya tadi akhirnya berdiri, menelan sisa baozi dengan agak tergesa, lalu memberi hormat dengan sopan meskipun masih ada remah baozi menempel di sudut bibirnya."Maafkan saya. Tidak seharusnya Anda berdua menyaksikan keributan memalukan di yamen seperti tadi."Han Qingsheng hanya melambaikan tangan dengan santai, seolah kejadian tadi hanyala

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Menteri Perang yang Putus Asa

    Matahari pagi belum sepenuhnya menyinari ibukota Longcheng ketika Xu Jianhong, Menteri Perang yang biasanya tenang dan berwibawa, sudah duduk di yamen-nya dengan wajah seperti orang yang baru saja mendengar kabar kiamat akan tiba besok.Di hadapannya, sebuah laporan tebal dari Pasukan Jinyiwei terbuka dengan rapi. Halaman demi halaman berisi detail mengenai hilangnya suami ketiga Nyonya Gao Shichen. Kasus yang seharusnya menjadi tanggung jawab Jinyiwei. Bukan yamen, tetapi entah mengapa laporan itu kini sudah ada di atas mejanya.Xu Jianhong membaca dengan teliti, matanya menyapu setiap karakter dengan cermat. Sampai... matanya tiba-tiba membelalak seperti kura-kura yang tersedak air kolam!Xu Jianhong membalik halaman laporan, mengamati setiap detail dengan seksama. Kemudian ia berhenti.Ia melihat dua nama dalam daftar saksi.Ia menutup laporan.Ia membuka laporan lagi, mungkin ada kesalahan cetak.Tidak.Dua

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Misteri Hilangnya Suami Dan Pengejaran yang Tak Pernah Usai

    Cahaya obor menari-nari di sudut-sudut jalan Longcheng saat pasukan Jinyiwei masih berkejaran dengan Luo Jìng dan Yan Feng. Derap langkah mereka memecah keheningan malam bagai gemuruh badai di musim hujan. Sementara itu, dari dalam tandu yang bergerak perlahan, Zeyan dan Zhiyu menikmati kekacauan tersebut dengan santai."Menurutmu, mereka akan tertangkap malam ini?" tanya Zhiyu sembari memainkan sepotong kue kacang yang entah didapatnya dari mana.Zeyan mengibaskan kipasnya dengan malas, mengamati sosok-sosok yang melompat dari satu atap ke atap lain. "Terlalu membosankan jika berakhir secepat itu."Tiba-tiba, jeritan panjang dan nyaring membelah udara malam yang dingin!Jeritan itu begitu memilukan, menyusup hingga ke tulang sumsum, membuat bulu kuduk siapa pun berdiri. Para Jinyiwei yang sedang mengejar buronan langsung berhenti, kepala mereka menoleh ke arah jeritan tersebut."Apa itu?" tanya Zhiyu, melongokkan kepalanya keluar tandu.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status