Share

Naga Bermata Merah

Sui Jiang, kembali ke kediaman keluarga Jiang dengan wajah yang puas, bangga dan tanpa ada sedikitpun rasa bersalah padahal ia sudah melemparkan tubuh adiknya, Lin Jiang ke dalam jurang kematian.

Ning Jiang, yang melihat kedatangan Sui Jiang dan hanya sendirian, langsung menemui saudaranya itu.

"Dimana kak Lin?" tanya Ning Jiang.

"Mana aku tahu, kenapa kau tanyakan padaku soal di sampah itu?" kata Sui Jiang.

"Aku melihat kau bersama dengan ka Lin, katakan saja dimana dia?" tanya Ning Jiang dengan suara keras.

"Bukan urusanmu, kau masih kecil, jadi itu bukan urusanmu!" kata Sui Jiang.

"Dia masih kakakku!" teriak Ning Jiang.

"Iya, tapi sekarang ia sudah tak ada lagi. Jangan tanyakan padaku dimana dia!" kata Sui Jiang.

Dan saat dia saudara itu berdebat, tuan Jiang datang bersama dengan istrinya, Wen Jiang.

"Apa kau sudah menyelesaikan tugasmu, Sui?" tanya tuan Jiang.

"Sudah ayah, sampah itu tak mungkin lagi kembali ke rumah ini!" kata Sui Jiang.

"Sampah katamu?" bentak Ning Jiang.

"Ning Jiang, diam. Kau masih kecil, dan tak tahu apa-apa. Jadi apapun yang terjadi, kau diam saja!" bentak tuan Jiang.

"Ibu!" teriak Ning Jiang.

Wen Jiang hanya bisa menunduk. Dia tahu apa yang terjadi, pastinya Sui Jiang sudah membunuh Lin Jiang.

"Mari kita ke kamarmu, Ning!" kata Wen Jiang.

Orang tua dari tiga bersaudara Jiang itu hanya bisa menahan diri untuk menangis di hadapan Ning Jiang.

Ibu mana yang mungkin akan mampu menahan diri saat tahu putranya dibunuh dan ia tak bisa berbuat apa-apa.

"Tapi ibu!" kata Ning Jiang.

"Sudah, ayo!" kata Wen Jiang.

Tuan Jiang dan Sui Jiang hanya menatap sinis. Mereka tahu kalau dua orang keluarga mereka tidak akan menerima saat tahu Lin Jiang tewas.

"Apa kau yakin dia sudah tewas?"

"Sudah ayah, sesuai dengan apa yang ayah inginkan, aku melemparkan tubuh Lin Jiang ke jurang kematian!" kata Sui Jiang.

"Bagus, kau memang bisa diandalkan!" kata tuan Jiang sambil menepuk bahu Sui Jiang.

Sementara itu di kamar Ning Jiang. Wen Jiang pada akhirnya menumpahkan semua kesedihan, yang mana ia menangis dengan cukup keras.

Ia menjerit karena satu putranya kini sudah tewas, putra yang paling ia andalkan.

Ning Jiang hanya bisa menatap, bocah kecil itu pun tahu bagaimana sedihnya perasaan ibunya. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Kak Lin, apa kakak sungguh sudah mati?" gumam Ning Jiang.

***

Tubuh Lin Jiang terus jatuh ke dalam jurang kematian, jurang yang sangat dalam dan dasarnya dipenuhi dengan batu-batu tajam.

Namun, tubuh Lin Jiang terus meluncur jatuh, bukan mencapai dasar, tapi tubuh Lin Jiang memasuki sebuah lorong cahaya yang sangat gelap.

Tubuh Lin Jiang terus jatuh, dan jatuh semakin masuk ke dalam lorong gelap itu. Lorong yang seolah-olah tak berujung.

Brukkk!

Hingga akhirnya, tubuh Lin Jiang jatuh di depan sebuah gua yang sangat tersembunyi. Gua yang mulutnya sudah ditutupi oleh semak belukar.

Darah Lin Jiang mengotori mulut gua itu, dan darahnya meresap masuk ke dalam tanah.

Saat darah Lin Jiang diserap oleh tanah, getaran yang cukup keras teras hingga wilayah itu dihantam gempa kecil.

Dan tiba-tiba saja, dari dalam tanah muncul sungai darah yang menyeret tubuh Lin Jiang masuk ke dalam gua yang ada di hadapannya.

Tubuh Lin Jiang terus masuk ke dalam gua, dan tak akan ada yang tahu akan hal itu.

Semak belukar yang ada di dalam mulut gua bergerak sendiri, dan benar-benar menutupi mulut gua yang awalnya masih terlihat dari luar.

Sungai darah yang menyeret tubuh Lin Jiang membawa tubuhnya masuk semakin jauh ke dalam gua, hingga akhirnya Lin Jiang sampai di ruangan utama di dalam gua itu, sebuah ruangan yang ada di ujung lorong gua, dan itu ruangan yang cukup luas.

Aura kegelapan dan bau amis darah terasa di dalam ruangan itu. Jelas-jelas itu bukan ruangan yang baik untuk bocah seusia Lin Jiang.

Bammmmmmm!

Tahu-tahu dari langit-langit gua itu, jatuh dari toya dengan warna putih keperakan, dan toya itu berdiri di samping tubuh Lin Jiang.

"Apa darah bocah ini yang bangunkan aku?" ucap suara yang keluar dari dalam toya itu.

Dari ujung Toya, keluar cahaya putih seperti asap, yang mana cahaya putih itu membentuk satu tubuh, satu tubuh raksasa, yaitu tubuh seekor naga dengan mata yang merah.

Matanya merah, mulut terbuka, seolah ia ingin memakan tubuh Lin Jiang yang terkapar tak berdaya di lantai gua itu.

"Bocah ini memiliki bakat yang tinggi, namun sayang seluruh tubuhnya sudah hancur. Apa yang terjadi padanya?" ucap naga dengan mata yang merah itu.

Naga bermata merah itu mendekatkan mulutnya ke tubuh Lin Jiang, dan air liur naga itu jatuh ke tubuh Lin Jiang. Itu bukan air liur yang biasa.

Saat air liur naga itu membasahi seluruh tubuh Lin Jiang, tubuh Lin Jiang bergetar sangat kuat, seolah-olah ada kekuatan yang besar masuk ke dalam tubuhnya.

Energi chi di dalam tubuh Lin Jiang meledak, dan seluruh tubuhnya terangkat ke atas hingga tubuhnya melayang-layang.

Pancaran cahaya biru, yang merupakan inti energi dari Lin Jiang keluar dari dalam tubuhnya, dan itu menyelubungi seluruh tubuh Lin Jiang.

"Gila, dia bukan bocah biasa!" kata naga bermata merah itu.

Ada raut kegembiraan di mata naga bermata merah itu, dan semua itu karena ia menemukan bakat yang tinggi pada diri Lin Jiang.

"Apakah ini takdir?" kata naga bermata merah itu.

Naga bermata merah masih terus melihat dan mengawasi tubuh Lin Jiang yang terus saja melayang.

"Sepertinya pemilik pedang penguasa kegelapan sudah ditemukan, dan bocah ini akan memulai takdir yang panjang!" kata naga bermata merah itu.

Naga bermata merah itu masih menatap Lin Jiang dengan mata yang tak bisa menutupi kegembiraan.

"Aku akan tunggu dia bangun, setelah itu aku akan tanyakan, apa dia bersedia menerima takdir?" ucap naga bermata merah itu.

***

Lin Jiang yang sudah tak tahu apa-apa, hanya pasrahkan dirinya saat tubuhnya jatuh ke dalam jurang kematian, itu karena sebuah tendangan yang meremukkan seluruh bagian liar tubuhnya.

Dalam keadaan sudah setengah sadar, Lin Jiang masih merasakan kalau tubuhnya masuk ke dalam lorong hitam yang gelap, namun Lin Jiang sudah tak bisa berbuat apa-apa.

Namun sekian lama dalam keadaan setengah sadar, pada akhinya Lin Jiang merasakan ada energi yang masuk ke dalam tubuhnya, dan mengobati seluruh luka yang ada di dalam dirinya.

Hal itu membuat Lin Jiang mampu membuka matanya, dan pandangan pertama yang ia lihat adalah seekor naga yang menatap dia dengan tatapan penuh amarah.

"Apa kau akan memakanku?" tanya Lin Jiang dengan sangat berani.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status