Home / Romansa / Pay Me With Your Body / 7. Kobar Api di Dalam Dada

Share

7. Kobar Api di Dalam Dada

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2025-05-17 11:26:57

Suara deburan ombak dan desiran angin laut tak mampu menenangkan gejolak di dada Aveline.

Ia terdiam dan duduk di balkon kapal pesiar megah itu, membiarkan angin menerpa rambut pirangnya yang kini telah ia lepaskan dari sanggul sederhana sebelumnya.

Makan malam canggung dan aneh itu telah usai, dan tadi Dominic pun tiba-tiba pergi begitu saja entah kemana, ketika ponselnya berdering dan pria itu pun menerimanya.

Syukurlah. Paling tidak untuk beberapa saat, Aveline bisa menata hati dan pikirannya agar bisa memproses semua kejadian ini.

Tapi masalahnya pikirannya justru semakin kacau alih-alih berusaha untuk tetap tenang. Benak Aveline tak mampu berhenti untuk terus memutar ulang perkataan Dominic barusan.

((Karena hanya kamulah satu-satunya yang bisa membuatku tetap merasa hidup, Nona Aveline Rose))

Kalimat itu bergema dalam pikirannya seperti mantra rumit yang sulit diurai maknanya.

Sebelumnya, pria itu berkata bahwa Aveline memiliki sesuatu yang sangat berharga yang tak dimiliki wanita lain.

Dan kini... ia adalah satu-satunya yang bisa membuat Dominic merasa hidup?

Apa maksudnya?!

Aveline menggigit bibirnya, menahan hasrat untuk berteriak frustrasi.

Dominic Wolfe. Aargh... pria itu bagai teka-teki hidup yang berbahaya!

Langkah kaki berat di belakangnya membuat Aveline tersentak pelan. Namun bahkan tanpa menoleh pun ia telah tahu, bahwa Dominic telah tiba.

"Apa kamu sedang memikirkanku?" suara berat itu mengalun dalam nada menggoda.

Aveline menoleh, menatap pria itu yang kini tengah membawa segelas wine untuk dirinya sendiri.

"Aku ingin bertanya sesuatu, Tuan Dominic."

"Silakan." Dominic duduk santai di hadapan Aveline sambil menyilangkan kaki, lalu menatap gadis itu dengan sorot tajam yang selalu berhasil membuat Aveline gugup.

“Anda bilang bahwa aku bisa membayar semua hutang budiku dengan… tubuhku,” ucap Aveline, berusaha terdengar tenang meski suaranya sedikit gemetar.

“Aku yakin saat itu Anda hanya bercanda, tapi~~”

"Tidak. Aku tidak bercanda." Dominic memotongnya dengan nada datar yang kembali membuat Aveline terpaku.

“Maksud Anda, Anda benar-benar ingin menjadikanku... sebagai pemuas hasrat Anda?” cetusnya dengan napas tercekat.

Dominic tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya menatap Aveline dalam-dalam.

Dan di sana, pada pekatnya sorot mata cokelat gelap itu, Aveline pun seketika tahu bahwa jawabannya adalah, "Ya".

Tubuhnya menegang. Nafasnya memburu. Gelombang emosi kembali membuncah di dalam dadanya. Antara marah, takut, dan juga ada sesuatu yang lain tapi tak dapat ia jelaskan.

Aveline pun seketika berdiri.

Tangan kanannya bergerak cepat ke meja makan untuk meraih pisau perak yang masih tersisa di sana.

Dan dalam satu hentakan penuh emosi, ia pipun mengarahkan bagian tajamnya ke leher Dominic.

Kedua pasang mata mereka seketika bertemu, dan tak ada satu pun dari mereka berkedip.

“Aku kira… aku akan bertemu dengan seorang malaikat. Seorang dermawan baik hati yang membantu masa depanku. Tapi ternyata…” suara Aveline terdengar gemetar penuh kekecewaan.

“…yang kutemukan hanyalah iblis.”

Dominic pun tersenyum. Senyuman samar yang jelas menunjukkan rasa tertarik. Tak ada rasa marah apalagi ketakutan yang tersirat di sana, kecuali sebuah antusiasme yang muncul dengan perlahan namun pasti.

“Ternyata kamu memiliki keberanian juga, hm?" Guman pelan pria itu.

Dan sebelum Aveline sempat bereaksi, Dominic meraih pergelangan tangannya, memelintirnya, dan membuat pisau itu terlepas dari genggaman.

Pisau tersebut terlempar dan berkelontang di lantai dek.

Lalu hanya dalam hitungan detik, tubuh Aveline telah diputar paksa. Lengannya terangkat ke belakang, dan Dominic memitingnya erat.

“Argh! Lepaskan!” Aveline menjerit.

Dominic mendekatkan bibirnya ke telinga Aveline.“Perlawananmu terlalu lemah, Aveline. Kamu tidak pernah dilatih untuk menghadapi monster seperti aku, kan?” bisiknya dingin, namun seolah mampu menggetarkan udara.

Tubuh Aveline pun gemetar. Tapi bukan hanya karena rasa sakit… melainkan juga karena sesuatu yang asing.

Jantungnya berdegup tak menentu. Ada sensasi aneh menyebar ke seluruh tubuhnya, terasa menyesakkan dan sekaligus juga menggoda.

Lalu tiba-tiba saja, Dominic pun melepaskan pitingannya.

Aveline sontak membalikkan tubuhnya hingga kembali berhadapan dengan Dominic.

Wajah gadis itu kini semakin merah padam. Nafasnya tampak terengah, dadanya naik-turun dengan cepat.

Bola mata biru laut Aveline terlihat seperti ingin membakar Dominic dengan amarah… namun anehnya... tubuhnya seolah mengkhianati logika.

Dominic pun tertawa. Tawa pelan yang dalam, rendah, dan membuat bulu kuduk meremang.

“Sudah cukup pura-puranya, Aveline. Tak perlu menolakku dengan cara dramatis seperti itu,” ujarnya tenang, seolah tadi sebelumnya mereka tak hampir saling melukai.

“Lagi pula, ini akan menjadi win-win solution untuk kita berdua. Kamu dapat tempat yang layak, dan aku mendapatkan apa yang kuinginkan.”

Dominic lalu menoleh ke arah salah satu pelayan yang sedang menunggu di ujung dek.

“Bawa Aveline ke dalam kamarku,” perintahnya dingin, tegas, dan penuh dominasi.

“Bersihkan tubuhnya, lalu pilihkan gaun tidur yang paling lembut. Dan pastikan dia siap untukku malam ini.”

Aveline membeku di tempatnya, tapi detak jantungnya menggema seperti tabuhan ribuan genderang perang dengan kobaran api yang membakar di dalam dada.

***

Black Aurora

visual Aveline, Dominic dan superyacht Nord udah ready di ig* blackauroranovels, ya... next bab 21++, are you guys ready? 🤭🤭🔥🔥🔥

| 16
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Prita Anindya
keren thor
goodnovel comment avatar
Bianca
omooo aku udah liat aveline dan dominic, cantik dan guanteng 🫶🫶🫶
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pay Me With Your Body   77. Pertaruhan

    Sudah lewat tengah malam di kastil tua itu, namun Dominic masih terjaga. Ia berdiri di balkon kamar, setelah memastikan Aveline tertidur dengan pulas dan hangat dengan selimut yang nyaman serta usapan lembut di ubun-ubunnya. Istrinya akan lebih cepat tertidur saat Dominic membelainya seperti itu. Saat ini ia masih mengenakan setelan hitam dengan kancing yang separuh dilepas, serta dasi yang tergantung longgar di lehernya. Di tangannya ada selembar koran bisnis internasional yang baru saja dikirim langsung oleh kurir khusus. Halaman utamanya memuat sebuah tajuk besar: "Ezra Blaine Menggelar Pameran Amal Global untuk Menyorot Etika Bisnis Industri Internasional" Tapi bukan itu yang membuat rahangnya mengeras karena geram, melainkan kutipan langsung dari Ezra yang dicetak dalam kolom editorial: "Dunia korporat bukan hanya soal keuntungan. Ini tentang moralitas. Dan kita harus bertanya, apakah mereka yang pernah mengorbankan nyawa demi posisi... pantas memimpin industri

  • Pay Me With Your Body   76. Amarah Yang Membara

    Di sudut ruang kerja mewah dengan interior kayu mahoni tua dan lukisan klasik tergantung di dinding, Ezra Blaine berdiri di depan jendela kaca besar dengan tatapan gelap. Tangannya mengepal di belakang punggung. Di meja kerjanya, sebuah tablet menyala, menampilkan headline: "Pernikahan Privat Dominic Wolfe dan Aveline Rose di Kastil Tertutup – Cinta di Tengah Kontroversi Warisan Blaine?" Wajah Ezra memucat. Matanya menyala oleh amarah yang ditahan terlalu lama. Seorang asistennya masuk dengan gugup. “Tuan Blaine, saya telah mengecek semua jalur media. Bocornya info itu tidak berasal dari pihak internal kami.” Ezra menoleh perlahan. “Tutup semua kontak dengan media. Hentikan segala hubungan eksternal dengan Wolfe Industries. Mulai dari sekarang, mereka adalah entitas musuh.” Asisten itu menelan ludah. “Apakah... Anda ingin kami mengirimkan pesan ulang kepada Dominic Wolfe untuk... negosiasi ulang?” Ezra mendesis. “Negosiasi...?” Tangannya menghempaskan gelas kristal ke

  • Pay Me With Your Body   75. Malam yang Dikenang

    Langit malam di atas kastil pribadi yang sunyi itu diselimuti bintang-bintang yang bersinar.Sambil menggenggam erat tangan Aveline, Dominic membuka pintu kamar yang malam ini akan menjadi kamar pengantin mereka. Dinding batu krem berpadu dengan nuansa lilin aromaterapi serta kelopak mawar di lantai, menciptakan suasana yang hangat dan menggetarkan. Aveline masih mengenakan gaun elegan dari satin putih, rambut pirangnya disanggul ringan dengan beberapa helaian yang terlepas dengan manis, menambah kesan lembut serta menggoda. Dominic yang kini tengah berdiri di ambang pintu pun menatapnya dalam-dalam. “Malam ini terlalu indah untuk dilewatkan dengan hanya tidur,” gumannya, dengan suara rendah dan serak. Aveline tersenyum kecil. “Memangnya kamu tidak lelah?" Jari Dominic terulur untuk menyentuh pipi Aveline, menyusuri lekuk-lekuk lembut wajahnya dan merasakan kulitnya yang halus. “Aku merasa sangat hidup, Little Dove. Dan itu karena kamu.” Lalu dengan lembut, Dominic m

  • Pay Me With Your Body   74. Langit Sebagai Saksi

    Langit Portofino menjelang siang itu tampak sempurna. Biru lembut tanpa awan, dengan angin musim panas yang hangat menyapu tenang sepanjang tepi laut. Aveline berdiri di depan Mansion, masih dalam balutan dress berpotongan manis rancangan desainer dunia berwarna putih gading, yang ia pilih sendiri untuk hari ini. Wajahnya memancarkan kebingungan saat Dominic mengatakan bahwa mereka akan makan siang di luar. “Kita mau ke mana?” Dominic hanya tersenyum kecil, lalu meraih tangan Aveline dan mengecup jemarinya. “Percayalah padaku, Little Dove. Kamu hanya perlu mengikuti instruksiku.” Beberapa detik kemudian tiba-tiba terdengar suara baling-baling yang menggelegar di udara. Sebuah helikopter pribadi berwarna hitam elegan, perlahan mendarat di helipad pribadi di ujung bukit. Aveline menoleh cepat. “Kita naik itu?” Dominic mengangguk, lalu memeluk pinggang Aveline dan membisikkan kalimat dengan suara rendahnya yang khas. “Ya. Dan bersiaplah. Ini akan menjadi makan siang

  • Pay Me With Your Body   73. Ujian Yang Besar Untuk Cinta Yang Sama Besarnya

    Pagi itu, matahari Portofino belum sepenuhnya naik, namun langit sudah mulai menghangat dengan semburat jingga keemasan. Aveline membuka mata di atas ranjang king-size yang luas, mendapati lengannya terentang ke samping. Namun Dominic tak ada di sisinya, sama seperti pagi kemarin. Ia mengerjap pelan. Kamar itu masih sunyi, dan hanya desau angin dari balkon terbuka yang membelai tirai tipis. Gaun pengantin yang semalam ia kenakan telah tersampir rapi di kursi dekat cermin. Dan meski segala sesuatu tampak tenang secara kasat mata… dadanya terasa berat. Ada firasat. Ada sesuatu yang tidak biasa. Ia bangkit dari tempat tidur dengan masih mengenakan kimono satin lembut berwarna abu muda yang dipakaikan oleh Dominic semalam di tubuhnya, setelah sesi bercinta mereka yanh penuh gelora. Kakinya menyentuh lantai marmer dingin, dan langkahnya perlahan menyusuri koridor Mansion yang masih sunyi. Aroma kopi hitam samar tercium dari arah dapur. Namun bukan aroma itu yang m

  • Pay Me With Your Body   72. Satu Malam Sebelum Badai

    Malam semakin larut, namun Dominic tak kunjung mengizinkan Aveline kembali ke kamar. Setelah sesi fitting oleh gaun-gaun indah itu, ia membawa Aveline ke balkon aula yang menghadap langsung ke teluk Portofino. Angin laut menerpa lembut rambut pirang panjang Aveline yang dibiarkan terurai. Gaun terakhir yang ia kenakan masih menempel dengan sempurna di tubuhnya. Dominic berdiri di sampingnya, dengan jaket jasnya kini terlipat di lengannya. Hanya kemeja putih yang membungkus tubuh atletisnya, kancing teratas terbuka, dan lengan digulung hingga siku. Wajahnya tampak lebih tenang dibandingkan hari-hari sebelumnya. “Apa kamu tahu,” ujar Aveline pelan dengan suara yang nyaris tersapu angin. “Aku tak pernah membayangkan akan berada di tempat seindah ini, mengenakan gaun seperti ini, dan... berdiri di samping pria yang membuat hidupku menjadi istimewa dari siapapun sebelumnya.” Dominic menoleh. “Bahkan jika sebagian kehidupan itu berasal dari masa laluku?” Aveline tersenyum. “I

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status