Hai, pembaca yang disayangi. Selamat hari raya idul Fitri, mohon maaf lahir dan bathin jika ada salah dan khilaf selama ini. Terima kasih sudah setia mengikuti kisah Bram dan Dhea sampai sejauh ini.
Part 182Bram terburu-buru pulang ke Palembang setelah mendengar kabar tersebut dari Fikri, pasalnya berita itu tidak masuk berita nasional. Tetapi di kota Palembang berita itu sangat heboh, tersangkanya tentu saja istrinya. Ketika sampai kota Palembang, ternyata Dhea sudah dijemput paksa oleh polisi, sehingga Bram langsung menuju ke kantor polisi. Di kantor polisi, Dhea cukup diperlakukan dengan baik, karena dia masih berstatus terduga, dia diinterogasi, tetapi Dhea tetap menyangkalnya. Walaupun begitu, ancaman penculik pada Tommy yang menyebut penculik akan membebaskan anaknya jika dia menjual sahamnya pada Dhea, menjadi barang bukti yang tidak bisa diabaikan.Bram datang bersama pengacara pribadinya dari jakarta, setelah mempelajari kasusnya, membuat Bram sangat penasaran siapa yang menculik anak itu. Akhirnya lelaki itu bisa mengeluarkan istrinya dengan jaminan sebagai tahanan kota, tidak menginap di tahan kepolisian."Kenapa bisa terjadi seperti ini?!" tanya Bram dengan sedikit t
part 183Kasus penculikan putri Tommy memang sudah ditutup di kepolisian, tetapi di media sosial kasus itu terus dibahas. Pihak Tommy juga hanya menutup kasus itu tanpa memberi klarifikasi. sehingga hal itu terus memperburuk citra perusahaan. Hari ini nilai saham di Aditama Group turun beberapa poin, sehingga membuat gusar para dewan direksi dan para pemegang saham. Tentu saja yang paling diuntungkan dari situasi ini adalah keluarga Ajisaka. Lelaki itu terus melakukan manuver agar semua dewan direksi menentang Bram dan menunjuknya sebagai direktur utama Aditama group. Tak ayal hari ini Bram dan Dhea menghadiri rapat yang dihadiri semua pemegang saham dan dewan direksi. Dijajaran dewan direksi duduk dengan santai Siska dan Nirmala, hal itu cukup membuat Dhea heran."Apakah Siska dan ibu Nirmala juga anggota dewan direksi?" tanya Dhea penasaran pada Bram "Ya."Ternyata keluarga kakek Hanggono menduduki dewan direksi semua, kecuali Arjuna dan Sania. Bahkan Abimanyu yang duduk di kursi
Orang tersebut langsung masuk ruang direktur dan mengangguk hormat, Dhea yang antusias berdiri untuk menyambut orang tersebut. Namun kedua mata mereka bertemu dan sama-sama terkejut."Anisa?""Ketua Niko?!"Wajah Niko langsing sumringah melihat wanita yang berada di hadapannya, mata lelaki itu berbinar. Sungguh, pucuk dicinta ulampun tiba. Sudah lama sekali rasanya mencari keberadaan gadis pujaan ini, tidak tahunya bertemu di sini. Memang tepat keputusannya melamar di perusahaan ini, walaupun itu memang dipaksa oleh ayahnya.'tengkiu papa, cinta orang tua memang selalu tepat' batin lelaki itu "Nyai Annisa, tidak kusangka akan bertemu denganmu di sini. Ternyata kau sekarang sudah menjadi seorang direktur. Aku jadi semakin hormat dan cinta padamu, Nyai Annisa ...."Niko bergegas meraih tangan Dhea dan menyalami tangan wanita itu, bukan hanya itu, dia juga menciumi tangan Dhea membuat wanita itu menarik tangannya karena risih."Niko jangan begini tidak patut kalau cium tanganku. usiamu
Niko jelas sangat kecewa mendengar Dhea sudah menikah. Tetapi dasarnya jiwa geng motor sudah mendarah daging, dia tidak peduli dengan kenyataan itu. Kalau bisa ya, buat saja Dhea simpati padanya, goyahkan saja imannya agar bisa berpaling kepadanya. Biar saja dijuluki pebinor, karena julukan itu sedikit membanggakan menurutnya. Hanya saja sekarang dia cukup penasaran, siapa suaminya? sehebat apa dirinya? apa dia pantas menjadi saingannya? yah, semua itu perlu diselidiki. Sebenarnya ada beberapa berita online yang sempat viral ketika mengakuisisi perusahaan ini. Tapi memang dasarnya, banyak pakar IT malah tidak aktif di medsos, menganggap berita di medsos tidaklah penting.Sekarang Niko yang senewen sendiri, dia sudah tanya-tanya sama Regina, hanya saja regina sendiri memang belum pernah bertemu dengan suami Dhea, jadi apa Niko harus nekat bertanya langsung pada yang bersangkutan? "Bu, siang ini mari kita makan siang bersama, saya yang akan traktir ibu. Saya mau mengucapkan terima kas
"Frans, jangan berbuat seperti itu! bermain-main dengan nyawa. tidak kah kau tahu kalau putrinya Tommy itu punya riwayat penyakit jantung?"Mendengar itu Frans malah tertawa dengan seringai, tawa yang sebenarnya renyah itu malah terlihat jahat ketika lelaki itu yang tertawa, sungguh tidak ada manis-manisnya."Sayang, aku tidak sekejam itu. Aku tahu anaknya Tommy itu penyakitan, jadi aku menggunakan cara halus agar jantungan tidak berhenti berdetak, buktinya .... sekarang dia masih hidup, kan?"Dhea jelas sangat kesal mendengar semua itu, lelaki ini sangat meremehkan apapun. "Terserah kaulah!" Akhirnya Dhea malas menanggapi lelaki ini, lelaki licik seperti dia memiliki seribu satu cara untuk berkelit, jadi buat apa membuang waktu meladeninya. lebih baik pergi saja."Sayang, dengarkan dulu___"Dhea menepis tangan Frans yang berusaha menahannya. "Sayang, Sayang! berhenti memanggilku sayang! aku bukan kekasihmu!" ujar Dhea dengan kesal."Oke, oke_ tapi kan kamu calon kekasihku.""FRANS
Susana sore yang masih terik, waktu sudah menunjukan sebentar lagi jam pulang kerja. Bram menghentikan mobilnya di parkiran kantor yang seperti bangunan ruko tiga lantai. Di sini selama tiga bulan ini istrinya bekerja dan mereka belum sempat bertemu. Kesibukan yang mereka jalankan hanya bisa menyalurkan rasa rindu dengan vidio call di malam hari. Apalagi Bram tengah menggarap proyek di Surabaya dan membuka kantor cabang baru di sana. Hari ini dan tiga hari ke depan lelaki itu sengaja mengosongkan jadwalnya untuk bertemu istri tercintanya. Bagaimanapun rasa rindu sudah tidak bisa dibendung lagi, apalagi mendengar kabar dari istrinya jika dia memenangkan proyek multinasional, Bram akan bertekad mengakhiri hubungan jarak jauh ini. Rencananya memindahkan perusahan teknologi ini ke jakarta sudah harus direalisasikan, agar Dhea akan selalu dekat dengannya. Dengan tidak sabar Bram turun dari mobil dan setengah berlari menuju ruangan istrinya, dia sudah tidak sabar memberi kejutan pada wani
Setelah dia hari pertemuan Bram dan Dhea, terpaksa Dhea harus meninggalkan suaminya untuk tanda tangan kontrak ke New York. Bram yang begitu keberatan karena Dhea hanya pergi dengan Niko, akhirnya berkompromi agar mereka ditemani dengan Adi. Sebenarnya Bram ingin sekali ikut mereka, tetapi pekerjaannya di jakarta tidak bisa ditinggal begitu saja secara mendadak, jika akan berlibur atau cuti harus jauh-jauh hari di-planning.Tentu saja lelaki itu mewanti-wanti Niko agar tidak berkesempatan merayu istrinya. Namun Niko yang sudah terlanjur kesal, mana mau mendengarkan ancaman lelaki itu, Niko hanya bertekad mencintai istri orang itu dengan caranya sendiri. Sehingga selama di new york mereka tidak pernah lepas dari pengawasan Adi dan Bram. Bram sendiri tengah menyiapkan perpindahan kantor perusahaan teknologi itu ke Jakarta, kebetulan ada bangunan yang tidak terpakai di sana yang dulunya akan digunakan sebagai bangunan rumah sakit, tetapi pemiliknya bangkrut dan diakuisisi oleh Bram, tet
"Loh, kenapa membahas masalah Star? bukankah Star itu perusahaan pribadi milik Abang? tidak ada sangkut pautnya dengan Adiguna Group, kan?""Itulah liciknya orang-orang itu, ketika tertimpa masalah mereka enggan menanggungnya bersama-sama. Tetapi ketika ada keuntungan, mereka akan meminta perusahaan ini." Dhea melihat dengan seksama pandangan Bram yang begitu muram, dia yakin posisi suaminya saat ini begitu sulit, tetapi bagaimana lagi? dia juga tidak bisa banyak membantu. "Jadi bagaimana? Apa Abang akan melepaskan Star Teknologi menjadi bagian dari Adiguna Group?""Mereka menuntut sekarang! mereka menghujat, tidak pantas seorang presiden sebuah group besar memiliki perusahaan atas namanya pribadi sendiri."Dhea yang mendengar itu merasa aneh, memangnya tidak boleh, ya? tetapi bukankah dulu mereka sendiri yang tidak mau mengakuinya?"Jika Abang tidak mau melepaskan Star Teknologi, Abang dituntut melepaskan jabatan Presdir ini.""Ha?" Dhea tidak bisa berkata-kata, sepertinya tuntutan