Home / Romansa / Pawang Cinta Ternyata Jodoh / BAB 6 : Gugur Sebelum Berkembang

Share

BAB 6 : Gugur Sebelum Berkembang

Author: Soffia
last update Last Updated: 2023-02-04 16:34:56

Sebenarnya matanya sangat mengantuk, tapi tiba-tiba  pelukan yang semakin mengerat di badannya membuat ia dipaksa bangun. Dan apa hasilnya? Gadis yang semalam mengomel-ngomel karena panas lah, banyak nyamuk lah ... kini tidur dengan memeluknya erat.

Tersenyum puas. Jangan ditanya lagi apa yang membuatnya tersenyum, karena bagi siapapun yang peka, pasti bisa paham kenapa sikapnya begitu pada Serena. Entah gadis ini memahami apa yang sedang ia rasakan, tapi yang jelas dia masih bisa dekat dengannya. Setidaknya untuk saat ini itu sudah cukup, jika ada kesempatan, mungkin akan lebih dekat lagi.

Tak bisa melakukan hal manis di saat dia bangun, setidaknya dalam keadaan tidur begini, ia bisa lakukan apa saja. Ya, apa saja.

Di saat menikmati moment itu, Serena melakukan pergerakan dan ia memilih untuk kembali pura-pura tidur. Apalagi posisi dia yang memeluknya begini, bisa-bisa malah dia yang lakuin, tapi justru dirinya yang malah diomelin. Biasalah, tingkat omelan gadis ini bisa di bilang level tinggi.

Mengerjap-ngerjapkan matanya. Awalnya biasa, tapi saat menyadari di mana dan apa yang ia lakukan, langsung kaget seketika. Perlahan, ia lepaskan pelukannya di badan Zean. Jangan sampai cowok ini terbangun dalam keadaan begini. Kenapa juga dirinya sampai memeluk Zean sampai seperti ini.

Langsung duduk dan menarik napasnya dalam-dalam. Mencoba mengkondisikan hatinya yang terasa berdebar debar. Bagaimana tidak, jangankan memeluk, terkadang dekat dengan cowok ini saja membuatnya seakan terkena serangan jantung mendadak.

“Apa-apaan gue sampe meluk-meluk segala,” gumamnya menggerutu dengan sedikit tertahan.

Menyentuh bibirnya yang berasa sedikit aneh. Bukan, lebih tepatnya ia merasakan ada sesuatu yang menyentuh bibirnya tadi di saat tidur.

Kemudian, menatap Zean. Bahkan ia sampai menopang dagu, hanya untuk memerhatikan wajah cogan yang satu ini saat tidur. Benar-benar berbanding terbalik. Saat tidur, dia begitu manis dan kalem. Tapi saat bangun, beuuuh ... seakan-akan emosi dia ikut bangun.

Tangannya hendak menyentuh wajah Zean, tapi seketika ia kaget saat si pemilik wajah justru dengan cepat menyambar tangannya.

“Jangan menyentuhku,” ujar Zean.

Eren langsung menarik tangannya yang berada dalam pegangan Zean.

“Ish ... nyebelin. Kamu pura-pura tidur, ya, Kak?” Pakai muka kesal.

“Enggak.”

“Bohong.”

“Feeling saja, saat ada seseorang yang hanya berani menatapku saat tidur,” terang Zean memandang Serena fokus.

Berasa tanduk akan segera keluar dari atas kepalanya. Ingin marah, ingin mencakar mulut Zean. Tapi seketika semuanya seolah luluh, meleleh, adem ... saat tangan itu mengacak rambutnya dengan lembut.

“Ini masih pagi, jangan buat awal harimu jadi buruk,” ujar Zean sambil tersenyum tipis.

Ia tak berharap terpesona dengan sikap cowok ini. Tapi, tapi ... kok bapernya kagak bisa ditahan, ya. Rasanya nyampe jantung. Senyuman itu seperti sebuah silau mentari yang menyeruak masuk ke dalam penglihatannya. Seakan-akan dirinya sudah dibuat untuk tetap diam dan menerima perlakuan manis ini.

“Ren,” panggilnya saat mendapati gadis ini malah bengong.

“I-iya, Kak?”

“Ke rumahku atau ke hotel?”

“Apa?!”

“Kamu mau mandi di mana? Di rumahmu kan listriknya lagi mati. Atau, kamu nggak mau mandi sekalian?”

Maafkan pikiran buruknya kalau sudah mendengar kata hotel. Apalagi diajak sama seorang cowok. Negatif thinking aja bawannya.

“Gimana kalau Kakak anterin aku ke rumahnya Kalina aja, dia temanku. Nanti biar aku berangkat sekolah bareng dia aja.”

“Tapi ...”

“Aku janji, nggak bakalan kabur lagi, kok. Lagian, ini kan jam sekolah. Tapi kalau jam pulang sekolah, bolehlah sedikit mencurigai,” jelasnya.

Zean awalnya diam. Hingga akhirnya ia pun setuju dengan apa yang dikatakan Serena. Ya ... setidaknya ini jam sekolah. Di luar itu, tak akan ia ijinkan.

Setelah mempersiapkan keperluannya, Zean mengantarkan Eren ke rumah Kalina. Apalagi kalau bukan untuk menompang mandi. Miris, ya.

Sebelum turun dari mobil saat sampai di kediaman Kalina. Menatap fokus ke arah Zean.

“Kak, semalam Kakak nggak lakuin apapun, kan?” tanya Eren dengan memasang wajah penuh kecurigaan. Bukan curiga, sih ... cuman ia merasa ada yang aneh aja.

“Maksudmu apa?”

“Kenapa pas bangun aku merasa ...” Sambil menggigit bibir bawahnya, seakan ragu untuk mengutarakan. Takut jika Zean berpikir dirinya justru berharap, bukan sedang bertanya. Cowok ini, kan, pintar sekali memutar keadaan.

“Berharap semalam aku melakukan sesuatu padamu, ya?”

“Enak aja,” umpat Eren.

“Masih kecil, jangan memikirkan hal yang tidak-tidak. Belajar adalah hal yang paling tepat kamu lakukan untuk saat ini.”

Eren memutar bola matanya dengan malas, saat kalimat ‘belajar’ selalu jadi yang utama bagi dia. Masih kecil katanya? Apa perlu ia tunjukkan seberapa dewasa dirinya.

“Belajar mencintai maksudmu, Kak?”

Zean diam. Apa gadis ini sedang memancing-mancing sikap aslinya. Tak tahukah dia, kalau selama ini hanya bersikap, tanpa mengutarakan itu rasanya sungguh menyebalkan.

 “Sudahlah, jangan dipikirkan kata kataku,” ujar Serena terkekeh melihar raut muka Zean yang tiba tiba jadi aneh. “Kak Zean, nanti nggak usah menjemputku, ya. Sungguh, aku kasihan padamu yang harus bolak-balik kayak setrikaan begini.” Pasang tampang penuh rasa kasihan.

“Bentar, ku tanya Ken dulu.” Berniat menelepon sahabatnya.

“Eits ... nggak usah,” respon Eren cepat menghentikan niat Zean.

Keterlaluan sekali, kan, dia. Masa mau ngadu sama kakaknya yang jelas jelas membuat dirinya akan mati kutu dalam sekali ancaman.

“Bagus. Kalau sudah paham.”

Eren kemudian menyandarkan punggungnya dengan malas. “Tapi aku mau pergi bentar ... bentar doang. Paling lama itu sampai jam lima.”

Zean menatap hohor ke arah Serena. Seakan sedang menelisik jauh ke dalam otak dan pemikiran gadis ini.

“Hmm ... jam empat deh. Serius.” Ralat dikit. Tapi lagi-lagi dia masih menatap horor. “Satu jam. Satu jam doang. Janji. Keluar sekolah jam dua, jam tiga aku nyampe rumah. Gimana?”

Sebenarnya ia kasihan pada Eren tapi entah kenapa ia juga tak ingin tanggung jawab yang sudah diberikan Ken padanya, ia abaikan. Dan lagi, dia mau kemana, sih. sampai sebegitu kekeuhnya meminta ijin.

“Mau kemana?”

“Jalan, Kak.”

“Sama temanmu ... Kalina?”

“Sama Glenn.”

Dahi Zean berkerut saat mendengar nama itu. Oke, ia tahu kalau itu nama seorang cowok.

“Siapa dia?” Rasa penasarannya tiba tiba melonjak jauh.

“Pacar.”

“Kamu punya pacar?”

“Tentu saja,” jawabnya sambil bersidekap dada. “Memangnya Kak Zean dan Kak Ken, yang tiap hari kerjaannya hanya mengitari dan mengintimidasi kegiatanku seperti seorang jomlo kelas kakap.”

“Silahkan,” responnya singkat akan permintaan Eren.

“Eh, boleh?” Tiba tiba kaget atas ijin yang diberikan Zean padanya.

Zean hanya mengangguk perlahan, tapi dengan sedikit rasa tak biasa.

Mendengar perkataan Zean, tentu saja rasanya begitu memuaskan hatinya. Ya ampun, jarang-jarang ia bisa mendapatkan ijin begini. Biasanya dengan Ken pun, ia tak dapat ijin. Apalagi yang sampai mengatakan pergi dengan pacar. Bisa digorok lehernya jika dia tahu kalau adiknya ini pacaran.

“Makasih banyak, Kak ... nanti ku kasih bintang lima di tugas yang diberikan Kak Ken ini. Bye!”

Segera turun dari mobil sambil meneteng semua peralatan sekolahnya. Jangan sampai gara-gara sibuk mengobrol dengan manusia ini ia malah jadi lupa waktu dan perasaan.

Apa semua akan berakhir dengan cara begini? Sudah lama merasakan, tapi saat mendekati justru sudah jadi milik orang lain. Hanya bisa mengungkap lewat sindiran dan hanya bisa menyentuh ketika tidur. Bahkan dia saja seolah tak paham dengan sikapnya ini.

Soffia

Cerita ini masih genre romance, ya. Hanya saja jauh lebih ringan konflik . Jangan lupa tinggalkan ulsannya, Kak ... hehehehe

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 55

    Tadinya Kalina hanya bergelayut di tangan Ken, membuat langkah itu begitu susah. Apalagi tanpa alas kaki. Tapi saat sampai di luar ... Ken malah dengan cepat mengangkat tubuh Kalina."Jangan mulai membuatku kesal lagi. Turunin aku sekarang juga!"Kehebohan itu terulang lagi. Saat sikap Ken membuatnya seolah jadi pusat utama. Kemarin posisi rumah sakit sedang sepi, dan sekarang? Jangan ditanya lagi. Bisa-bisa ia jadi tontonan semua orang di rumah sakit ini."Jalanmu seperti itu, kapan kita sampainya?""Tapi jangan menggendongku juga dong. Demi apa sikapmu membuatku jadi seseorang yang ...""Bentuk perhatianku padamu," timpal Ken langsung."Jangan mulai lagi!" tegas Kalina.Apa tidak cukup sikap dia semlaam yang bikin dirinya merasa bingung. Dan sekarang dia mulai lagi. Apa niat Ken emmang sedang menguji hatinya yang terlalu mudah baper ini?"Peringatanmu tak mempan sama sekali buatku, Kalina. Selama aku nyaman, akan ku lakukan ... meskipun kamu menolak sekalipun. Aku nggak perduli."La

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 54

    "Kak," gumam Kalina kaget akan kedatangan Kenzie. "Kok ke sini? Kamu kan lagi sakit."Dokter tersenyum mendapati Kenzie muncul di saat yang dibutuhkan.Ken berjalan menghampiri Kalina yang posisinya berdiri di dekat tempat tidur, karena tadinya sudah siap untuk mengenakan sepatunya."Memangnya kenapa kalau aku ada di sini. Kaget?""Sangat," sahut Kalina cepat. Bukan kaget lagi, tapi justru malah shock berat."Bagus, akhirnya pacar kamu datang buat jagain, kan," respon dokter akan kehadiran Ken.Kalina hanya bisa menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal dan senyuman penuh rasa tak enaka, saat mendengar celetukan dokter ketika mengatakan kalau Ken adalah kekasihnya."Duh, Dokter ... kan aku sudah bilang kalau kita berdua nggak punya hubungan apa-apa, apalagi pacaran. Pliss deh, dok. Jangan mengada-ngada.""Dia kenapa dokter?" tanya Ken, malah mengabaikan sikap Kalina yang seolah menghindarinya."Semalam sudah saya bilang, kan. Tolong hingga luka itu sedikit mengering, agar jangan dibaw

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 53

    Zean tak tidur semalaman, pagi ini kepalanya dibuat kliyengan. Tapi semua itu ia abaikan, demi menunggu hasil dari pemeriksaan yang akan diberikan oleh dokter tentang kondisi Serena. Berharap semuanya lebih baik, karena kalau tidak ... itu benar-benar akan membuatnya mati secara perlahan."Zean, kamu istirahat saja dulu. Ada Om dan Tante, kan, di sini," ujar Norin pada Zean.Ia tahu bagaimana cemasnya Zean akan putrinya, tapi sebagai seorang Ibu dirinya juga khawatir kalau Zean malah mengabaikan kodisi dia karena memikirkan Serena."Tante tahu kalau kamu cemas, tapi kalau kondisi kamu ikut drop, bukankah itu akan membuat dia juga merasakan itu."Zean mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Norin. "Aku akan istirahat, Tante ... tapi sebelum itu, aku mastiin dulu kalau Eren baik-baik saja."Menghela napasnya ketika sarannya diterima oleh Zean. Ya, meskipun tetap ... dia menjadikan Serena nomer satu dulu dibandingkan kondisi dia sendiri.Tepat saat jam menunjukkan pukul 8 pagi, dokter

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 52

    Berharap tidur nyenyak, tapi apa yang terjadi. Ia justru tak bisa tidur sama sekali. Bukan perkara memikirkan Ken, tapi justru kakinya yang malah nyut-nyutan. Entahlah, mungkin karena tadi ia terus bawa jalan tanpa berpikir efeknya ... sekarang malah merasakan sendiri sakitnya.Matahari sudah menampakkan sinarnya, memasuki beberapa sudut gorden yang tersingkap oleh angin pagi, karena jendela tak ia tutup sama sekali."Bik!" teriaknya memanggil bibik yang berada di lantai bawah. Berharap panggilannya didengar, tapi sepertinya tidak sama sekali. Buktinya wanita paruh baya itu hingga beberapa menit kemudian tak menampakkan diri di kamarnya.Membuka perlahan perban yang menutupi kakinya dan ya ... hasil yang mengejutkan. Luka itu kembali mengeluarkan darah. Itu artinya, masih jauh dari kata baik-baik saja."Lukanya malah makin parah ini mah," ringisnya dengan nada tertahan ... melepaskan benda yang menempel itu dari telapak kakinya hingga benar-benar lepas.Berjalan perlahan menuju lemari

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 51

    Kalina meletakkan telapak tangannya di dahi Kenzie, menghela napas ketika rasa panas itu masih terasa. Bahkan masih sama seperti sebelumnya. Ya, jelas ... karena dia belum minum obat sama sekali. "Kak, kotak obat di mana?""Di bawah. Di dalam lemari dekat ruang keluarga," jelas Ken.Kalina hendak beranjak pergi, tapi Ken menyambar tangannya ... membuat niatnya terhenti."Hmm, kenapa?" tanya Kalina heran."Aku nggak butuh obat," ujarnya pelan, dengan punggung yang ia senderkan di sandaran tempat tidur."Kakak mau sembuh nggak, sih?""Kal, maaf, membuatmu repot harus mengurusku," ucap Ken.Kalina malah tersenyum menanggapi perkataan Kenzie. "Hanya itu?" Canda Kalina.Tak membalas, tapi tiba-tiba Ken malah menarik Kalina ke pelukannya dan memeluk erat gadis itu. Entahlah apa yang terjadi padanya, tapi ketika berada sedekat ini dengan Kalina membuatnya berasa tenang saja."Kak ...""Hanya sebentar," timpal Kenzie saat Kalina berusaha lepas darinya.Hatinya tak karuan mendapatkan sikap se

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 50

    Mata Kenzie yang terpejam seketika terbuka saat mendengar sebuah kalimat ajakan itu. Bukan karena ajakan, tapi lebih tepatnya fokus pada sosok yang mengajaknya."Ayo, pulang denganku," ajak Kalina menyodorkan tangannya, berharap dapat sambutan dari Ken."Udah, pulang sana sama Kalina. Serena juga bakalan nyuruh lo pulang, kalau tahu kakaknya sakit, tapi malah di sini dengan udara dinginnya malam," terang Zean. "Kamu kuat bawa mobil, kan? Atau Papa minta supir untuk jemput aja?" tanya Wira pada Kenzie. Karena tak ingin mengambil resiko terburuk, dengan kondisi Ken yang sedang tak baik malah memaksakan untuk mengemudi."Aku bisa kok, Om," sahut Kalina ramah yang mendapatkan anggukan dari Wira."Nanti Kalina istirahat di rumah aja, ya. Sekalian bisa mantau kondisi Kenzie. Biasanya dia kalau lagi sakit suka rada ...""Ma ..." timpal Ken dengan ocehan mamanya.Norin malah tersenyum melihat ekspressi putranya yang tak terima dengan perkataannya.Kalina menarik kembali tangannya karena tak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status