Share

Bab 4| Jebakan Fatal

“Bagaimana Tante tahu jika aku sedang hamil?”

“Tante juga baru rutin medical check up di Rumah Sakit yang sama denganmu,” jawab Wanita itu. “Tante tidak sengaja melihatmu keluar dari ruangan ibu dan anak, apalagi usiamu masih muda jadi Tante rasa harus membantumu.” Wanita itu meraih tangan Alessa kemudian menggengamnya. Dia menatap Alessa dengan penuh simpatik. Parasnya yang tak lagi muda namun terawat itu juga memasang raut wajahnya juga sedih seolah dia memahami kondisi Alessa.

“Maksud Tante apa?” tanya Alessa yang naif ini. Alessa tetap berprasangka baik terhadap orang yang baru Ia temui. Keadaannya yang sulit membuat Alessa mudah mempercayai Wanita itu.

“Panggil Tante Julia, Nak, kita sama karena dulu aku pernah merasakan hamil oleh pacarku diusia muda kemudian dia pergi meninggalkan tanggung jawab,” ucap Julia. 

Alessa mengangguk. Alessa merasakan keadaan mereka yang mirip. “Namaku Alessa, Tante, maaf jika sempat meragukan kebaikan Tante.” Alessa menundukkan tatapannya melihat tangan Julia yang masih mengenggam tangannya. 

“Alessa, Tante mau membantumu jadi jangan tolak kebaikan Tante ya,” ucap Julia sembari menyampirkan helaian rambut panjang hitam Alessa ke pinggir telinganya. “Kamu harus istirahat dan makan di rumahku malam ini, kalau Tante boleh tahu kenapa kamu bisa hamil?” tanya Julia dengan lembut.

“Aku terpaksa menjual diri Tante oleh karena itu aku tak menyangka sampai hamil anak dari Pria yang tidak aku ketahui,” jawab Alessa dengan jujur. 

Julia menghela napas beratnya. Dia mengusap bahu Alessa dengan lembut. “Nak, jadi kamu gak tahu ayahnya siapa?” tanya Julia.

“Iya, Tante, aku tidak tahu.” Alessa menjawab pertanyaan Julia dengan suara lirih. Alessa merasa sudah gagal mempertahankan kesuciannya dan masa depannya juga. “Aku sudah menodai diriku sendiri, Tante, parahnya aku malah hamil, semua ini demi membantu bapakku yang terjerat hutang,” ucap Alessa yang mulai terisak oleh tangisannya lagi.

“Jadi kamu mau tetap mempertahankan kehamilanmu atau mengugurkannya?” Julia bertanya pada Alessa sembari menatapnya dengan tenang.

Alessa tak menyadari jika kedua tangannya mengusap perut ratanya sendiri. Alessa tersenyum sendu. Sejak lama Alessa menginginkan keluarga yang bahagia. “Meski semua ini karena kesalahanku, aku tetap mempertahankan bayi ini sampai lahir, Tante.” Alessa berucap dengan lirih walaupun keyakinannya sudah bulat. 

Julia memeluk sembari mengusap pundak Alessa dengan lembut. “Oh, Alessa kemarilah, betapa mulianya pilihanmu.” Julia tersenyum kecil sembari membelai rambut hitam panjang Alessa tapi tanpa Alessa sadari tatapan Julia jadi begitu dingin. 

Alessa terperangah menatap mewahnya rumah Julia yang mirip seperti istana. Alessa tidak pernah melihat rumah megah seperti ini dalam hidupnya. Julia memperbolehkannya masuk ke dalam rumah bahkan Ia dilayani oleh pelayan. Alessa dibiarkan mandi di kamar mandi yang luas, Alessa diberikan baju baru yang mahal dan juga dipersiapkan makan malam. 

“Ayo, kemari Alessa,” ajak Julia. Ia sudah duduk di salah satu kursi mengkilap di ruang makan. 

Alessa mengangguk polos. Alessa duduk di salah satu kursi yang berseberangan dengan Julia. Alessa tergiur menatap berbagai macam hidangan makanan yang lezat. Perut Alessa kembali berbunyi karena keroncongan. “Maaf, Tante,” gumam Alessa sambil menunduk malu.

“Haha, tidak apa Alessa, makanlah sepuas yang kau mau,” ujar Julia. 

Alessa mulai mengarahkan garpunya untuk menusuk bagian daging asap yang lembut. Alessa melahap makanan yang terasa nikmatnya itu. “Enak sekali,” puji Alessa sembari melahap potongan daging asap lainnya. 

Julia tersenyum kecil seraya menegak gelas kaca berisi wine. Julia tidak menyentuh makanannya melainkan memerhatikan Alessa yang sedang lahap menyantap makanan. “Alessa, apa kamu suka makanan manis?” tanya Julia.

Alessa mengangguk. Dia jarang bisa menikmati makanan manis karena uangnya yang terbatas. Alessa memang sesekali membeli cokelat itu pun harus menyisihkan uangnya setiap minggu. “Aku suka cokelat, Tante,” jawab Alessa.

Julia menepuk tangannya memberi isyarat bagi pelayan untuk menyajikan makanan penutup. Wanita itu kembali menegak wine dari gelas kaca saat Pelayan tiba membawakan nampan berisi satu potong pie apel yang disiram oleh sirup lemon. “Kuharap kau menyukai pie apel ini, Alessa,” ucap Julia dengan senyuman lebarnya.

Penampilan potongan pie dengan irisan apel yang tertata cantik di piring. Alessa tidak pernah memakan makanan mahal. Alessa langsung menyantap pie apel tanpa ragu. Rasa manis langsung menguar dilidahnya tapi tak lama mulut hingga kerongkongannya terasa panas bagaikan terbakar. Alessa memengangi lehernya. “Sakit, tolong, Tante,” ucap Alessa.

“Dahulu ada kisah dongeng kesukaanku, tidak salah ceritanya itu tentang gadis naif yang diracuni oleh apel yang diberikan oleh nenek tua tak berdaya,” ujar Julia sembari menikmati wine yang hampir habis di gelas kacanya. 

Alessa menatap Julia dengan tatapan heran. “Kenapa Tante menceritakan kisah Putri Salju padaku?” tanya Alessa.

“Kau mirip dengan Putri Salju, rambut hitam ebonimu dan kedua mata lelehan madu.” Julia terkekeh pelan dengan kepolosan Alessa. “Sehabis makan, segera tidur ya karena pelayan sudah mempersiapkan kamarmu,” ucap Julia.

Alessa mengangguk. “Terima kasih, Tante atas semuanya, Alessa malah merepotkan Tante,” sahut Alessa.

Julia beranjak berdiri dari tempat duduknya. Dia hanya tersenyum kecil sembari keluar dari ruang makan diikuti oleh Pria paruh baya yang semula menyetir mobilnya tadi. Ketika di luar ruang makan. Julia menghidupkan satu batang rokoknya kemudian menyesap puntung rokok dengan pelan. “Anak itu tidak curiga memakan makanan yang dicampur oleh obatnya.” Julia berucap sembari mengepulkan asap dari rokok yang tengah Ia nikmati. “Berapa lama reaksi obat itu?” tanya Julia pada Pria itu.

“Nyonya, obat itu akan bereaksi selama tiga puluh sampai dua jam,” jawab Pria itu.

“Bagus, kurung dia di kamar ketika  sudah masuk ke kamar, jangan biarkan siapa pun membebaskan Gadis bodoh itu jika reaksi obatnya mulai bekerja.” Julia berucap sambil menyesap rokoknya yang mengepulkan asap tebal itu. 

Pria itu mengangguk sembari membungkuk patuh. “Baik, Nyonya.” Pria itu pergi menjalankan perintah Julia.

Julia yang seorang diri di koridor rumah megahnya itu hanya menyeringai tipis. “Menyingkirkan satu lalat penjilat, bukan apapun demi menjaga kehormatan anakku,” ucap Julia seorang diri. 

Alessa diantar ke sebuah kamar mewah oleh seorang pelayan. “Silahkan, Nona,” ujar Pria itu. Dia membukakan pintu sebuah kamar dan membiarkan Alessa masuk.

“Kamar yang bagus, terima kasih,” sahut Alessa dengan senyum cerianya. 

Pelayan tertegun menatap senyuman Alessa. Dia menatap Alessa dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia harus menjalankan niat licik tuannya untuk mencelakan gadis polos seperti Alessa. “Apa Anda tidak merasakan apapun?” tanya Pria paruh baya itu.

Alessa menggeleng. “Tidak, aku sudah kenyang dan mengantuk,” jawab Alessa.

“Baiklah, selamat beristirahat Nona, semoga Tuhan selalu memberimu kekuatan,” ucap Pria itu seraya menutup pintu kamar dan menguncinya dari luar. “Maafkan, Aku,” gumam Pria itu. 

Alessa langsung merebahkan dirinya di ranjang kasur yang empuk. Dia menjadi senang karena masih ada orang yang baik padanya. “Nak, nanti Ibu akan bekerja agar tidak menumpang pada Tante Julia lagi, dia sudah baik sekali dengan kita,” ucap Alessa seraya mengusap perut ratanya. 

Alessa semula sudah tertidur. Alessa terbangun tengah malam usai mendengar bunyi jam dinding yang berdetak pelan detik hingga menitnya. Alessa mulai merasakan sensasi nyeri pada perutnya. “Sakit, aduh sakit,” lirih Alessa yang meringis sembari memengangi perutnya yang mulas terasa diperas dari dalam. 

“Tolong, perutku sakit!” teriak Alessa dari dalam kamar. Alessa mengumpulkan tenaganya untuk beranjak bangkit dari ranjang kasur tapi kedua kakinya jadi lunglai untuk menompang bobot tubuhnya sendiri. Nyeri dari perut terasa menusuk-nusuk. Alessa pun ambruk terjatuh di lantai. Kedua matanya membelalak melihat diantara kedua kakinya sudah mengalir cairan merah terang. 

“Apa ini? kenapa ada darah dari kedua kakiku?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status