Share

7.2 Ingatan Roy

Roy berlutut hormat kepada pangeran, "Yang Mulia para pengawal sudah memperketat kamar Dewi," dan saat itu pangeran sedang mengamati kalung emas ditangannya. "Pangeran apakah dewi tidak akan curiga kepadamu karena Anda begitu mengenalnya?"

"Justru aku ingin dia mengenaliku, namun aku tidak melihat memori itu, sepertinya ia telah melupakanku." Ia menggenggam kalung tersebut dengan wajah merenung.

"Pangeran Anda  tidak berencana memberitahunya?"

"Bahkan jika aku mengaku orang yang  berkali-kali bertemu dan menemaninya di dunia, ia tak akan percaya. Aku hanya menambah sakit kepalanya, lebih baik aku melindunginya dan memberikannya gelar dewi supaya dekat denganku. Beruntung Maha  Agung mempertemukanku dengannya di sini. Kebetulan sekali ia membawa paralayang, dan pasti ratu dan pengikutnya sudah tahu itu. Ia pasti mencoba melakukan sesuatu. Mereka pasti akan menyangkutkannya dengan pepatah buku tua itu. Aku  tak bisa mengelak bahwa rencanaku bisa membawa boomerang untuk nya. Roy aku ingin kau melakukan sesuatu."

"Sepertinya paralayang itu telah membawa petaka. Seseorang pasti telah menyelidikinya, dan mengutus orang untuk bersaksi, rencana drama kita berhasil. Saat itu juga ratu pasti akan hadir di dalam pertemuan dan memfitnah dewi. Aku ingin kau dan dewi  pergi jauh . Amankan dia sampai kembali normal. Saat itu juga ratu pasti akan memberikan sanksi untukku. Dia akan mengurungku di  Gua Api, dan aku akan melihat siapa dibalik semuanya."

Mendengar itu Roy melepaskan pedangnya dan membungkuk, "Yang Mulia apakah itu tidak berbahaya untuk Anda? Hukuman di gua Api itu adalah penderitaan bagi para dewa, jiwamu pasti hancur."

Pangeran tersenyum, "Kau tak perlu khawatir aku memiliki  keabadian, jiwaku tak akan hancur. Aku akan melarikan diri dari sana dengan rencana rahasia, dan menghilang dari istana, saat itu juga aku akan memulai kehidupan baru dan menyelidikinya. Siapa pembunuh ibu kandungku."

"Semoga Yang Mulia Dewi Kebenaran melindungimu. Saya akan melaksanakan perintah dengan sebaik-baiknya."

"Aku ingin melihat rencana Yang Mulia Ratu selanjutnya, dugaanku dia akan menghapus ingatan orang-orang di istana dan berkuasa penuh, dan aku yakin ia akan menyerahkan kekuasaan kepada raja siluman."

"Yang Mulia kau ada di dalam sana? Yuhu?" percakapan yang tadinya serius buyar karena kedatangan ku. Awalnya penjaga tidak memberikan izin untuk berteriak memanggilnya namun karena status kepercayaan pangeran akhirnya mereka tunduk. Pangeran memberikanku  masuk, sedangkan pengawal pangeran telah bersiaga berdiri  di depannya dan berpura-pura tak terjadi apapun.

"Kita akan pergi ke balairung kan? mari kita bereskan semuanya. Oh, ya kau lihat jam ku tidak? aku kehilangannya."

Pangeran dan pengawal, kedua orang itupun saling tatap - menatap, pengawal mengambil jam di kantung bajunya lalu memberiku. "Kau tahu ini sangat berguna untukku, jadi terimakasih telah menyimpannya baik-baik."

Setelah mendapatkan kembali barangku, aku pun hendak berpisah dengan mereka, namun. "Hei kau mau ke balairung dengan kunciran tak sopan seperti itu?" ia lagi -lagi mengkritikku dengan cengiran palsuku aku menjawab IYA. Tak lama kemudian pengawal setianya menggendongku seperti menggendong karung beras sontak aku berteriak kaget. Asli Malu sekali karena ditertawakan banyak orang yang melihatku. "ROY Lepas! Apalah ini! bicara denganku baik-baik saja!"

"Diam,  kau mesti berdandan lagi!"

"EEEH, TAPI INI SUDAH CANTIK TAU!"

"TIDAK!"

KREET! barusan aku menggeser pintu  pelan-pelan namun suaranya malah semakin kasar. Rumah bibi ini memang perlu direnovasi, setelah beberapa jam tinggal di rumah perempuan itu, malam ini waktunya kami pergi ke pasar hantu. Roy sudah bersiap dengan wajah yang tampan itu dan aku segera menghampirinya. Ia melihatku dari atas sampai bawah. "Ada apa Roy? apa penyamaranku sebagai pria gagal?" Kataku.

"Dadamu nona kau perlu sembunyikan." 

"Ah, ayolah menjadi pria tidak semudah menyembunyikan fakta." Aku menyerah soal ini, kemudian Roy mengambil luarannya lalu memakaikan kepadaku. 

"Jubah ini bisa menutupi postur mu. Ini semacam manipulasi penglihatan. Jangan melepaskannya saat kau di sana."

Aku mengangguk dan memeluknya, kau tahu? badan Roy sesaat menjadi tegang. "Eh, anak kecil itu bagaimana?" aku mendongak ke atas melihat muka nya. Roypun menunjuk pintu dan akupun menoleh. Baru saja, "TARAA!!! Lihat aku tampan kan? aku bukan anak kecil lagi!" Ia berputar memperlihatkan diri.

Aku melepaskan pelukanku."Kau punya trik juga ya bocah kecil!" Aku mengacunginya jempol. "Sunguh pria dewasa. Aku akan  memanggilmu Ruoran."

Setelah lama berdandan kamipun berpamitan dengan bibi, aku memegang kipas sambil berjalan petenteng ke pasar hantu. Di kedua sisiku di temani Roy dan Ruoran yang menyamar. Aku melihati sekitar pasar hantu di sana banyak sekali toko-toko aneh kau tahu apa yang aneh? Ya, bagaimana tidak aneh. Semua bahan dagangan  di sana dari potongan iblis kecil dan manusia, bahkan suvenir dan makanan di sini dari organ mereka. Aku yakin kalian akan mual, makanya tak kudeskripsikan secara detail. Aku memegang erat Roy. "Roy apa kamu tidak mual?"

Ruoran pun berbisik, "Di sini tempatnya hal aneh, aku pernah melihatnya langsung."

"Kau pernah dikurung dan hampir dijual di sana?" Kataku dan Ruoran mengangguk kecil.

"Tetapi kalau perempuan kau bisa dijadikan mainan," Sambung Ruoran berbisik lagi.

"Maksudmu," Ruoran memberi petunjuk melalui gerakan mata, ia menunjuk ke sebelah sana tepat di seberang kami. Perempuan manusia  dijadikan alat jual sex dan juga makanan mereka , mereka dikurung di dalam kurungan besar dan tak berdaya juga tak bisa menolak ataupun lari karena lidah mereka dipotong sementara kaki mereka sudah hancur. Aku pun merinding melihatnya. "Ayo kita pergi dari sini, di sini menyeramkan." Namun belum saat kakiku melangkah ke depan tiba-tiba Roy menarikku.

"Kita akan ke sana."

"Hah, Roy kau gila, kenapa ke sana."

Anak kecil itu menaikkan kedua alisnya seakan ada suatu rahasia yang ingin diungkapkan Roy, ia mengambil kipasku. 

Aku mengikuti mereka, dan melihat para pria siluman berbincang sambil mengantri,  terlihat ekspresi cabul mereka yang berusaha meraih perempuan di sana. Aku berdoa semoga teman-temanku yang perempuan bukan bagian mereka. Ya, benar setelah aku melihat satu persatu. Omong-omong aku telah berpisah dari Roy dan Ruoran,  saat ini aku berada di ujung, dan di sampingku ada pria iblis, gendut, dan berhidung pesek, dan  jelek berusaha berbincang denganku. "Eh, bung kau ini mau pilih yang mana? kalau aku pasti yang paling bawah paha mereka keliatan lezat dan harum." Aku melihatnya saat ini ia nampak berliuran sepanjang jalan menatap wanita itu. Jujur aku sangat jijik dengan iblis ini. "EEEH!" Ia menarik bahuku.

"Kau mau kemana, kita belum selesai bicara." Ia menatapku dari atas sampai bawah." Ngomong-ngomong kau cantik daripada perempuan yah. Hm.. sayangnya kau pria. Tampangmu ini sepertinya kelas atas, pasti bawahan raja sungai yah? katanya orang-orang di sana tampan dan berwibawa. Aku iri andai saja aku bisa bertukar denganmu." 

Aku menutup mulutku dengan lengan bajuku, "EKHM! E-Ge. Apakah aku sangat tampan sampai kau memuji para bawahan siluman sungai satu bangsa denganku?"

"Eh, tentu tapi kau lebih feminim, eh kau bukan dari sana ya?"

"Tidak, maksudku aku memang dari sana namun aku penasaran saja tentang sudut pandang kalian. Hahahaha,"

"Bangsamu hebat setiap tahun menikahi wanita cantik yang dipersembahkan oleh desa perempuan. Aku merasa iri namun juga tak sepenuhnya iri karena ada rumor bangsamu pasti hancur oleh senjata..." Aku merasa lelah berbincang dengannya walau keliatannya dia cabul tetapi ia lumayan ramah informasi. Kupingku yang lelah tadi seketika bangun mendengar kata senjata.

"EEH, saudaraku lupakan omonganku yang tadi ya!" Iapun bergegas kabur namun kutarik bajunya. "Eh tadi kau bilang senjata..."

"Ampun aku bukan bermaksud mengajak perkelahian denganmu."

"Senjata apa namanya?"

Iblis gendut itu tercengang mengiranya aku akan memukulinya habis-habisan seperti bangsa iblis yang ia bicarakan tadi karena menyebutkan senjata yang akan membinasakan bangsaku. Dahinya pun berkeringat dan wajahnya pucat.

"EH, tenang aku tak akan memukulimu, aku hanya penasaran barangkali aku bisa membawanya pulang dan melapor ke atasanku sehingga hidup kalian dan bangsaku akan aman. Bisa kan kau beritahu aku? nanti aku beri kamu reward loh!"

"Itu, PISAU TAK BERUJUNG!" Tiba-tiba pria itu lari menghilang dari hadapanku dengan sangat cepat bahkan tak sampai aku berkedip sosoknya sudah kosong.

"EH Anu... aku belum berterimakasih!" dan aku menaikkan kedua bahuku.

(Bersambung)

HMW

Petenteng: angkuh Ge: saudara laki-laki Reward: Hadiah Bung: kata slank (panggilan terhadap suadara pria)

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status