Romel langsung memegang tangan Lidya dan berbisik dengan nada marah, "kamu harus ikut, Lidya. Kamu harus makan malam bersama calon suamimu. Jangan membuat papa marah!"Lidya menatap tajam ke arah Romel dan berkata, "aku memang akan menikah dengan dia untuk menyelamatkan saham-saham ayah yang sangat berharga itu tapi jangan suruh aku makan malam dengannya!""Kamu tetap harus makan malam dengannya! Jangan membuat Papa marah!""Aku terpaksa menikah dengannya untuk menyelamatkan papa, kalau papa tetap memaksakan aku makan malam dengannya, jangan salahkan aku kalau aku berubah pikiran!" Lidya melotot ke arah Romel dan langsung berontak sehingga tangan Romel terlepas dari Lidya.Romel tidak berani lagi memaksakan kehendaknya karena mendengar kata-kata Lidya terakhir itu.Apalagi Graham sudah maju ke depan, menepuk pundak Romel dan berkata, "tidak apa-apa, pa. Kalau Lidya belum mau makan malam denganku, itu tidak apa-apa."Lidya mendengus saat mendengar sapaan Graham kepada Romel yang sudah
Hari ini, Ken bersama Maggie, ibunya, mengikuti prosesi pemakaman Nixon Wong di rumah kakeknya. Ken sengaja meminta para pengawalnya untuk menjaga ayahnya yang masih berada di rumah sakit dengan penjagaan lebih ketat.Ken tahu, dengan kematian Nixon itu, akan ada yang menaruh dendam kepada dirinya, ayahnya dan ibunya, karena itu, selain mengetatkan perlindungan di rumah, tempat ayahnya dirawat, Ken juga mengetatkan perlindungan kepada ibunya di acara pemakaman ini.Apalagi saat Ken datang dan menyapa Ricky, sepupunya yang sedang berada di depan peti mati tempat Nixon berada, Ricky tampak mendelik ke arah Ken.Ken tahu, walaupun banyak orang yang menjadi saksi kalau Nixon tewas di tangan kepala pengawalnya Alvin Wong, tapi, Ricky nampak menyalahkan Ken atas kematian Nixon itu.Ken hanya bisa menghela nafas. Ken yakin pasti kalau Ricky tidak ikut terlibat dalam aksi Nixon yang merencanakan aksi untuk meracuni Victor, ayahnya Ken, tapi, keadaan saat ini memaksa Ken dan Ricky untuk saling
"Ugh … aku ingin membuka email ini? Apakah aku kembali mengharapkan mendapatkan kabar darinya? Tapi, dia selingkuh dariku, untuk apa lagi aku mengharapkannya?” batin Ken.Ken menghela nafas panjang. Dia menghentikan rencananya untuk membuka email-nya. Ken menutup matanya, ada rasa rindu yang membuatnya ingin membuka aplikasi email-nya tapi, ada juga rasa kecewa yang menghentikan upayanya membuka aplikasi email-nya.Ken harus bertarung di antara rasa rindu dan rasa kecewa yang kini memenuhi dadanya, Ken menunggu hingga akhirnya rasa rindu yang jadi pemenangnya. Setelah itu, Ken putuskan untuk membuka email-nya.Tiba-tiba, terdengar suara panggilan telpon yang membuat Ken menghentikan upayanya untuk membuka aplikasi email di laptopnya dan meraih handphonenya untuk menerima panggilan masuk. “Ada apa, Andreas?”“Tuan muda, Nyonya Besar meminta tuan muda untuk segera menuju kamar perawatan tuan besar,” jawab Andreas di ujung telpon.“Apa yang terjadi?”“Tuan Besar Pertama baru saja sadar.
“Halo?” terdengar suara seorang gadis di ujung sana.“Yuna. Aku punya kabar baik untukmu,” kata Maggie dengan wajah gembira.“Kabar baik apa, tante?”“Kamu akan dapat kesempatan untuk mendekati anakku.”“Mendekati Ken? Apa akhirnya tante akan memperkenalkan kami berdua?”“Gak, Yuna. Gak boleh seperti itu. Seperti yang tante pernah bilang padamu. Ken itu pernah dua kali kecewa sama dua pacarnya, jadi, tante gak bisa mempertemukan kalian begitu saja karena Ken trauma dengan Clarissa, yang pernah tante kenalin dengan Ken dan akhirnya malah selingkuh dan membuat Ken kecewa berat.”“Jadi bagaimana, Tante?” tanya Yuna di ujung telpon.“Begini, dalam waktu dekat ini, Ken akan menyamar di salah satu anak perusahaannya Diamond Group. Kemungkinan dia akan menyamar sebagai cleaning service atau--”“Cleaning service, tante? Kok anak pemilik Diamond Group jadi cleaning service, sih?”“Itu cara Ken untuk mencari cinta sejatinya. Menurut dia, wanita yang mencintainya saat dia jadi cleaning service a
Karena kamarnya diketuk dengan keras dari luar, maka dengan malas-malasan Lidya terpaksa berdiri, mendekati pintu dan membuka pintu kamarnya.Saat Lidya membuka pintu kamarnya, dia melihat Romel dan Esy sedang menatapnya dengan wajah berbinar-binar."Ada apa sih? Kok kalian berdua kayak orang baru menang lotere?" tanya Lidya sambil mengerutkan keningnya."Mirip sama menang lotere, Lidya. Mama sama papa ini lagi sangat senang karena mendengar kabar yang baik," kata Esy sambil terus menatap Lidya dengan wajah bersinar-sinar karena gembira."Ada apa, sih?" Kali ini Lidya mulai penasaran."Begini, Lidya. Ada kabar gembira bagi kita semua.""Kabar apa, pa?" tanya Lidya makin penasaran.Romel baru saja hendak bicara, tapi kemudian dia menyikut lengan Esy. "Mama aja yang bicara."Esy mengangguk, maju satu langkah dan memegang tangan Lidya serta berkata, "kamu akan segera menikah dalam 3 hari ini, Lidya."Mata Lidya membulat. Dia hampir tidak percaya dengan apa yang dia dengar ini. "Menikah?
Lidya mengeraskan hatinya. Kali ini dia tidak mau mengikuti keinginan Romel karena dia tidak ingin menikah cepat-cepat dengan Graham. Karena dengan waktu yang hanya 3 hari, maka Lidya yakin kalau tidak akan ada keajaiban yang akan membuat dia bisa kembali bersama Ken.Romel yang hampir terjatuh, akhirnya berhasil kembali meraih bagian jendela dan dia berpegangan di situ agar supaya dia tidak jatuh.Keringat bercucuran di pelipis Romel. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya nanti kalau dia harus jatuh dari lantai tiga rumahnya ini karena betul seperti kata-kata dari Lidya tadi, kalau sampai dia jatuh, dia tidak akan meninggal tetapi akan menderita seumur hidup karena kemungkinan tangan dan kakinya akan patah karena terjatuh dari ketinggian ini.Saat itulah beberapa orang menyusul masuk ke dalam ruangan ini. Selain pembantu, juga ada seorang cowok berumur 16 tahun yang langsung mendekati Esy. "Apa yang terjadi ini, mah?""Papa kamu mau bunuh diri, Gerry," jawab Esy sambil menan
“Ok, Yuna. Kita ketemu di kantin kantor saat jam makan siang nanti.” Ken mengangguk ke arah Yuna dan langsung meninggalkan Yuna.“Oke. Aku pasti datang.” Yuna tersenyum hingga Ken yang membawa ember pel, sudah pergi jauh meninggalkan dia.Setelah Ken pergi, Yuna tak henti-hentinya tersenyum. Kemudian dia mengeluarkan handphonenya dan menelpon seseorang.“Halo, Yuna.” Terdengar suara seorang wanita di ujung telpon.“Tante Maggie. Aku berhasil berkenalan dengan anak tante barusan. Dan ternyata anak tante memang sangat tampan, tante. Aku langsung fallin in love, tante. Oh.” dengan polosnya Yuna mengungkapkan apa yang dia rasa.“Sudah tante duga kalau kamu akan suka sama anak tante itu dan tante rasa, kamu memang bakal cocok dengan Ken walaupun kamu masih anak SMA, tapi kamu cantik karena itulah tante memintamu untuk mendekati Ken.”“Iya, tante. Aku juga sudah merasa sangat cocok dengan Ken walaupun baru bertemu.”“Ingat, kamu harus pura-pura tidak mengenal Ken. Biarkan dia menyamar sebag
“Mungkinkan Kenneth Wong itu adalah Ken? Di rumah tempat tinggal Ken itu ada paket yang ditujukan untuk Kenneth Wong, mungkinkah itu memang Ken?” gumam Lidya.Setelah itu, Lidya bertanya kepada Lukman, “apa kamu betul-betul tidak pernah mengenal orang bernama Kenneth Wong itu?”“Iya, Kak Lidya. Aku sama sekali tidak pernah kenal dengan orang yang bernama Kenneth Wong itu,” jawab Lukman sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.“Apa ada orang yang kemungkinan menjanjikan uang 10 miliar untuk kamu?” tanya Lidya lagi.“Gak ada, Kak Lidya. Hanya Ken yang pernah janji mau transfer uang kepadaku. Lagipula, keluargaku kere semua. Sahabatku juga. Makanya aku bingung sekarang ini,” pungkas Lukman.“Satu lagi yang mau kau tanyakan, Lukman.”“Iya, Kak Lidya?” Sebenarnya Lukman merasa dia lebih tua dari Lidya, tapi, untuk menghormati Lidya yang sudah punya jabatan tinggi di Mulia Investment, maka, Lukman mengikuti Clara dan Yuni yang memanggil ‘kak’ kepada Lidya.“Kamu bilang tadi kalau kamu pernah