Share

Bab 204

Penulis: Queen Moon
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-05 23:32:32

Lucian memacu kendaraannya menembus hujan deras. langit sudah menggelap namun dia tetap tak mampu menyusul Laura. Tiga jam sudah ia habiskan di jalan. Hujan yang tak kunjung reda sedikit menghalangi pandangannya, memaksanya mengurangi kecepatan demi keamanan kendaraan lain. Sejam lagi dia hampir tiba di kampung Bibi Sina, berharap Laura telah sampai dengan selamat.

Jaringan seluler yang buruk membuatnya tak bisa menghubungi Laura. Namun, sebuah kegelisahan yang tak bisa dijelaskan merayapi hatinya, pikiran tentang Laura tak pernah lepas. Semakin jauh ia berkendara, sinyal semakin sulit dijangkau.

Tiba-tiba, mata Lucian terpaku pada kobaran api di kejauhan. Sebuah mobil terbakar di tengah guyuran hujan. Mobil terbakar?

Ketika mobilnya semakin dekat, ia mengenali mobil Porsche putih itu. Plat nomornya yang familiar membuat matanya terbelalak. Tanpa ragu, ia menepikan mobil, melompat keluar tanpa peduli pakaiannya basah kuyup.

“Laura! Laura!” teriaknya panik, menatap api yang melahap mob
Queen Moon

Author up satu bab dulu. Author baru sempat nulis karena sibuk untuk persiapan untuk hari raya Idul Adha. Terima kasih sudah mampir. Vote dan ulasan selalu dinanti^_^

| 8
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 207

    Keesokan paginya, Laura dan Lucian pergi dari rumah Pak Hendrik dan istrinya setelah mengucapkan terima kasih, lalu berangkat menuju ke kampung Bibi Sina yang sangat dekat.Mobil Laura telah diurus, jadi dia naik mobil Lucian dan menjadi pengemudi karena kondisi tangan Lucian.Mereka sampai di rumah Bibi Sina hanya dalam waktu dua puluh menit.Laura turun lebih dulu untuk membantu Lucian turun dari mobil.“Aku masih bisa berjalan, aku bukan orang cacat,” Lucian agak protes karena Laura memperlakukannya seperti orang yang cacat dan tidak bisa berjalan.Laura mengabaikannya dan memeluk lengan Lucian, lalu menutup pintu mobil. Lucian tak menolak ketika Laura memeluk lengannya dan berjalan menuju ke halaman rumah Bibi Sina.“Apa ini rumah Bibi Sina?” Tanya Laura memandang rumah yang berukuran sedang, masih tertutup karena mereka datang pagi-pagi sekali.Hanya sedikit warga yang keluar dari rumah pada pukul setengah tujuh pagi.“Ini memang alamat rumahnya….”“Kalian cari siapa?” Seseorang

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 206

    Kata-kata itu dibisikkan di telinganya dan rasanya seperti dia mengalaminya kemarin. Sensasi dingin membuatnya merinding.Tapi… entah mengapa suaranya terdengar tidak asing.Laura mencoba mengingat suara si pembunuh itu. Suaranya serak dan berat, terdengar seperti pria paruh baya.Laura yakin dia agak mengenal suara itu dan pernah mendengar beberapa kali di kehidupan sebelumnya.“Laura….”Laura tersentak merasakan guncangan di pundaknya dan menatap wajah Lucian yang menatapnya khawatir.“Yah?”“Apa yang kamu pikirkan sampai tak mendengarkanku?”“Uhm. Apa yang kita bicarakan tadi?” Laura mengalihkan fokusnya pada pembicaraannya dengan Lucian.Dia harus mencari identitas pembunuhnya dari mimpi yang dikatakan Lucian dan mengapa dia membunuh Viola. Entah itu mimpi atau penglihatan Lucian di kehidupan sebelumnya, Laura sedikit mempercayainya karena beberapa hal yang dikatakan Lucian ada sedikit kebenaran.“Kamu bertanya mengapa aku membunuh Viola di mimpiku,” jawab Lucian menatapnya.“Ya,

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 205

    “Jadi, Pak Hendrik itu yang menyelamatkanmu?” Lucian berbisik ketika mereka berada di rumah pria paruh baya berjas hujan yang membawa mereka ke rumahnya karena hujan deras, sehingga mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan ke kampung Bibi Sina yang hanya berjarak dua puluh menit atau ke puskesmas.Juga karena masalah mobil Laura yang terbakar harus diselidiki dan Lucian yang mengalami guncangan psikologis.Keduanya duduk saling berhadapan di ruang tamu milik Pak Hendrik. Pakaian basah mereka sudah dilepas, kini mereka memakai pakaian biasa milik putra dan putri Pak Hendrik.“Hm, ya,” jawab Laura sembari membalut luka bakar di lengan Lucian, lalu melanjutkan ceritanya. “Mobilku tiba-tiba macet dan mengalami kebocoran bahan bakar. Aku tak sadar dan terus berada dalam mobil sampai Pak Hendrik mendekatiku. Awalnya aku takut dan curiga gara-gara berita penemuan mayat perempuan di hutan di pinggir jalan. Ternyata Pak Hendrik berniat menyelamatkanku dan mengeluarkanku dari dalam mobil sebelu

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 204

    Lucian memacu kendaraannya menembus hujan deras. langit sudah menggelap namun dia tetap tak mampu menyusul Laura. Tiga jam sudah ia habiskan di jalan. Hujan yang tak kunjung reda sedikit menghalangi pandangannya, memaksanya mengurangi kecepatan demi keamanan kendaraan lain. Sejam lagi dia hampir tiba di kampung Bibi Sina, berharap Laura telah sampai dengan selamat.Jaringan seluler yang buruk membuatnya tak bisa menghubungi Laura. Namun, sebuah kegelisahan yang tak bisa dijelaskan merayapi hatinya, pikiran tentang Laura tak pernah lepas. Semakin jauh ia berkendara, sinyal semakin sulit dijangkau.Tiba-tiba, mata Lucian terpaku pada kobaran api di kejauhan. Sebuah mobil terbakar di tengah guyuran hujan. Mobil terbakar?Ketika mobilnya semakin dekat, ia mengenali mobil Porsche putih itu. Plat nomornya yang familiar membuat matanya terbelalak. Tanpa ragu, ia menepikan mobil, melompat keluar tanpa peduli pakaiannya basah kuyup.“Laura! Laura!” teriaknya panik, menatap api yang melahap mob

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 203

    Lucian berdecak kesal mempercepat langkahnya meninggalkan kediaman Wilson. Dia memeriksa ponselnya menerima pesan dari Laura bahwa dia tidak akan menunggunya dan pergi sendiri.Dia mencoba menghubunginya tapi tampaknya ponsel Laura sudah berada di luar jangkauan.Lucian melirik langit yang mulai tampak mendung dan teringat dengan berita cuaca bahwa akan turun hujan malam ini.Dia berdecak mengendarai mobil menyusul Laura tanpa mengganti pakaiannya....Laura terus berkendaraan sampai dia meninggalkan pusat kota yang sibuk. Tapi hujan tiba-tiba turun ketika langit sudah mulai gelap.Laura tidak takut berkendaraan di malam hari atau pergi ke tempat di pendesaan sendirian. Tapi dia tidak memprediksi hujan akan turun dan membuat pandangannya terhalang.Dia sudah terlalu jauh untuk kembali. tinggal jarak satu jam dia akan sampai ke kampung Bibi Sina. Jadi dia tetap terus melanjutkan perjalanannya meski hujan deras.Laura merasa gelisah kesulitan mengendarai mobilnya.Hujan deras membuat

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 202

    Laura tak menjelaskan secara detail tentang kunjungannya pada Bibi Sina dan hanya memberi alasan menjenguk Bibi Sina, yang dulu merupakan pelayan lama keluarga Samson dan orang yang dulu merawatnya saat kecil. “Apa kamu tidak bisa pergi besok pagi saja? Ini sudah sore dan kamu akan sampai pas malam. Berbahaya jika pergi malam-malam di desa.” Willy terlihat cemas sambil memeluk Amel di atas pangkuannya. “Aku pergi dengan seseorang,” balas Laura mencium kening Amel.“Seseorang? Siapa?”Laura menghindari tatapan Willy. “Pengawal. Dia menjadi supirku. Jadi jangan khawatir Bu karena aku membawa pengawal bersamaku.” Ekspresi cemas di wajah Willy menghilang dan terlihat lega karena Laura tidak pergi sendiri. “Kenapa tidak pergi besok saja?” “Jika besok aku mungkin nggak akan hadir di pesta ulang tahun Kak Tristan.” Keluarga Adams memutuskan membuat pesta untuk merayakan ulang tahun Tristan. Tristan tidak suka ulang tahunnya dirayakan seperti anak kecil, jadi dia membuat pesta bisnis ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status