Share

Main Gila

Author: Nona Ekha
last update Last Updated: 2022-04-26 20:29:08

Kasih masih tak menyangka jika Diana, teman satu-satunya yang sangat dia percaya ternyata tega melakukan seperti itu.

Dan perkataan wanita itu, sedari tadi selalu saja mengganggunya. Benarkah suaminya di perantauan sana tengah berselingkuh?

Di satu sisi, Kasih dengan tegas menampik ucapan wanita itu. Namun, di sisi lain dia juga mulai meragu dengan kesetiaan suaminya. Memang benar, belakangan ini suaminya kerap kali bertingkah aneh, jangankan mengirimkan dia uang, memberi kabar pun rasanya sangat jarang.

Kasih menghela napas berat, lalu menggeleng tegas. Tidak! Dia tidak boleh terkecoh dengan ucapan siapa pun, biar bagaimanapun juga dia harus percaya dengan suaminya.

"Jangan gampang percaya dengan omongan yang belum tentu benar, Kasih. Suami kamu di sana mati-matian sedang mencari uang, seharusnya kamu banyak-banyak berdoa, bukan malah berpikir yang tidak-tidak," gerutu wanita itu, mengingatkan dirinya sendiri.

Biarpun seperti itu, tetap saja Kasih masih gelisah. Oleh karena itu, Kasih pada akhirnya memutuskan untuk menghubungi nomor suaminya.

Kasih tersenyum lega ketika panggilannya langsung diangkat oleh suaminya.

"Kenapa lagi? Nggak bosan tiap waktu nelpon terus?" tanya Dani dari ujung sana, terdengar malas.

Senyuman Kasih perlahan hilang. Harusnya Dani senang karena Kasih selalu memberikan kabar, tapi kenapa reaksi pria itu sangat berbeda?

Biasanya, jika Kasih menghubungi Dani lebih dulu, pria itu selalu bersemangat menceritakan apa saja yang terjadi padanya, kesehariannya seperti apa, tapi saat ini, Dani yang Kasih kenal, tampak jauh berbeda.

"Mas," panggil Kasih dengan suara lirih. "Ini aku loh, kamu nggak kangen sama aku?"

Dari ujung sana, Dani terdiam cukup lama, kemudian menghela napas berat.

"Aku sibuk, Kasih. Nggak ada waktu buat hubungi kamu."

"Iya, aku tahu. Mas kerja keras di sana, tapi ... kenapa reaksi kamu berlebihan seperti itu, kamu berbicara denganku seperti orang asing saja. Aku ini istri kamu loh, Mas."

"Ya, ya, ya. Aku minta maaf," sahut Dani dengan malas. "Mau minta uang lagi?"

Kasih tersenyum kecut, ingin mengatakan iya, tapi dia urungkan. Setidaknya saat ini pikirannya tidak terlalu kalut ketika mendengar suara suaminya.

"Nggak," dusta wanita itu. "Mas, kapan Mas pulang? Aku kangen banget sama kamu. Kita cari uang sama-sama aja di sini, ya. Mas nggak usah pergi merantau lagi," pinta Kasih.

"Nggak bisa!"

Kasih terperanjat ketika mendengar suara nada tinggi dari Dani.

"Kenapa, Mas? Apa aku salah ngomong?"

"Aku nggak bisa setujui usul kamu, kamu tahu sendiri kalau keuangan kita benar-benar seret kalau aku kerja lagi di situ!"

Kasih meremas ponselnya dengan kasar. Menurutnya, Dani bertindak yang sangat berlebihan.

"Sama aja, kan, Mas. Kamu merantau atau tidak, keuangan kita tetap saja seperti ini, nggak ada perkembangan. Jadi, buat apa kamu jauh-jauh pergi merantau, Mas."

"Kata siapa? Asal kamu tahu, di sini aku jauh lebih baik. Aku mempunyai segalanya, apa yang aku mau selalu tercapai."

Kasih mengerutkan keningnya, heran dengan ucapan suaminya. Bukankah selama ini ketika Kasih meminta uang, pria itu selalu mengatakan tidak ada?

"Sayang, siapa?"

"Bu-bukan siapa-siapa."

Belum sempat Kasih membuka mulut, dia lebih dulu dikejutkan oleh suara seorang wanita dari ujung sana. Terlebih lagi, wanita itu menyebut kata 'sayang' lalu tak lama kemudian suaminya yang menjawab. Pun dibalas tak kalah lembut oleh pria itu.

Sekujur tubuh Kasih terasa kaku, dia mengerjapkan matanya berkali-kali, berharap apa yang dia dengar barusan adalah mimpi.

"Mas, bisa kamu jelasin ini maksudnya apa?" tanya Kasih dengan suara bergetar.

"Nanti aku telepon lagi, aku lagi sibuk."

"Mas, aku belum selesai bicara. Tolong jelaskan semua--"

Terlambat, Dani sudah mematikan sambungan telepon itu secara sepihak.

Air mata wanita itu jatuh begitu saja. Perlahan dia menjatuhkan tubuhnya di lantai. Masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Apakah suaminya di sana berselingkuh darinya?

"Ya Tuhan, apa ini? Mas, tega sekali kamu khianati pernikahan kita. Aku benar-benar kecewa sama kamu, Mas!" teriak Kasih di sela-sela tangisnya. Sesekali wanita itu berteriak histeris ketika mengetahui fakta suaminya main gila di luar sana.

***

"Ibu Anda harus segera dioperasi, jika tidak, penyakitnya akan menyebar ke mana-mana."

"Tolong percepat operasinya, Dok. Jangan biarkan ibuku kenapa-napa," pinta Kasih.

Dokter itu manggut-manggut, meneliti Kasih dari atas hingga bawah, lalu mendesah berat.

"Operasi akan segera dilakukan ketika biaya administrasi dilunasi, apakah--"

"Saya janji akan bayar, Dok. Saya tidak ingin terjadi sesuatu dengan ibu saya," potong Kasih cepat.

"Saya paham, tapi rumah sakit di sini prosedurnya memang seperti itu, harus melunasi administrasi terlebih dahulu, baru operasi akan berjalan dengan lancar."

"Tapi, Dok ...."

Kasih menggantungkan kalimatnya, dia menjambak rambutnya dengan kasar. Saat ini pikirannya benar-benar tidak bisa diajak kompromi, dia kalut ketika mengetahui suaminya main belakang, ditambah lagi mendapat telepon dari rumah sakit jika ibunya drop.

Sekarang siapa lagi tempat dia untuk meminta tolong? Teman? Kasih menggeleng, jika meminta bantuan pada Diana, sama saja dia mempermalukan dirinya sendiri. Suami? Kasih tersenyum sinis, suaminya juga tidak bisa diandalkan.

Pergi merantau bukannya berniat mencari uang, malah mencari kehangatan baru.

"Sepertinya tidak ada jalan lain. Dialah orang satu-satunya yang aku butuhkan saat ini," gumam Kasih, membuat Dokter yang bername tag Rafi itu mengernyit heran.

Kasih kembali menatap Dokter itu, memegang lengan pria itu, tatapan Kasih tampak serius.

"Saya janji, malam ini saya akan melunasi administrasinya, tolong lakukan yang terbaik untuk ibu saya, apakah Anda bisa janji dengan saya?"

"Saya hanya perantara saja, perihal berhasil atau tidaknya kita hanya bisa berserah diri dengan yang di atas."

Kasih menggeleng. "Tidak! Saya tidak mau Dokter mengatakan seperti itu, saya mau Dokter berjanji akan membuat ibu saya sembuh total."

Pria itu tampak menghela napas. "Baik, baik. Saya berjanji, tapi ...."

Rafi tampak melirik jam yang ada di tangannya, kemudian menatap Kasih dengan ragu. Kasih yang melihat gelagat dokter itu sepertinya paham. Wanita itu mengangguk mengerti.

"Secepatnya saya akan kembali membawa uang," ucapnya, lalu melangkah dengan terburu-buru.

Dia harus pulang ke rumah untuk mengambil surat perjanjian itu. Beruntungnya, waktu itu dia tidak jadi membuang surat yang diberikan oleh Gilang.

Selang beberapa menit akhirnya Kasih sudah berada di rumahnya, wanita itu tampak menggeledah isi kamarnya demi menemukan surat itu.

Matanya berbinar ketika matanya tiba-tiba melihat apa yang tengah dicari berada di atas lemari, tanpa berlama-lama Kasih langsung mengambilnya.

Kasih kembali menghela napas panjang, tangannya gemetar ketika dirinya kembali membaca surat itu.

"Nggak ada pilihan lain lagi," gumamnya seraya menandatangani surat perjanjian itu.

Wanita itu juga mencatat nomor Gilang, lalu menghubungi nomor pria itu.

"Ya?" sapa pria itu dari ujung sana.

"Apakah penawaran itu masih berlaku?" tanya Kasih tanpa basa-basi.

"Kasih?"

"Aku membutuhkan uang, aku sudah menandatangani surat perjanjian itu."

Kasih mengerutkan keningnya karena tak mendapat sahutan dari ujung sana.

"Gilang, apakah kamu mendengarku?" tanya Kasih hati-hati.

"Ya, aku sangat mendengarnya. Cepatlah datang ke sini, karena aku juga membutuhkanmu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Patma Gendut
msahlan ...️
goodnovel comment avatar
Muhammadazizrifai39 Rifai
keren banget kak
goodnovel comment avatar
Ripka Sembiring Milala
luar biasa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Partner di Atas Ranjang   Perihal Burung

    Tidak ada yang paling membahagiakan menurut Gilang selain menikah dengan orang yang dia cintai.Wanita yang selama ini dia tunggu-tunggu kehadirannya akhirnya sudah berada digenggamannya untuk selamanya.Kebahagiaan Gilang terasa sangat lengkap karena kedua anak yang lahir dari perut Kasih, wanita yang dicintainya.Ya, bukankah pria itu dari dulu sangat menginginkan hal itu? Mungkin dulunya Kasih menganggap jika omongan Gilang hanya candaan belaka, tapi tidak menurut Gilang, pria itu benar-benar sangat serius mengatakannya.Dulu, hubungan mereka sangatlah salah, tidak pantas ditiru untuk siapapun. Sebatas partner di atas ranjang, karena dia begitu kesepian, dan dia memanfaatkan Kasih karena wanita itu sangat membutuhkan bantuan.Gilang menggeleng seraya tersenyum kecil ketika mengingat awal pertemuan mereka yang menurut pria itu sangat berkesan."Ngapain senyum-senyum sendiri? Hayo, pasti lagi mikirin sesuatu," celetuk Kasih. Wanita itu menatap suaminya penuh curiga."Iya nih, tahu aj

  • Partner di Atas Ranjang   Permainan yang Sesungguhnya Pun dimulai

    "Selamat ya, akhirnya hari-hari yang kalian tunggu tiba juga," celetuk Fandi seraya menyalami Gilang."Makasih, Bro. Kalau bukan karena kamu, pasti hari ini nggak akan terjadi," ucap Gilang dengan suara tulus.Fandi tertawa kecil. "Habisnya aku greget banget sama hubungan kalian berdua. Sama-sama mau tapi gengsinya gede banget. Wanita itu memang harus digertak, kalau nggak digituin nanti malah teus mengulur waktu. Dan ya ... rencanaku berhasil, kan. Pada dasarnya itu Kasih cinta sama kamu, terlihat begitu jelas dengan tatapan matanya. Cuma ya seperti tadi yang aku bilang, gengsinya wanita itu besar. Yang dia mau lelaki harus berusaha sekuat mungkin berjuang buat meyakinkan dia, kalau sudah dirasa cukup barulah dia nerima kamu. Pikiran wanita itu gampang ditebak," celoteh Fandi panjang lebar."Ya, ya, ya. Terserah kamu bilang apa, intinya aku berterima kasih karena pada akhirnya kami sudah menikah, itu semua berkat kamu."Fandi menepuk pundak Gilang dengan pelan. "Sama-sama, tapi aku y

  • Partner di Atas Ranjang   Sama-sama Janji

    "Apa kamu menyesal karena sudah melakukan kesalahan fatal, Dina?" tanya Bima sinis.Wanita itu tak berani menatap calon suaminya itu, dia benar-benar begitu malu.Karena melihat Dina diam saja, Bima pun duduk di hadapan wanita itu, pria itu menghela napas berat."Sejujurnya aku nggak mau lihat kamu seperti ini, tapi ... kamu memang pantas dihukum seperti ini, karena kesalahanmu itu. Apa sampai saat ini kamu belum menyadari kesalahanmu itu? Apa sampai saat ini kamu masih menyalahkan aku dan Kasih karena kami dekat? Dan masih benci dengan Bastian yang jelas-jelas anak itu tidak memiliki kesalahan apapun? Apa kamu masih mempertahankan egomu itu, Dina?" tanya Bima secara beruntun.Tak lama setelah itu, terdengar suara isak tangis dari wanita itu. Sejujurnya Bima tak tega mendengarnya, ingin sekali memeluk wanita itu, tapi mati-matian ia tahan, dia ingin kalau Dina menyadari kesalahannya."Aku ... aku sangat menyesal, Mas. Aku menyesal. Seandainya saja waktu bisa diputar kembali, aku nggak

  • Partner di Atas Ranjang   Disamakan Seperti Kucing?

    Gilang tersenyum puas karena pada akhirnya Tiara sudah masuk ke dalam penjara. Untuk sebagai bukti yang akan dia tujukan pada calon istrinya itu, Kasih, jadi dia mengambil foto Tiara ketika sedang di dalam penjara."Gimana? Enak, kan, rasanya hidup di sini. Makan gratis, nggak ngapa-ngapain lagi, harusnya kamu berterima kasih sama aku," kata pria itu dengan bangga.Tiara menggerakkan giginya. Rasa amarah dan juga malu menjadi satu.Niatnya ingin memiliki pria itu, malah berakhir seperti ini. Sungguh mengenaskan."Saya mohon, Pak. Tolong bebaskan saya dari sini," mohon wanita itu."Gimana? Kamu minta untuk dibebaskan? Bukannya di sini tempatnya sungguh nyaman?" Lagi-lagi Gilang mengejek wanita itu."Saya tidak mau tinggal di sini, Pak. Tolong keluarkan saya dari penjara ini, Pak. Saya janji akan menuruti semua perintah Anda kalau Anda mau mengeluarkan saya dari sini." Lagi-lagi Tiara memohon ampun.Wanita itu sangat menyesal karena sudah masuk ke dalam kehidupan pria itu. Sungguh, keja

  • Partner di Atas Ranjang   Tubuhmu itu Canduku

    "Aku sudah menuruti semua keinginanmu, sekarang giliran aku menagih janjimu.""Janji? Emangnya aku punya janji sama kamu?" tanya Kasih heran."Oh, jadi kamu mau melupakan hal itu?""Aku serius!" bantah Kasih."Bukankah kamu yang bilang sendiri kalau aku sudah berhasil memecahkan kasus siapa yang menabrak Bastian, kamu mau menikah denganku? Apa kamu mencoba untuk ingkar janji?" tanya Gilang dengan sorot mata tajam."Oh, yang itu. Aku kira apaan. Masih ada satu lagi yang belum kamu selesaikan.""Mencoba cari alasan lagi?"Kasih menggeleng. "Aku sama sekali nggak cari alasan," bantah wanita itu dengan mata melotot."Ya sudah, katakan saja. Aku harap ini yang terakhir kalinya kamu mencari alasan. Setelah itu, tidak ada lagi yang namanya ngeles, kamu harus menikah denganku secepatnya.""Kenapa harus terburu-buru?" tanya Kasih dengan senyum remeh."Serius kamu bertanya seperti itu? Baiklah, aku akan menjawabnya dengan sejujur-jujurnya. Apa lagi kalau tidak merindukan tubuhmu. Tubuhmu itu ca

  • Partner di Atas Ranjang   Nabung Bayi Dulu

    "Untuk apa kamu datang ke sini?" tanya Kasih heran. Bima menghela napas berat, dia melirik ke arah Gilang yang saat ini tengah duduk anteng di dekat Kasih. Tatapan mereka berdua bertemu, Bima memberi kode pada Gilang agar pria itu pergi dari situ, karena Bima ingin berbicara berdua saja dengan Kasih. Sayangnya yang diberi kode sama sekali tak mengerti, lebih tepatnya Gilang pura-pura tidak tahu apa maksud Bima, pria itu malah melengos. "Bim?" panggil Kasih heran karena melihat pria itu tampak diam saja. "Tadi katanya mau ngomong, kok malah diam aja?" "Bisakah hanya kita berdua saja di sini, nggak lama kok," pinta Bima. Gilang mendelik kesal ketika mendengar Bima berbicara seperti itu. Tidak cukup jelaskah kalau tadi Gilang menolak usiran dari pria itu melalui tatapannya? Lantas kenapa harus diperjelas lagi? "Kalian ngobrol aja, anggap aja aku nggak ada di sini. Aku nggak bakalan dengar pembicaraan kalian berdua kok," kata Gilang dengan suara tenang. "Gilang, biarkan kami berdua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status