Share

Pejantan Tangguhku
Pejantan Tangguhku
Penulis: Saga

Nafsu Pria Tua

“Mas Haris.”

Alya tidak menyangka jika Haris suaminya berada di balik korden yang disingkap oleh Manto. Suami yang hilang sejak beberapa hari yang lalu ternyata disekap oleh Manto. Kini, dia hanya berdiri mematung di samping Manto. Manto yang mengundangnya di hotel ini.

“Hrmmmppp! Hrmmmppp!” Haris terus meronta. Matanya memancarkan kemarahan yang teramat dalam. Sedangkan Alya hanya menangis.

“Sudahlah Haris, menyerahlah! Berikan istrimu yang cantik ini kepadaku! Hutang judimu kuanggap lunas. Sama-sama enak kan?”

Tawa Manto menggema.  Haris hanya meraung dengan suara tertahan. Dia tidak rela istrinya direbut oleh laki-laki lain, apalagi tua bangka tidak tahu diri seperti Manto.

Alya membuang wajahnya. Dia tidak sanggup menatap mata nyalang Haris. Semua berawal dari beberapa hari yang lalu, ketika tiba-tiba Manto datang ke rumahnya.

“Pak Manto,”  Alya terkejut dengan kedatangan pria bertubuh gelap dan gempal. Perutnya yang buncit tampak menyembul dari kancing bajunya yang terlepas.

“Haris, ada?” tanya pria itu dengan senyum nakal. Alya risih melihatnya.

“Sudah beberapa hari Mas Haris belum pulang, ada keperluan apa Pak Manto ke sini?” sahut Alya dengan penuh selidik. Terlihat pria itu menyorotinya seakan ingin menelanjanginya bulat-bulat.

“Boleh saya masuk?”

“Tidak! cukup di sini saja! Ada keperluan apa Pak Manto ke sini!” gertak Alya dengan garangnya. Membuat Manto gemas.

“Cuma mau menagih hutang judi suamimu sebanyak 400 juta!”

Bagaikan tersambar petir tepat di telinganya, Alya terperanjat. Wanita berumur tiga puluhan itu mengelus dada. Raut wajahnya pias. Suaminya memang gila judi, tapi dia tidak menyangka kalau hutang suaminya sudah bejibun.

“400 juta, Pak?”

“Ini catatannya,” Manto menunjukan surat hutang yang ditandatangani di atas sebuah materai. Mata Alya membulat. Tubuhnya melemas.

“Bayar hutang suamimu, atau aku akan menjebloskan dia ke penjara.”

Alya diam. Haris sudah kelewatan. Sebagai suami, dia tidak pernah memberi nafkah lahir batin sepenuhnya.  Justru Alya dan Leo, anak semata wayangnya yang baru menginjak bangku sekolah dasar sering mendapatkan perlakuan kasar dari sang suami. Alya sudah tidak tahan lagi.

“Harusnya Haris yang bayar bukan saya. lagipula, saya ingin menuntut cerai darinya,” tandas Alya. Alya sudah menbulatkan tekadnya. Dia akan memulai kehidupan baru dengan Leo, tanpa adanya Haris.

Manto tergelak. Alya mengernyit dahi keheranan. Pria itu terlihat menggeser ponselnya dan menunjukan sebuah video.

“Kamu bisa mengelak dari Haris, tapi tidak dengan anakmu kan? Lihat aku berhasil menculiknya sepulang sekolahnya tadi.”

Alya mengangga sambil menutup mulutnya. Astaga, pantas saja Leo belum pulang dari tadi, ternyata bedebah ini yang telah menculiknya.

“Kembalikan Leo, brengsek!” pekik Alya yang beringas memukuli tubuh tambun itu.

“Bayar hutang suamimu, kalau kamu ingin anakmu kembali dengan selamat.”

Alya tergugu dalam tangis. Pria itu begitu licik. Dia tahu letak kelemahan Alya dan berusaha menjeratnya perlahan.

“Nanti malam, datanglah ke hotel Cempaka indah di jalan Soedirman. Kamar nomor 1304. Kita bahas masalah ini di sana,” ujar Manto sebelum membalikan badan menuju mobilnya. Alya tidak punya pilihan lain selain menurutinya. Namun, dia antisipasi dengan membawa pisau lipat

Kini, setelah kedatangannya di hotel itu, Alya langsung dipaksa untuk menyetujui pernikahan dengan Manto. Pisau yang dia bawa sudah disita oleh para bodyguard di depan kamar tadi. Alya tidak mampu menolak karena dipertontonkan video anaknya yang sedang dirantai.

Alya hanya bisa menangis. Terlebih sekarang, dia dihadapkan dengan sang suami yang masih terbelenggu dengan tali di sebuah kursi. Matanya menyulutkan emosi yang besar tatkala melihat  Alya merintih kesakitan karena keperkasaan besar yang terus menghujam.

Manto lantas menarik kain yang menyumpal mulut Haris.

“Bedebah! Lepaskan istriku!”

“Kenapa kamu masih memperdulikan istrimu sementara di meja judi, kamu sama sekali tidak memikirkan anak istrimu?”

Haris bungkam. Pertanyaan sarkas dari Manto menyadarkannya akan ketidak mampuannya menahan nafsu berjudi. Sekarang, dia harus menahan perih melihat sang istri dilecehkan karena hutang yang sudah bejibun.

“Sekarang, aku tanya  sekali lagi sama kamu. Relakan istri dan anakmu bersamaku. Maka semua hutangmu aku anggap lunas. Dan satu lagi penawaran yang lebih special.”

Note: 

Hello readers, sudah tahap revisi nih. semoga kalian suka ya. Jangan lupa untuk tinggalkan review dan Votenya makasih. 

Komen (32)
goodnovel comment avatar
Mimi Amoys Coeninxan
baru baca udah langsung suka
goodnovel comment avatar
AntOni Wijaya
cukup bagus......
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
itulah kalo sudah gila judi semua harta terkuras sampai anak istri di jual
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status