Langit yang ada di atas kepalanya rasanya runtuh karena perkataan dari pilihan dari ayahnya sendiri.
Pilihan bunuh diri atau pergi, satu pilihan yang sangat sulit diambil oleh bocah seusia Lin Jiang."Sudah cukup!" teriak Wen Jiang dan mengambil pisau dari tangan Lin Jiang, putranya."Ayo kita masuk ke dalam Lin Jiang!" kata Wen Jiang dan memapah tubuh Lin Jiang yang masih belum pulih untuk masuk ke dalam kamarnya."Aku berikan kau waktu tiga hari. Jika kau tak pergi dari rumahku ini, maka kau akan aku bunuh!" teriak tuan Jiang yang juga tinggalkan ruangan yang ada di depan kamar Lin Jiang.Tubuh Lin Jiang bergetar karena teriakan ayahnya. Perubahan yang tak akan pernah Lin Jiang duga selama ini."Ibu, kenapa jadi seperti ini?" tanya Lin Jiang.Wen Jiang tersenyum hangat pada putranya. Kasih sayang seorang ibu yang tak akan pudar dari anaknya."Itu hanya kemarahan sesaat saja, Lin Jiang. Kau jangan pikirkan hal itu. Ayahmu akan selalu sayang padamu!" kata Wen Jiang."Tidak, ayah tak sesayang itu padaku. Dia sayang padaku karena dahulu aku memiliki bakat!" kata Lin Jiang."Tidak, kau jangan katakan hal itu. Ayahmu sungguh sayang padamu!" ucap Wen Jiang."Tidak, itu tidak benar. Jika ayah sayang padaku, ia tak mungkin usir aku dari sini!"Semua beban itu sungguh berat bagi Lin Jiang. Bocah berusia sebelas tahun yang harus menanggung penderitaan yang cukup besar."Sudah, kau istirahat saja. Setelah itu kita pikirkan bagaimana caranya agar kau tetap jadi Lin Jiang yang dahulu!" kata Wen Jiang."Iya, ibu! terima kasih!" ucap Lin Jiang.Wen Jiang tinggalkan Lin Jiang yang berada dalam kekalutan yang besar. Satu perubahan pada dirinya kini telah ubah dirinya layaknya sampah bagi kota itu."Kenapa jadi seperti ini?" tanya Lin Jiang bertanya pada dirinya sendiri.Dahulu sebelum dantian Lin Jiang hancur, bocah berusia sebelas tahun itu sudah mencapai tingkat pondasi alam roh.Tingkatan itu merupakan tingkatan yangs sudah sangat tinggi bagi bocah berusia sebelas tahun.Bakat itu hanya akan lahir seratus tahun sekali. Sebuah takdir besar sudah ada di pundak Lin Jiang.Namun peristiwa itu sudah ubah semuanya. Lin Jiang hancur karena peristiwa yang tak ia inginkan itu."Kenapa jadi seperti ini?" ucap Lin Jiang dengan wajah yang penuh penyesalan.***Tiga hari telah berlalu, namun kondisi Lin Jiang masih saja belum pulih. Lukanya memang sangat parah karena ledakan yang besar itu."Bagaimana keadaanmu, adik Lin?" tanya satu suara.Lin Jiang menoleh dan itu adalah suara dari saudaranya, Sui Jiang."Kak Sui!" ucap Lin Jiang dan berikan senyum hampa pada saudaranya itu.Sui Jiang duduk di tempat tidur, dan ia tersenyum hangat pada adiknya itu."Maafkan kemarahan kakak tempo hari!" kata Sui Jiang."Kakak tidak memiliki salah. Semua ini hanya takdir!""Jangan sedih seperti itu. Bagaimana kalau kita jalan-jalan keluar kota?" tanya Sui Jiang."Tapi kak, Lin Jiang masih belum pulih!" kata Lin Jiang."Ada kakak yang akan menemani dirimu. Ayo!" kata Sui Jiang."Baiklah!" kata Lin Jiang dan menerima ajakan dari saudaranya itu.Dua saudara itu keluar dari rumah besar keluarga Jiang di kota Linjiang. Rumah yang merupakan kediaman bagi salah satu keluarga yang memiliki nama di kota itu.Saat mereka keluar, Ning Jiang melihat itu dan ia mengerutkan dahi karena tak biasa baginya, Sui Jiang ajak Lin Jiang untuk keluar dari rumah mereka."Apa yang kak Sui, rencanakan?" gumam Ning Jiang.Namun perempuan yang masih berusia sembilan tahun itu tak terlalu pikirkan itu."Kak Sui pasti ingin memberikan kekuatan pada kak Lin!" kata gadis muda itu.***Lin Jiang dan saudaranya, Sui Jiang terus berjalan di kota Linjiang, dan hinaan demi hinaan lah yang diterima oleh Lin Jiang selama ia di dekat Sui Jiang."Hei bocah sampah, untuk apa kau kemari? Mati saja kau?" teriak satu suara.Lin Jiang menundukkan kepalanya, dan tak membalas ucapan itu. Hinaan yang jelas akan ia terima cepat atau lambat."Aku yakin kau sangat tertekan karena semua ucapan itu. Bagaimana kalau kita keluar kota?" ajak Sui Jiang."Kemana kak?" tanya Lin Jiang."Sudah, ikuti saja aku! Aku akan bawa dirimu ke tempat yang akan hilangkan semua deritamu!" kata Sui Jiang."Baik, mari kak!" sambil Lin Jiang yang merasakan kehangatan dari ucapan saudaranya itu.Dua saudara dari keluarga Jiang itu tinggalkan kota, dan berjalan-jalan di hutan yang tak jauh dari kota.Namun mereka malah semakin masuk ke dalam hutan, hingga Lin Jiang bingung akan tujuan mereka."Kak Sui, kita akan kemana?" tanya Lin Jiang."Cih, kau ini cerewet seperti perempuan, ikuti saja kemana aku membawamu, sampah!" kata Sui Jiang dengan ucapan yang sinis."Apa maksud kakak?" tanya Lin Jiang dan hentikan langkah kakinya."Jangan banyak tanya, ikuti aku!" bentak Sui Jiang dan menarik paksa tangan Lin Jiang."Aku saudaramu, apa yang akan kau lakukan?""Diam, ayah yang menyuruh diriku. Kau harus mati karena kau hanya akan jadi aib keluarga!" ucap Sui Jiang."Tidak mungkin!" kata Lin Jiang."Hahaah, dasar bodoh! Sejak kau kehilangan bakatmu, kau sudah tak berguna bagi keluarga Jiang!" teriak Sui Jiang dan menyeret paksa tubuh Lin Jiang."Lepaskan aku!" teriak Lin Jiang.Namun apalah daya bocah yang kini sudah tak memiliki kemampuan itu. Dia terpaksa ikuti apa yang diinginkan kakaknya itu.Hingga akhirnya mereka tiba di mulut sebuah jurang yang paling ditakuti oleh seluruh penduduk kota Lin Jiang, jurang kematian namanya."Apakah kau ingat saat aku katakan kau akan menemukan tempat yang akan hilangkan semua penderitaanmu, Lin Jiang?" kata Sui Jiang."Jangan katakan kalau kau akan membunuhku?""Itu yang akan kami lakukan!" teriak satu suara.Dari balik pepohonan keluar belasan anak seusia Sui Jiang, dan mereka keluar dengan mata yang kejam ke tubuh Lin Jiang."Sui Jiang, apa kau yakin akan berikan adikmu pada kami?""Iya, hajar dia, setelah itu lemparkan ke jurang kematian!""Hahaha, aku sudah lama dendam padanya!"Bammmmmmm!!Satu hantaman keras mengenai perut Lin Jiang, dan itu cukup untuk memberikan rasa sakit padanya.Hajaran di tubuh Lin Jiang berlanjut, dan tidak hanya dilakukan satu atau dua orang saja. Namun belasan orang itu memukuli tubuh Lin Jiang hingga tubuh kecil Lin Jiang penuh dengan darah."Apa dia sudah mati?" kata Sui Jiang saat melihat tubuh Lin Jiang terkapar di tanah."Untuk apa kau pikirkan itu. Yang jelas kau yang meminta kami!""Sudahkah, lemparkan saja dia ke dalam jurang!" kata Sui Jiang."Sesuai dengan keinginan yang kau inginkan!"Bukkkkkk!!Satu tendangan ke tubuh Lin Jiang melemparkan bocah itu ke dalam jurang kematian."Selamat jalan menuju neraka!" ucap Sui Jiang.Sui Jiang, kembali ke kediaman keluarga Jiang dengan wajah yang puas, bangga dan tanpa ada sedikitpun rasa bersalah padahal ia sudah melemparkan tubuh adiknya, Lin Jiang ke dalam jurang kematian. Ning Jiang, yang melihat kedatangan Sui Jiang dan hanya sendirian, langsung menemui saudaranya itu. "Dimana kak Lin?" tanya Ning Jiang."Mana aku tahu, kenapa kau tanyakan padaku soal di sampah itu?" kata Sui Jiang."Aku melihat kau bersama dengan ka Lin, katakan saja dimana dia?" tanya Ning Jiang dengan suara keras. "Bukan urusanmu, kau masih kecil, jadi itu bukan urusanmu!" kata Sui Jiang. "Dia masih kakakku!" teriak Ning Jiang."Iya, tapi sekarang ia sudah tak ada lagi. Jangan tanyakan padaku dimana dia!" kata Sui Jiang.Dan saat dia saudara itu berdebat, tuan Jiang datang bersama dengan istrinya, Wen Jiang."Apa kau sudah menyelesaikan tugasmu, Sui?" tanya tuan Jiang. "Sudah ayah, sampah itu tak mungkin lagi kembali ke rumah ini!" kata Sui Jiang."Sampah katamu?" bentak Ning Jiang.
"Hahahha, memakan mu?" kata naga bermata merah pada Lin Jiang."Iya, dari tatapan matamu aku bisa lihat kalau kau sangat inginkan tubuhku!" jawab Lin Jiang."Dasar bodoh, aku yang bangunkan aku. Jika kau tidak datang kemari, aku pasti masih tidur!" "Membangunkan dirimu, apa yang aku lakukan hingga kau bangun?" "Darahmu, darahmu telah mengotori tanah ini, dan itulah yang membuat aku bangun dari tidurku!" kata naga bermata merah itu.Lin Jiang segera ingat kalau sebelumya dia sudah terluka sangat parah karena lukanya yang belum sembuh kembali terbuka karena dihajar oleh kakaknya dan rekan-rekannya.Tapi, Lin Jiang tidak menemukan lagi luka itu, dan malah ia merasakan kalau bukan hanya luka luar saja yang sembuh, namun luka dalam karena ledakan di dalam tubuhnya juga sudah tak ada lagi."Apa yang terjadi padaku?" tanya Lin Jiang."Aku yang menyembuhkan luka dalam dirimu!" "Benarkah itu?""Iya, aku adalah roh naga spritual!" "Tidak mungkin! Ini sungguh diluar dugaan!" kata Lin Jiang.L
Argggggg!Lin Jiang menjerit kepanasan karena hawa panas yang dialirkan oleh kuku tajam naga bermata merah ke dalam tubuhnya. "Hahahah, nikmati saja bocah! Anggap itu ujian pertama untuk menguji tingkat kemampuan yang kau miliki!" kata naga bermata merah itu. Lin Jiang, bocah kecil berusia sebelas tahun itu jatuh ke tanah, dan tubuhnya bergulingan di tanah karena rasa panas yang memenuhi seluruh tubuhnya. Rasa panas itu memenuhi seluruh aliran darah di tubuh Lin Jiang, dan karena itulah ia tak mampu menahan rasa sakit itu. Bammmmmmm!!Untuk membuang rasa panas di tubuhnya, Lin Jiang memukuli semua yang ada di dekatnya. Batu-batu besar, kayu-kayu besar, dan bahkan apa saja yang bisa dia pukul untuk melawan rasa panas di sekujur tubuhnya. Hal itu membuat naga bermata merah itu tersenyum, karena memang itu yang ia harapkan. "Tunjukkan padaku kalau tubuhmu memang kuat!" ucap naga bermata merah itu.Pukulan demi pukulan Lin Jiang ke batu-batu besar, nyatanya membuat tangan kecil boc
Lin Jiang kembali bongkar peti yang berisi kitab-kitab Pusaka, dan menemukan beberapa kitab yang berguna untuknya. Salah satunya adalah kitab toya maut. "Apakah ini kitab yang akan jadi petunjuk untuk gunakan jurus toya setan itu?" tanya Lin Jiang.Lin Jiang membuka lembaran di kitab itu, dan membaca petunjuk-petunjuk yang tertulis di kitab toya maut itu. "Tidak sulit!" ucap Lin Jiang. Toya, sebuah senjata yang paling sederhana bagi pendekar dunia persilatan, dan yang paling mudah digunakan. Tidak hanya pendekar, namun para prajurit juga banyak yang menggunakan Toya sebagai senjata untuk melindungi diri mereka. Toya hanya memiliki tiga gerakan dasar, yaitu menusuk menahan dan memukul, itulah mengapa senjata ini yang paling mudah digunakan. Namun, Toya juga bisa jadi senjata yang sangat kuat jika dibawa ke tingkat yang lebih jauh, Toya merupakan senjata yang tak bisa diremehkan jika berada di tangan yang tepat.Toya jelas berbeda jauh dengan pedang maupun golok, karena dua senjat
Beberapa hari telah berlalu, dan Lin Jiang masih tekun berlatih jurus toya maut yang ia temukan di salah satu peti yang penuh dengan kitab-kitab.Dari beberapa hari itu, telapak tangan Lin Jiang sudah terlihat ada perubahan, yang mana telapak tangan Lin Jiang jadi lebih tebal, dan itu semakin mempertegas kalau Lin Jiang telah terlihat nyata untuk jadi seorang pendekar dengan senjata Toya. Gerakan Lin Jiang juga semakin mantap, meskipun masih belum terbiasa, namun dari setiap tusukan, dan hantaman yang ia lakukan, sudah memperlihatkan hasil yang nyata.Hanya jurus bertahan yang belum Lin Jiang latih, karena menurutnya, bertahan hanya bisa dia lakukan jika mendapatkan lawan yang kuat. "Apa aku masuk saja ke dalam hutan, mungkin aku akan bertemu dengan hewan buas!" kata Lin Jiang yang matanya menatap ke arah hutan yang ada di hadapannya.Keputusan sudah Lin Jiang ambil, dan ia pun masuk ke dalam hutan. Sendirian tanpa ada yang mengawasi dirinya.Saat Lin Jiang berjalan masuk ke dalam h
Pertahanan sudah Lin Jiang perkuat, dan kali ini Lin Jiang memutuskan untuk meninggalkan gua tempat ia jatuh dari dunia tengah. "Dengan berhasilnya aku memegang toya setan ini, maka keberadaan diriku disini akan jauh lebih aman!" kata Lin Jiang yang berjalan untuk masuk ke dalam hutan. Lin Jiang sadar, hutan yang ia datangi saat ini bukan hutan sembarangan, tidak hanya hewan buas, namun Lin Jiang sudah merasakan aura siluman saat ia pertama kali memasuki hutan itu. Kewaspadaan yang tinggi, Lin Jiang tingkatkan, apalagi dia merasakan kalau dirinya sudah awasi saat ia pertama kali masuk ke dalam hutan yang belum pernah ia datangi itu."Apakah aku sungguh berada di alam roh?" gumam Lin Jiang. Bocah berusia sebelas tahun itu tak terlalu yakin, karena yang ia tahu, alam roh merupakan alam akhir bagi manusia, bukan alam untuk berpetualang lagi.Gresekkkk!Telinga tajam Lin Jiang mendengar suara berisik di sebelah kiri, dan Lin Jiang langsung pegang erat toya setan, karena ia yakin itu b
Lin Jiang memegang erat toya setan yang sudah berhasil ia pergunakan. Wajah Lin Jiang cukup tegang saat tahu tingkatan dari siluman monyet itu berada di atas tingkatan yang ia miliki.Dunia persilatan yang penuh dengan lika-liku, dimana para pendekar berkuasa atas dunia itu. Yang kuat, dia yang jadi raja, dan yang lemah, dia akan jadi budak. Itulah hukum nyata bagi dunia persilatan.Di dunia persilatan, dibagi atas tiga bahagian golongan yang nyata, yaitu, golongan putih, hitam dan netral. Selain itu, di dunia persilatan juga ada tingkatan kependekaran yang menempatkan posisi seorang pendekar. Tingkatkan yang paling rendah, yaitu pendekar pemula. Yang mana ini juga dibagi atas tiga, yaitu, pendekar pemula, pendekat biasa, dan pendekar pemula biasa. Di atas pendekar pemula, adalah pendelar menengah, dan selanjutnya pendekar tinggi. Tiga bahagian kependekaran itu, hanya untuk mereka yang berada di tahap awal-awal dari seorang pendekar. Mereka hanya akan jadi pendekar biasa, jika pu
Hiatttttt!!Baik Lin Jiang dan siluman monyet sama-sama melompat dan mengerahkan sisa tenaga dalam yang mereka miliki. Siluman monyet dengan cakar tajamnya, dan Lin Jiang dengan tusukan toya setan. Dua kekuatan tersisa yang mereka miliki sama-sama digunakan untuk menentukan kelanjutjan hidup mereka. Brakkkkkkk!!Ujung Toya setan yang jauh lebih panjang dari pada cakar siluman monyet, menusuk dada siluman itu. Crasssss!Saking kuatnya dorongan dan tenaga dalam yang Lin Jiang gunakan, dada siluman monyet itu koyak, dan tembus oleh Toya setan di tangan Lin Jiang.Argggggg!!Siluman monyet itu meraung sangat keras, ia merasakan rasa sakit yang tak tertahan di tubuhnya karena tusukan dari toya setan di tangan Lin Jiang."Matilah!" teriak Lin Jiang.Whusssssssss!!Lin Jiang menarik Toya setan dari dada siluman monyet, dan angkat Toya setan ke atas. "Hantaman dari langit!"Brakkkkkkk!!Kepala siluman monyet pecah karena hantaman dari toya setan, dan itu cukup untuk membunuh siluman yang