Home / Fantasi / Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif / Rencana Tebusan yang Tidak Masuk Akal

Share

Rencana Tebusan yang Tidak Masuk Akal

Author: Aspasya
last update Last Updated: 2025-06-11 12:30:35

Gudang tua di pinggiran Longcheng itu dipenuhi debu dan jaring laba-laba. Cahaya matahari mengintip malu-malu melalui celah-celah papan kayu yang telah menguning dimakan usia. Di tengah ruangan, di atas kursi kayu yang reot, Baili Zhiyu duduk dengan santai seperti seorang tamu terhormat, bukan seorang sandera.

Buronan berhanfu hijau lusuh dan kusam mondar-mandir di depan Zhiyu. Wajahnya yang tegang sesekali melirik ke arah jendela, memastikan tidak ada pasukan Jinyiwei yang mengintip. Keningnya berkerut dalam, jelas bingung dengan situasi yang ia hadapi.

"Kau yakin ini akan berhasil?" tanyanya sambil menatap Zhiyu dengan ragu.

Zhiyu menguap pelan, tampak santai meski kondisi ini seharusnya menegangkan. Ia bahkan tak repot-repot duduk dengan tegak. "Tentu saja!" jawabnya dengan keyakinan seorang ahli strategi handal.

Buronan kembali melihat surat yang telah ditulis Zhiyu untuk pemilik Restoran Lingxiang. Kertas itu sudah agak kusut karena terlalu sering dibaca ulang.

"Hanya dengan ini? Sebuah kertas? Ini terlihat lebih seperti surat keluhan pelanggan daripada strategi penyelamatan!" tanyanya, masih tidak yakin.

Zhiyu mendesah panjang, seperti seorang guru yang harus menjelaskan konsep dasar kepada murid yang sangat lambat memahami. "Kau ini... Aku beri tahu, reviewku untuk makanan di restoran Lingxiang akan mempengaruhi hidup dan matinya restoran itu."

Ia berdeham sejenak sebelum melanjutkan dengan nada yang lebih dramatis. "Jika restoran itu ingin tetap mendapatkan apresiasi dari para pencinta kuliner di Longcheng, dia membutuhkan review dariku!"

Buronan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian perlahan anggukan pemahaman mulai muncul.

"Baiklah, aku mengerti. Aku bisa mendapatkan uang dari pemilik Restoran Lingxiang... meski aku tak percaya aku baru saja diajari bisnis oleh sandera."

Zhiyu tersenyum puas, bangga layaknya seorang guru yang akhirnya berhasil membuat muridnya paham. "Pintar!"

Buronan tampak berpikir keras, dahinya berkerut semakin dalam. Setelah beberapa saat, ia akhirnya membuat keputusan. "Tetapi aku akan meminta temanku untuk mengantarkan surat ini karena aku yakin Pasukan Jinyiwei masih berkeliaran di pusat kota."

Zhiyu mengangkat bahu dengan santai. "Itu terserah kau saja."

Buronan mulai bersiul. Sebuah melodi indah yang mengalun di udara, mengisi kesunyian gudang tua itu. Entah bagaimana, nada yang seharusnya membangkitkan semangat justru membuat Zhiyu menguap lagi.

Zhiyu mendesah pelan, matanya makin berat. "Musik ini enak sekali... aku mungkin bisa tidur lebih nyenyak daripada di mansionku."

Pria berhanfu hijau itu, berhenti bersiul sejenak. Dia memelototi sandera yang tampaknya lebih menikmati penyanderaan daripada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian, pintu gudang berderit terbuka. Seorang pendekar muda dengan hanfu sederhana berwarna biru pudar melangkah masuk. Langkahnya ringan tetapi penuh percaya diri, khas pengelana yang terbiasa menjelajah ribuan li. Auranya tenang tetapi penuh kewaspadaan, dan di pinggangnya tersampir sebilah pedang tipis dalam sarung kayu sederhana.

Dia adalah Yan Feng, seorang pengembara yang dikenal cepat dan pandai menghilang. Wajahnya yang tampan tetapi keras menunjukkan kehidupan di jalanan Jianghu yang tidak mudah.

Yan Feng mengangkat alis melihat pemandangan di hadapannya.

Yan Feng memandangi situasi itu dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Seolah ia baru saja melihat seorang bangsawan menikmati teh di tempat yang seharusnya menjadi sarang buronan.

"Luo Jìng, Ada apa?" tanyanya pada buronan dengan nada datar.

Luo Jìng, begitulah nama sang buronan, menyerahkan surat dengan ekspresi serius. "Antarkan surat ini pada pemilik restoran Lingxiang."

Yan Feng menerima surat itu, membolak-baliknya sejenak, lalu melirik Luo Jìng dengan tatapan bingung. "Kau mau pesan makanan?"

Zhiyu, yang tadi hampir tertidur, mendadak bangkit dengan mata berbinar cerah. "Itu saran yang bagus! Sekalian pesankan sup sarang burung, bebek panggang dengan saus plum, aneka dimsum, dan jangan lupa teh bunga persik serta kue osmanthus!"

Yan Feng dan Luó Jìng menatap Zhiyu dengan ekspresi tak percaya.

"Siapa dia?" tanya Yan Feng dengan kedua alis terangkat tinggi.

Luó Jìng hanya menghela napas panjang dan berat. "Sanderaku."

Yan Feng tampak makin bingung, matanya beralih dari Luó Jìng ke Zhiyu berkali-kali, mencoba memahami situasi aneh di hadapannya.

"Sudah! Sudah! Antarkan surat ini cepat!" Luó Jìng melambai-lambaikan tangannya dengan tidak sabar.

Zhiyu menambahkan dengan santai, seolah tengah memberikan pesanan pada pelayan restoran, "Dan jangan lupa pesankan makanan untukku, Baili Zhiyu."

Yan Feng akhirnya melangkah keluar, masih dengan kerutan bingung di dahinya. Pintu gudang menutup perlahan di belakangnya.

Setelah beberapa saat hening, Luó Jìng akhirnya menatap Zhiyu, kesadaran baru muncul di wajahnya.

"Tunggu... siapa yang bayar semua makanan yang kau pesan tadi?!"

Zhiyu tersenyum puas, menatap cangkir teh kosong di sampingnya dengan santai. "Oh, jangan khawatir. Di surat sudah aku katakan semua biaya dibebankan pada Xiao Zeyan."

Luó Jìng terdiam sejenak, lalu tertawa pendek. "Kau benar-benar bukan sandera biasa."

"Tentu saja," Zhiyu menyamankan posisi duduknya. "Dan kupastikan kita tidak akan kelaparan selama penyanderaan ini."

Luo Jing hanya bisa memijat pelipisnya. "Jadi, tidak hanya aku harus menghadapi Jinyiwei, sekarang aku juga punya utang makanan ke seorang pangeran?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Interogasi yang Gagal Total Dan Gosip yang Berubah Arah

    Mereka bertiga duduk di sudut restoran menghadap jendela, di mana jalanan ibukota menyajikan pertunjukan gratis. Pedagang berteriak menjajakan dagangan, kereta kuda berderap, bangsawan berjalan santai, kehidupan Longcheng yang tak pernah berhenti.Pelayan yang melayani mereka gemetar seperti daun di angin kencang saat mencatat pesanan Baili Zhiyu. Trauma enam bulan lalu masih membekas dalam. Tangannya bergetar memegang kuas tulis, sudah membayangkan kemungkinan terburuk jika tuan muda ini kembali melancarkan kritik mematikan.Pelayan itu berusaha menjaga tangannya tetap stabil, tetapi kuasnya menari dengan ragu. Seolah-olah satu kesalahan kecil akan berakhir dalam ulasan mengerikan yang menghancurkan reputasi keluarganya selama tujuh generasi.Xu Jianhong merasa ini adalah kesempatan emas untuk akhirnya melakukan interogasi yang benar. Ia menuangkan teh untuk mereka bertiga dengan harapan tinggi bahwa hari ini takdir akan

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Hidangan Mewah, Trauma Restoran, Dan Gosip Gaji Menteri

    Baili Zhiyu melangkah dengan tenang dan elegan selayaknya seorang tuan muda dari keluarga terhormat. Setiap gerakannya mencerminkan kedisiplinan yang tertanam dalam pendidikan keluarga bangsawa. Punggung tegak, langkah teratur, pandangan tenang menyapu sekitar dengan pengamatan yang tajam.Di sampingnya, Xiǎo Zeyan berjalan dengan malas, tampak sama sekali tidak tertarik dengan kesibukan ibukota. Tangan kanannya dimasukkan ke dalam lengan jubah, sedangkan tangan kiri sesekali menguap dengan dramatis. Mata setengah terpejam, seolah berjalan di tengah mimpi yang tidak terlalu menarik.Di belakang mereka, Xu Jianhong mengikuti dengan langkah berat, merasa nasibnya semakin buruk dengan setiap langkah. Keningnya berkerut, menatap punggung kedua pemuda di depannya dengan campuran frustrasi dan kepasrahan. Ia mulai mempertanyakan keputusannya mengajak mereka untuk "interogasi santai" ini.Tujuan mereka adalah Restoran Lianhe Fang, restoran mew

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Interogasi yang Gagal, Perburuan Kuliner Dan Li Qingyan

    Xu Jianhong berdiri di depan gerbang Mansion Baili dengan wajah seperti seorang jenderal yang siap berperang melawan musuh yang tidak terlihat. Hari ini ia bertekad menyelesaikan interogasi dengan Baili Zhiyu. Tanpa drama, tanpa kejutan, dan terutama tanpa melibatkan Pangeran Ketiga yang merepotkan.Sayangnya, takdir memiliki rencana lain."Maaf, Tuan Menteri," pelayan Mansion Baili membungkuk sopan. "Tuan Muda Kedua sedang berkunjung ke Manor Menteri Personalia."Xu Jianhong menahan keinginan untuk menengadahkan wajah ke langit dan berteriak pada dewa-dewa yang tampaknya senang mempermainkan hidupnya. Menteri Personalia, Li Chengfeng, merupakan adik mendiang Nyonya Baili."Terima kasih," ucapnya dengan senyum yang hampir retak di ujung.Perjalanan menuju Distrik Akademik terasa seperti pawai kematian. Xu Jianhong terus berharap bahwa hari ini, untuk sekali saja, nasib akan memihaknya

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Teh yang Terlalu Enak

    Han Qingsheng, Menteri Hukum, berdiri dengan tenang sembari menikmati sepotong baozi berisi daging yang masih hangat. Wajahnya tampak damai, seolah ia sedang menikmati pagi yang sempurna. Bukan sedang menghadapi Menteri Perang yang hampir mengalami gangguan jiwa.Di sebelahnya, Walikota Longcheng, Shen Guang tersenyum tipis dan duduk dengan elegan di samping Xu Jianhong yang masih terlihat seperti orang yang baru saja selamat dari bencana alam.Dengan suara simpatik yang terdengar tulus, Shen Guang berbicara. "Menteri Xu, aku paham sekali perasaanmu."Xu Jianhong yang sudah mulai pulih dari histerianya tadi akhirnya berdiri, menelan sisa baozi dengan agak tergesa, lalu memberi hormat dengan sopan meskipun masih ada remah baozi menempel di sudut bibirnya."Maafkan saya. Tidak seharusnya Anda berdua menyaksikan keributan memalukan di yamen seperti tadi."Han Qingsheng hanya melambaikan tangan dengan santai, seolah kejadian tadi hanyala

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Menteri Perang yang Putus Asa

    Matahari pagi belum sepenuhnya menyinari ibukota Longcheng ketika Xu Jianhong, Menteri Perang yang biasanya tenang dan berwibawa, sudah duduk di yamen-nya dengan wajah seperti orang yang baru saja mendengar kabar kiamat akan tiba besok.Di hadapannya, sebuah laporan tebal dari Pasukan Jinyiwei terbuka dengan rapi. Halaman demi halaman berisi detail mengenai hilangnya suami ketiga Nyonya Gao Shichen. Kasus yang seharusnya menjadi tanggung jawab Jinyiwei. Bukan yamen, tetapi entah mengapa laporan itu kini sudah ada di atas mejanya.Xu Jianhong membaca dengan teliti, matanya menyapu setiap karakter dengan cermat. Sampai... matanya tiba-tiba membelalak seperti kura-kura yang tersedak air kolam!Xu Jianhong membalik halaman laporan, mengamati setiap detail dengan seksama. Kemudian ia berhenti.Ia melihat dua nama dalam daftar saksi.Ia menutup laporan.Ia membuka laporan lagi, mungkin ada kesalahan cetak.Tidak.Dua

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Misteri Hilangnya Suami Dan Pengejaran yang Tak Pernah Usai

    Cahaya obor menari-nari di sudut-sudut jalan Longcheng saat pasukan Jinyiwei masih berkejaran dengan Luo Jìng dan Yan Feng. Derap langkah mereka memecah keheningan malam bagai gemuruh badai di musim hujan. Sementara itu, dari dalam tandu yang bergerak perlahan, Zeyan dan Zhiyu menikmati kekacauan tersebut dengan santai."Menurutmu, mereka akan tertangkap malam ini?" tanya Zhiyu sembari memainkan sepotong kue kacang yang entah didapatnya dari mana.Zeyan mengibaskan kipasnya dengan malas, mengamati sosok-sosok yang melompat dari satu atap ke atap lain. "Terlalu membosankan jika berakhir secepat itu."Tiba-tiba, jeritan panjang dan nyaring membelah udara malam yang dingin!Jeritan itu begitu memilukan, menyusup hingga ke tulang sumsum, membuat bulu kuduk siapa pun berdiri. Para Jinyiwei yang sedang mengejar buronan langsung berhenti, kepala mereka menoleh ke arah jeritan tersebut."Apa itu?" tanya Zhiyu, melongokkan kepalanya keluar tandu.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status