Beranda / Romansa / Paper Gray / Terbongkarnya perselingkuhan

Share

Terbongkarnya perselingkuhan

Penulis: Mutia Haera
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-27 16:58:32

Aera yang tengah asyik mengobrol dengan sang mertuanya kini fokus menatap Sham, lelaki itu terlihat duduk di atas sofa memasang ekspresi resah sembari sesekali menatap ponsel pintar yang ada di genggamannya.

Aera berjalan menghampiri Sham kemudian ikut mendudukan tubuhnya di atas sofa itu.

"Yura belum menjawab telponya?" Sham mengangguk dengan wajah gelisah pasalnya Yura tak perna mengabaikan panggilan telpon darinya.

"Mungkin Yura tak melihat ponselnya sama seperti Dhexsel tadi. Kau tahu sendiri jika Yura sedang menyetir dia tak akan pernah menoleh sekalipun kearah ponselnya," ucapan Aera sedikit tidaknya dapat membuat Sham tenang, pasalnya apa yang dikatakan Aera memang benar adanya.

Tengah asyik mengobrol akan kondisi kandungan Yura perhatian Aera dicuri oleh kehadiran sang suami disusul Eren yang mengekor di belakangnya.

Aera berdiri kemudian menghampiri Dhexsel. Dhexsel tersenyum kemudian memeluk Aera erat, Eren dengan segera memalingkan wajahnya kala melihat adegan romantis itu.

Jujur hatinya terasa sakit melihat kejadian itu, bagaimanapun dia tetap terluka melihat Dhexsel bermesraan dengan Aera.

Nyonya Lena berkacak pinggang raut wajahnya terlihat kesal "Darimana saja kau, Dhexsel?" tanya Nyonya Lena dengan nada suara yang lumayan tinggi.

Melihat sang mertua yang mengambil ancang-ancang untuk memarahi sang suami, Aera dengan segera memeluk sang mertua erat.

"Mama kan sudah janji tidak akan memarahinya," mulut Nyonya Lena langsung tertutup rapat padahal sebelumnya ia sudah menyiapkan kata-kata sumpah serapa untuk anak bungsunya itu.

"Kau beruntung karena memiliki istri seperti Aera." gumam Nyonya Lena sebelum berlalu pergi.

Dhexsel tersenyum lega, lelaki bermata coklat itu kembali memeluk Aera dan berbisik lembut "Terimakasih sayang, kau telah menyelamatkan ku."

"Aera?" suara panggilan dari Eren membuat Aera langsung menoleh kearahnya.

Dhexsel melepaskan pelukannya dari Aera begitu melihat Eren berjalan menghampiri mereka.

Eren menyerahkan kotak pink yang sedari tadi dibawanya pada Aera.

"Apa ini?" tanya Aera setelah menerima kotak pemberian Eren.

"Hadia untuk ulang tahun pernikahanmu,"

Aera kemudian memeluk Eren hangat sembari berkata "Seharusnya kau tak perlu repot-repot seperti ini, Eren."

"Aku sama sekali tidak merasa repot, Aera." balas Eren dengan senyuman manis.

Dhexsel telah bergabung mengobrol dengan Alex dan juga Huan sementara Sham masih memasang wajah gelisahnya.

Aera menghampiri Sham, wanita itu memegang bahu Sham sembari berkata "Coba telpon Yura kembali, Sham."

Sham dengan segera menelpon Yura saat ponsel pintarnya baru saja mengarah ketelinganya tiba-tiba BBRUUUUKK!!... Suara pintu yang dibanting mencuri perhatian semua orang yang ada di dalam ruang serba guna kediaman Marghero, semua orang yang tadinya sibuk dengan aktifitas masing-masing kini secara spontan menoleh menatap sosok wanita yang muncul dari balik pintu.

Di ambang pintu ruang serba guna, Yura berdiri dengan tatapan tajam penuh benci yang hanya menyoroti dua objek yaitu Kakak Sepupunya Dhexsel dan sahabatnya Eren.

Sedari tadi Yura sudah menahan amarahnya sejak berada di perusahaan DD Group namun ia menahan emosi itu agar tidak meledak karena dia berpikir itu bukan waktu yang tepat untuknya meluapkan amarahnya, tapi sekarang wanita itu sudah memiliki waktu yang bagus untuk meledakan emosinya yang sedari tadi diredamnya.

Semua orang hanya bingung sembari menatap wanita berambut ikal itu penuh tanya.

Sham dan Aera dapat menebak bahwa ekspresi Yura saat itu menggambarkan kemarahan yang amat besar, wanita berambut ikal itu seakan sanggup membunuh siapapun saat itu juga.

Sham menghampiri Yura, ia meraih pergelangan tangan sang istri yang terasa mengeras itu "Kau kenapa, Sayang?" Tanya Sham namun Yura tak menggubris.

Yura hanya menatap Sham sekilas kemudian kembali menatap Eren dan Dhexsel secara bergantian dengan tatapan tajamnya.

"Yura?" gumam Eren yang merasa terintimidasi dengan tatapan tajam itu.

Yura melangkah berlahan menuju tepat kearah Eren yang berdiri tak jauh dari Aera.

Aera berlari menghampiri Yura sembari bertanya "Apa kau Sakit, Yura?"

Yura yang tadinya melangkah menuju Eren kini memberhentikan langkahnya kala Aera mencekal lenganya.

Yura menatap Aera nanar kemudian air mata wanita berkaca mata itu mengalir deras, ia mengasihani nasib Aera yang begitu tragis.

"Yura, kenapa kau menangis? Apa kau sakit?" Aera bertanya dengan nada terdengar panik ketika melihat air mata yang mengalir di pipi Yura.

"Tunggu Aera, ada yang harus ku lakukan." jawab Yura kemudian kembali melangkah menghampiri Eren yang masih berdiri mematung menatap kearahnya.

Tubuh Eren gemetar takut melihat Yura yang kini telah berdiri di hadapanya dengan tatapan tajam.

"Yu!.. Yura?" gumam Eren terbatah memanggil nama sahabat yang telah tersulut api amarah itu.

"Yura? Apa kau baik-baik saja? Kenapa menatap ku seperti itu? Apa aku melakukan kesalahan_"

Buuukk!!!.. semua orang terbelalak kaget, pasalnya Yura bukanlah wanita yang dengan mudahnya menggunakan kekerasan tapi kini berbeda Yura menampar Eren dengan sangat keras membuat wanita berambut pirang itu sedikit terperanjat dari tempatnya berdiri bahkan sampai terhuyun mundur kebelakang.

Bersambung!...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Paper Gray   Kenangan yang ingin dilupakan

    Yura mengedarkan pandangnya mengamati setiap ruangan yang ada di apartement milik Aera yang baru tiga jam lalu disewa sahabatnya itu.Lain halnya dengan Yura yang masih ragu untuk membiarkan Aera tingga sendiri di apartement kecil berlantai tujuh itu, Aera sang pemilik apartement justru dengan sibuk membenahi barang-barang seadanya yang dia miliki."Aera?" panggil Yura memberhentikan aktifitas wanita bersuai coklat itu."Apa kau yakin akan tinggal disini sendirian?"Aera mengangguk untuk merespon pertanyaan dari Yura."Tinggal di rumahku saja." ajak Yura "Saat ini kau sedang hamil, bagaimana jika terjadi sesuatu denganmu? Intinya aku tidak membiarkanmu tinggal seorang diri sendiri disini." ucap Yura seraya meraih ganggang koper milik Aera lalu menariknya ingin membawa koper itu keluar dari dalam apartement yang cukup sempit itu.Aera dengan cepat menahan kopernya membuat Yura langsung menoleh kebelakang dan mendapati empuhnya kop

  • Paper Gray   Formulir Perceraian

    Mobil berwarna putih yang dikendarai oleh Yura berhenti tepat di depan kediaman keluarga Marghero, tak beberapa lama kemudian Aera dan Yura keluar dari dalam mobil dengan waktu yang nyaris bersamaan.Aera melangkah memasuki kediaman keluarga Marghero disusul Yura yang setia mengekor di belakang.Alex yang baru saja berniat berangkat ke restauran miliknya tiba-tiba memberhentikan langkahnya kala Aera berjalan memasuki ruang keluarga kediamannya."Aera?" Gumam Alex kaget, hal itu spontan membuat Dhexsel yang berada di ruang keluarga langsung ikut menoleh kearah ambang pintu ruang keluarga, senyum senang langsung terpatih di wajah milik Dhexsel, ia sudah menduga bahwa istrinya itu akan kembali ke rumah.Seorang pelayan berlari menuju kamar Nyonya Lena, untuk menjalankan perintah wanita paruh baya itu, tiga jam yang lalu sebelum beranjak menuju kamarnya, Nyonya Lena berpesan pada sang pelayan agar memberitahukannya jika Aera kembali, dan alhasil pelayan itu k

  • Paper Gray   Keputusan Aera

    Yura melangkah berlahan menghampiri Eren, sementara wanita yang dihampiri itu sudah mulai kalang kabut."Kenapa Eren?" tanya Yura dengan nada mengejek "Kenapa kau begitu ketakutan melihatku tapi kau begitu tak tahu malunya datang menemui Aera." lanjut Yura yang kini sudah berdiri begitu dekat dengan Eren.Buukkk!.. Satu tamparan keras membuat Eren langsung terhuyun kebelakang seraya memegangi pipinya yang terasa berdenyut dan perih, mendapati kejadian itu semua orang yang tadinya sibuk akan aktifitas mereka kini terfokus menatap Eren dan Yura dengan pandangan penuh tanya dan bingung.Yura menjambak rambut milik Eren tepat di tengah-tengah kepalanya memaksa agar wajah wanita berambut pirang itu terangkat ke atas agar semua orang dapat dengan jelas melihat wajah milik Eren."Hallo semuanya!" ucap Yura dengan suara yang lantang tak mempedulikan Eren yang sudah memohon agar melepaskan dirinya."Perhatikan wajah wanita ini baik, baik." lanjut Yura seray

  • Paper Gray   Pertemuan Yura dan Eren

    Aera berjalan cepat menghampiri Yura sementara Arzhel masih berdiri di area loby berpura-pura melihat papan buletin rumah sakit namun dalam jarak yang masih bisa mendengar pembicaraan Aera dan Yura."Kau sudah makan?" tanya Yura dengan cepat Aera menggeleng dengan sesekali terlihat resah menatap kearah lift takut-takut Eren muncul dari sana."Sudah ku duga kau pasti belum makan. Ini," ucap Yura seraya menyerahkan rantang di tanganya kearah sahabat karibnya itu "Aku sudah menyiapkan makan siang untukmu." lanjutnya.Aera dengan cepat meraih rantang yang diserahkan Yura padanya "Ayo! Temani aku makan di luar," ajak Aera membalikan paksa tubuh Yura sedikit mendorongnya kearah pintu loby.Yura menyerengit mendapati gelagat aneh wanita bersuai coklat itu dengan cepat Yura memberhetikan langkahnya lalu membalikan tubuhnya kerah Aera yang kini terlihat gugup."Ada apa denganmu, Aera? Kenapa kau terlihat aneh sekali," tanya Yura dengan tatapan penuh selidik

  • Paper Gray   Percakapan Eren dan Aera

    Eren masih belum mendapat respon dari Aera atas ajakanya yang meminta istri sah dari Dhexsel Marghero itu untuk bicara."Atau perlu kita bicara disini, Aera?" ucap Aren kembali membuat Aera sedikit tersentak kemudian bangun dari tempatnya terduduk, Aera berpikir tempatnya bekerja bukanlah tempat yang cocok membahas masalah pribadi mereka terlebih banyak orang yang berlalu lalang disekitar mereka."Ayo!.. Kita pergi bicara ke atap," ajak Aera seraya memimpin jalan menuju ke lantai paling atas rumah sakit tempatnya bekerja.Arzhel awalnya ingin mengabaikan dua wanita yang baru saja melewatinya itu menuju lift namun hati kecilnya meminta Arzhel untuk pergi mengikuti Aera dan Eren, akhirnya Arzhelpun mengikuti kemana Aera dan Eren pergi meskipun tingkahnya itu bukanlah sebagai tingkah yang dapat disebut bijak karena dia mengikuti dua orang wanita secara diam-diam.***Di atas atap rumah sakit, Eren dan Aera kini saling berhadapan kencangnya angin

  • Paper Gray   Mandul

    Arzhel yang kala itu tengah duduk disalah satu kursi yang ada di caffe taria rumah sakit terlihat gelisah, matanya jelalatan mencari-cari seseorang. Alan yang duduk tepat dihadapan Arzhel terlihat terganggu akan tingkah Arshel yang sesekali berdiri menatap kearah pintu masuk caffe taria."Alan apa benar hanya ini satu-satunya caffe yang ada di rumah sakit ini?" tanya Arzhel tanpa menatap lawan bicaranya."Hmm!.. Benar. Memangnya siapa yang sedang kau cari Arzhel?""Gadis itu," sahut Arzhel cepat masih tak menatap lawan bicaranya."Gadis itu?" gumam Alan "Gadis yang mana?" lanjutnya.Arzhel menghela nafas dalam lalu mendudukan tubuhnya kembali ke atas kursi, ia menatap makanan yang dipesanya dengan tidak berselera "Gadis yang waktu itu adu jotos denganku.""Aaahh!... Perawat itu." sambar Alan ketika ia mulai mengingat kajadian saat Arzhel merasa kesal setelah menerima hasil labnya."Aku ingin minta maaf pada gadis itu, setelah ku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status