Share

43. Bukan Sebuah Pilihan

Bu Parmi memandangi Nuning yang kembali ke kamar perawatannya dengan tertunduk lesu. "Ada apa, Nduk? Jaka kenapa sih tadi sampai lari-lari begitu?" selidiknya sambil kedip-kedip penasaran. Tapi Nuning menjawabnya dengan segaris senyum tipis. Jenis senyum yang nggak enak menurut Bu Parmi. Rasanya lebih baik Nuning datang sambil ngomel-ngomel aja ketimbang senyum-senyum penuh misteri kayak gini. Tanda-tanda ada yang nggak beres.

Bu Parmi jadi gelisah karena Nuning belum juga kasih bocoran tentang apa yang tadi terjadi. Puteri satu-satunya itu malah sibuk menonton TV dengan tatapan kosong, entah sedang mengembara ke mana pikirannya sekarang. Bu Parmi berusaha mengajaknya ngobrol, tapi cuma dijawab oleh angin, alias dicuekin.

"Assalamualaikum..." Suara ramai di ambang pintu mengejutkan Bu Parmi dan Nuning yang sejak tadi melamun. 

Nuning dan Bu Parmi pun menjawab bersamaan, "Waalaikumsalam..."

"Permisi..." Rombongan emak-emak berkerudung memasuki kam

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status