Yuan Qing menatap gerbang Mansion Baili dengan hati berat. Tuan Besar jelas tidak peduli dengan nasib putranya. Dengan pikiran berkecamuk, ia akhirnya mengambil keputusan nekat. Menemui Pangeran Ketiga Xiao Zeyan.
Setelah perjalanan melelahkan ke Istana Longwen dan prosedur perizinan yang rumit, Yuan Qing akhirnya berhasil masuk ke kompleks istana. Seorang pelayan istana dengan pakaian berwarna ungu khas kerajaan membimbingnya melalui koridor panjang menuju paviliun pribadi Pangeran Ketiga. "Tamu untuk Yang Mulia Pangeran Ketiga," lapor pelayan istana sambil mendorong pintu berukir naga. Di dalam, sinar matahari yang hangat menerobos jendela, membentuk pola-pola indah di lantai kayu. Xiao Zeyan berbaring di kursi malasnya, sebuah buku menutupi wajahnya, dan kedua kakinya menggantung bebas di sisi kursi. Hanfu ungu kerajaannya kusut di beberapa bagian, sementara ikat kepalanya tampak longgar, hampir terlepas. Pelayan istana berdeham pelan. "Yang Mulia, ada pelayan pribadi Tuan Muda Èr lang." "Hmm?" Suara malas terdengar dari balik buku. "Ada apa?" Dengan perlahan, Xiao Zeyan menyingkirkan buku dari wajahnya. Matanya yang sayu tampak setengah terpejam, jelas terganggu dari tidur siangnya yang berharga. Yuan Qing berlutut dengan cepat, kepalanya tertunduk. "Yang Mulia! Tuan Muda Baili Zhiyu telah diculik oleh seorang buronan berbahaya!" Dengan gerakan lambat, Xiao Zeyan mengubah posisinya, setengah duduk, rambutnya acak-acakan seperti sarang burung. Ia menguap lebar tanpa repot-repot menutupi mulutnya. "Aiyo, jadi sekarang dia disandera?" Yuan Qing mengangguk cepat, matanya berbinar penuh harapan. "Benar, Yang Mulia! Buronan itu menyerangnya saat sarapan di Restoran Lingxiang! Mereka kabur melalui atap-atap, dan Jinyiwei kehilangan jejak mereka!" Xiao Zeyan menggosok matanya dengan punggung tangan, lalu meregangkan tubuhnya seperti kucing yang baru bangun tidur. Setelah menguap sekali lagi, ia mengangguk pelan. "Yo, itu bagus. Biarkan dia berolahraga sedikit. Itu bagus untuk Èr Lang." Yuan Qing bertukar pandang dengan pelayan istana, yang sama bingungnya dengan jawaban sang pangeran. "A-anda tidak akan menyelamatkan Tuan Muda Baili?" tanya Yuan Qing tak percaya. Xiao Zeyan mengambil secangkir teh dari meja sampingnya, menyeruputnya, lalu mengernyit karena teh itu sudah dingin. Ia meletakkan cangkir kembali dan mengangkat bahu dengan santai. "Menyelamatkannya? Tidak, itu merepotkan. Aku malas." Pelayan istana berdeham canggung. "Yang Mulia, bukankah Tuan Muda Baili adalah teman dekat Anda?" "Justru karena dia temanku, aku tahu dia akan baik-baik saja," Xiao Zeyan meraih buku yang tadi menutupi wajahnya. "Èr Lang itu lebih tangguh dari kelihatannya. Dan lebih menyebalkan dari yang kau kira." Yuan Qing menatap pangeran dengan mata penuh permohonan. "Tapi Yang Mulia! Penculiknya adalah buronan berbahaya yang sedang dikejar Jinyiwei!" "Kalau begitu, doaku untuk si buronan," gumam Xiao Zeyan sambil kembali berbaring dan meletakkan buku di wajahnya. "Sekarang, bisakah kalian pergi? Aku harus melanjutkan penelitianku." "Penelitian?" tanya Yuan Qing bingung. Pelayan istana mendesah pelan. "Maksudnya tidur siang, Tuan." Yuan Qing akhirnya bangkit dengan bahu terkulai. Semua harapannya hancur sudah. Tuan Besar Baili tidak peduli, dan sekarang Pangeran Ketiga pun menolak membantu. Ia dan pelayan istana berjalan keluar dengan langkah gontai. Di koridor istana, keduanya menghela napas panjang secara bersamaan. "Semoga penculiknya cukup kuat untuk menghadapi drama ini," gumam pelayan istana dengan nada prihatin. Yuan Qing mengangguk lemah. "Atau setidaknya bertahan sampai besok..." Keduanya saling melempar tatapan penuh pengertian. Para pelayan dari kedua rumah besar itu sama-sama mengerti, terkadang, majikan mereka bisa sangat... unik. Dan di gudang tua yang kumuh, tak satupun dari mereka tahu bahwa Baili Zhiyu tengah menikmati waktu terbaiknya, membuat penculiknya mempertanyakan seluruh keputusan hidup yang telah membawanya ke situasi ini."San Gē, jika lorong rahasia di Pasar Hantu memiliki jalan keluar yang berbeda-beda ke berbagai tempat, aku yakin ada satu jalur utama yang mempertemukan semua jalur rahasia itu, bukan?" Zhiyu menjawab dengan nada serius, menunjukkan bahwa otaknya sudah bekerja menganalisis situasi yang kompleks."Jadi..." Zeyan menelan ludah dengan hati-hati. "Kau mau menelusuri lorong-lorong rahasia itu sendiri?"Zhiyu mengangguk mantap tanpa ragu. "Tetapi kita harus mengeluarkan Luó Jìng dulu dari Manor Gao sebelum melakukan itu.""Bagaimana caranya?" Zeyan mengerutkan keningnya dengan khawatir, suaranya mulai bergetar karena cemas. "Èr Lang, jangan katakan kau hendak menyusup ke dalam Manor Gao? Jika sampai ketahuan, Ayahanda Kaisar pasti akan pergi ke Barat untuk menyusul Sun Go Kong karena stress berat!"Zhiyu melirik Zeyan dari atas punggungnya dengan tatapan yang cukup untuk membuat Zeyan langsung paham bahwa di
Sore menjelang malam, suasana ibukota Longcheng mulai dihiasi dengan kemeriahan khas kehidupan malam yang tidak pernah tidur. Jalanan kota diterangi lampion merah dan lentera emas yang menyala berjajar di sepanjang jalan utama, menciptakan suasana hangat yang kontras dengan udara malam yang semakin dingin.Baili Zhiyu melangkah dengan tenang dan terkendali, kedua tangannya diklasper di belakang punggung dengan sikap yang mencerminkan ketenangan seorang sarjana. Ujung hanfu biru mudanya berkibar lembut tertiup angin malam yang mulai terasa lebih dingin dan membawa aroma bunga yang harum dari taman-taman kota.Di sampingnya, Xiǎo Zeyan berjalan dengan langkah santai yang khas, jubah biru kerajaan yang dipakainya juga berkibar-kibar mengikuti irama langkahnya. Sesekali dia memperhatikan sekeliling dengan mata yang mengamati setiap detail, meski wajahnya tetap menunjukkan ekspresi santai yang biasa."Èr Lang, kau mau mereview
Sementara itu, di Paviliun Kabut Rasa yang terkenal tenang, Xiao Zeyan seperti biasanya tengah bermalas-malasan sambil menikmati kacang rebus hangat di teras yang menghadap taman. Ia duduk dengan sikap santai, sesekali melempar biji kacang ke udara dan menangkapnya dengan mulut.Sementara di teras yang tak jauh darinya, Xie Zun dan pasukan bayangannya berlutut berderet dengan rapi, menunggu dalam formasi sempurna.Shèng Rui dan Ji Rou, kedua pelayan setia yang sudah bertahun-tahun mengabdi pada Pangeran Ketiga, pun melaporkan dengan nada formal yang tidak biasa."Yang Mulia, Jenderal Xie Zun dan Pasukan Angin Malam Berselimut Teh telah siap menunggu perintah Anda."Xiǎo Zeyan terkejut mendengar laporan itu dan hampir tersedak biji kacang yang tengah dimakannya dengan cara tidak elegan. Ia sedang asyik melempar kacang ke atas ketika mendengar pengumuman yang mengejutkan tersebut."Yang Mulia!" Ji Rou buru-buru berlari mengambil air dan mem
Fajar baru saja menyingsing ketika Xú Jianghong merapatkan jubahnya yang masih agak kusut dan bergegas menemui beberapa tamu penting yang pagi ini telah menunggunya di Yamen. Langkahnya tergesa namun tetap terkendali, meski pikirannya masih dipenuhi memori tentang aroma Teh Bunga Tujuh Rupa dari malam sebelumnya.Zhou Liang, pelayan Yamen yang setia dan selalu cemas berlebihan, bergegas menyambutnya dengan wajah yang menunjukkan kekhawatiran berlebihan."Menteri Xú, Menteri Han, Tuan Muda Yuan dan Komandan Wei Xuan telah menunggu Anda sedari tadi," lapornya dengan nada khawatir. "Mereka tampak sangat serius dan saya khawatir ada urusan besar yang terjadi.""Aku mengerti, Zhou Liang. Terima kasih atas laporannya," sahut Xú Jianghong dengan nada serius sambil merapikan penampilannya sebelum masuk.Dia melangkah masuk ke ruang utama Yamen dengan sikap siap menghadapi situasi apapun, dan segera memberi horm
Shèng Guan menyesap tehnya lagi, ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih serius. "Tapi tidak semua kenangan tentang masa itu menyenangkan, Menteri Xú.""Bagaimana maksud Anda?" tanya Xú Jianghong sambil mencondongkan tubuh sedikit ke depan, menunjukkan ketertarikan yang tulus."Setelah lulus dari akademi dengan nilai yang sangat bagus, bahkan masuk dalam sepuluh besar lulusan terbaik angkatan saya, saya menghadapi kenyataan pahit." Shèng Guan menatap langit-langit sejenak. "Ternyata nilai bagus saja tidak cukup.""Ah, sistem itu," gumam Xú Jianghong paham."Tepat sekali. Untuk mendapatkan jabatan yang bagus, saya harus menyuap Menteri Personalia saat itu. Tapi dari mana saya mendapatkan uang sebanyak itu?" Shèng Guan tertawa pahit. "Keluarga saya bahkan kesulitan mengirim uang untuk makan sehari-hari.""Sistem yang tidak adil memang," komentar Xú Jianghong diplomatik.
Di lain tempat, di kediaman Walikota Shèng Guan, suasana makan malam berlangsung dalam keheningan yang sopan namun agak canggung. Lentera gantung memantulkan cahaya temaram ke permukaan meja kayu yang dipoles halus, tempat aneka sajian lezat tersaji dengan rapi. Pangsit kukus yang masih mengepul, irisan daging rebus yang dipotong tipis sempurna, dan teh yang mengepul pelan dari cangkir porselen bermotif naga.Xú Jianghong duduk dengan sikap yang berusaha terlihat santai, menikmati hidangan itu, atau setidaknya berusaha menikmati. Namun kenyataannya, selera makannya sudah hilang sejak insiden aneh di tepi kolam taman belakang beberapa saat yang lalu.Kemunculan Wei Xuan, Komandan Pasukan Jinyiwei, dari dasar kolam seperti seekor ikan raksasa bukanlah hal yang bisa dianggap sebagai lelucon biasa. Apa yang sebenarnya dilakukan pria itu di tempat seperti itu? Pertanyaan itu berulang kali muncul di benaknya seperti mantra yang tidak bisa dihenti