Zhiyu memasuki aula utama Paviliun Kabut Rasa dan Kejatuhan Sosial dengan langkah yang tenang, didampingi Yuan Qing dan Ming'er yang berjalan di belakangnya seperti pengawal resmi. Letjen Wei Xuan telah menunggu dengan sikap tegap dan wajah yang menggambarkan kesabaran seseorang yang sedang menghitung mundur menuju ledakan.Postur tubuh Wei Xuan terlihat sempurna, namun ada kedutan halus di sudut matanya yang menunjukkan bahwa ia telah menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan diri menghadapi percakapan yang akan datang."Tuan Muda Baili," Wei Xuan membungkuk dengan hormat yang protokoler. "Saya datang atas titah dari Yang Mulia Kaisar, yang disampaikan melalui Putra Mahkota Xiao Ji Heng. Ada beberapa hal penting yang perlu disampaikan."Zhiyu mengangguk sambil mempersilakan Wei Xuan duduk. "Tentu. Silakan duduk, Letjen. Kita bisa berbicara dengan santai."Yuan Qing langsung menyajikan teh hangat dengan gerakan yang terlatih, sementar
Sementara itu, di Aula Tata Wicara, Kaisar Xiao Yingzheng memanggil Han Qingsheng dengan nada yang tidak bisa ditebak antara perintah atau permohonan putus asa."Qingsheng," kata Kaisar sambil menatap langit-langit dengan mata yang kosong. "Aku butuh kau menyelesaikan kasus suami Nyonya Gao. Sekarang juga."Han Qingsheng, yang terkenal karena pendekatannya yang metodis dan alergi terhadap kasus yang menentang logika, mengangguk dengan wajah yang menunjukkan bahwa ia sudah memahami tingkat kesulitan tugas yang diberikan."Baik Yang Mulia. Apakah ada alasan khusus mengapa kasus ini harus diselesaikan dengan urgensi tinggi?"Kaisar menatap Han Qingsheng dengan mata yang menunjukkan kelelahan yang mendalam. "Alasan resminya, demi menjaga keamanan dan ketertiban warga ibukota. Alasan sebenarnya, kalau satu lagi wanita dari bordil masuk ke aula ini dengan drama tangisan, Permaisuri akan mulai menulis sajak kemarahan yang akan dibacakan di seluruh istana
Pavilion Qilin Muda tampak seperti ruang sidang darurat yang dipaksa beroperasi dalam suasana minum teh. Putra Mahkota Xiao Ji Heng duduk di belakang meja rosewood dengan wajah yang mencerminkan seseorang yang baru saja menyadari bahwa hidupnya telah berubah menjadi sandiwara tanpa naskah.Shen Luan berdiri tegak dengan postur yang sempurna, namun ada kedutan halus di sudut matanya yang menunjukkan bahwa ketenangan dinginnya mulai retak. Wei Xuan, di sisi lain, berdiri dengan satu kaki yang sedikit terangkat, seperti burung bangau yang bersiap terbang saat situasi menjadi tidak terkendali."Laporkan semuanya mulai dari awal," kata Ji Heng sambil menuangkan teh ke cangkirnya dengan gerakan yang terlalu hati-hati. "Dan jangan ada yang disembunyikan."Shen Luan membuka gulungan kertas yang dipenuhi catatan rapi, namun isinya terdengar seperti sinopsis drama opera yang ditulis oleh penyair yang sedang mabuk. "Yang Mulia, berdasarkan investigasi mendalam yang t
Pagi itu, Aula Tata Wicara terasa seperti arena gladiator yang menyamar sebagai ruang rapat. Kaisar Xiao Yingzheng duduk di atas takhta dengan wajah orang yang sudah merasakan firasat buruk sejak bangun tidur. Kelopak matanya berkedut pelan, pertanda bahwa migrain politiknya akan segera datang.Perdana Menteri Wen Yuheng melaporkan situasi dalam dan luar negeri dengan suara yang terdengar seperti pendeta yang membacakan mantra penenang. "Perbatasan utara aman, perdagangan berjalan lancar, dan rakyat menikmati kemakmuran yang berkelanjutan."Menteri Personalia Li Chengfeng menyusul dengan laporan yang lebih membosankan. "Beberapa departemen memerlukan rotasi pegawai, Yang Mulia. Khususnya bagian administrasi perkantoran yang sudah mulai menunjukkan gejala kejenuhan kerja."Kaisar mengangguk dengan malas, berharap pertemuan ini akan berakhir secepat mungkin sehingga ia bisa kembali ke taman dan memberi makan ikan koi kesayangannya.Namun, harapan ad
Zeyan duduk di ruang belajar dengan sikap seperti kaisar yang terpaksa membaca laporan pajak, memandang catatan pembunuhan penginapan Jingluo'an yang didapatkannya dari Mahkamah Agung. Meskipun malas adalah sifat dasarnya, kali ini ia membaca dengan penuh perhatian dan teliti seperti sarjana yang menghadapi ujian kenaikan pangkat.Korban adalah Xu Tingsheng, berumur 21 tahun, baru satu tahun bekerja di penginapan itu. Mayat ditemukan sehari setelah dinyatakan hilang. Menurut saksi, pemilik penginapan dan pelayan serta beberapa tamu, mayat ditemukan sehari setelah Festival Persembahan Kuil Yansheng. Mereka ingat dengan pasti karena bertepatan dengan dimulainya serentetan acara penyambutan musim semi yang memang biasanya dilakukan setelah persembahan kuil Yansheng di awal musim semi.Yang paling mencurigakan adalah pelayan muda itu tinggal di Kuil Yansheng.Zeyan langsung berteriak, "Aiyo!" sambil mengusap hidung seperti refleks masa kecil. Trauma yang lucu,
Luo Jing menyeret Zhiyu melalui lorong yang semakin sempit, seperti labirin yang dibuat oleh orang yang tidak pernah belajar geometri. Dinding-dinding batu yang lembap berkilau terkena cahaya lentera yang redup, sementara kain merah tua menggantung di langit-langit rendah, bergoyang pelan meski tidak ada angin."Tempat ini," gumam Zhiyu sambil mengamati genangan air yang menggenang di lantai meski langit cerah, "seperti dibuat khusus untuk menyembunyikan sesuatu yang tidak seharusnya ditemukan."Luo Jing hanya terkekeh sambil terus berlari. "Tuan Muda Er Lang masih sempat berkomentar di situasi seperti ini?"Di belakang mereka, Yuan Qing berlari dengan jubah keemasan yang berkibar dramatis, sementara Ming'er masih setia menaburkan aromaterapi yang membuat jejak mereka mudah dilacak. Suara sepatu bot Wei Xuan dan pasukan Jinyiwei bergema di lorong-lorong batu, menciptakan irama yang mengingatkan pada gendang perang."Tuan Muda!" teriak Yuan Qing sa