Dissa menatap mobil mewah yang berjalan keluar dari pekarangan Villanya.
"Semoga saja, tidak terjadi apa-apa dan kita bisa berkumpul seperti dulu lagi," kata Dissa pada dirinya.
Dissa berjalan masuk ke dalam villa, ia berjalan menuju lift dan mempersiapkan semua barangnya untuk pulang ke negaranya.
***
Di sebuah bangunan mewah, terlihat seorang pria yang berjalan melintasi setiap lorong yang gelap tetapi masih terlihat dengan cahaya yang remang-remang.
Tap... Tap... Tap,
Diki berjalan melewati sebuah lorong menuju kamar mayat, "Kau tahu, ketika aku masih kecil,aku tak pernah menyangka hidupku bisa seperti menjadi ini," Diki menghentikan langkah kakinya di hadapan sebuah tempat brankas khusus orang yang meninggal. Ia membuka sebuah kain yang menutupi seorang mayat yang sedang bergerak dan ia langsung menembaknya.
Dor! Dor! Dor!
"Bahkan, merasakan dicintai oleh orang yang mengasihi ku pun tak pantas aku miliki. Aku benar-
Dor! Dor! Dor! "Bahkan, merasakan dicintai oleh orang yang mengasihi ku pun tak pantas aku miliki. Aku benar-benar terpuruk, hidupku hambar tanpa rasa dan hatiku rapuh tanpa perasaan," kata Diki dengan raut wajah sedihnya di hadapan seorang pria yang berhasil di tembaknya. Di langit malam yang gelap, sebuah helikopter Bergerak cepat mencari keberadaan seseorang. "Criss, apa kamu sudah yakin akan menyelidiki kasus ini?" "Iya, aku sudah siap, karena aku tidak ingin melihat korban selanjutnya yang mati menjadi tumbalnya," Daniel terdiam mendengarkan setiap ucapannya, saat ini, Daniel berada di dalam helikopter ditemani rekan kerjanya bernama Budi, Jesika, Sean selaku pemilik rumah sakit dan beberapa TNI AU dan Panglimanya yang siap siaga membantunya untuk menolong warga pengungsian. "Kau mungkin telah banyak membunuh. Apakah kamu punya saran, bagaimana kita menanganinya?" tanya Daniel yang menatap Criss yang duduk di sebelahnya. "
Di saat Dissa mulai merasa kesepian tanpa adanya kehadiran Daniel. Ia merasa hidupnya hambar dan tak berarti. Drt... Drt... Drt, "Ada apa?" tanya Dissa mengangkat panggilan masuk dari ponselnya. "Kak Dissa, bisakah kau membantuku untuk menjadi model dalam tugas fotografi. Ini termasuk tugas UAS dan wajib dikumpulkan. Aku harap kakak mau membantuku." jelas Intan panjang lebar melalui ponselnya. Dissa berpikir sejenak dan ia berdiri dari tempat duduknya yang berada di sofa kamarnya. "Hm..." jawab Dissa. "Baiklah, sepertinya itu tanda setuju. Aku jemput kakak satu jam lagi dan dandan yang cantik untuk diriku," ucap Intan langsung mematikan panggilan ponselnya. "Okelah, kau jangan anehhhh," ucapan Dissa terhenti dari panggilan ponselnya. "What! Berani sekali dia mematikan panggilan terlebih dahulu. Untung saja, kau adikku kalo bukan sudah ku ajak taekwondo," Dissa menaruh ponselnya dan ia berjalan ke arah ruang ganti untuk memilih
Intan mencari tombol on/off kamera tetapi ia tidak menemukannya. "Kak Andrean, kok gak ada tombol On/Off sih, biasanya posisinya terletak di sebelah kanan," ucap Intan yang masih mencari-cari tombol on/off kamera DSLR. "Coba dicari dengan teliti," ucap Andrean. "Eh, iya kak udah ketemu," sahut Intan seraya menekan tombol on kamera. "Kak, tolong atur kamera ini menjadi 3 teknik foto Fotografi," ucap Intan menyerahkan kamera di hadapan Andrean. "Baiklah," ucap Andrean mulai mengatur ISO, Diafragma, Aperture kamera. "Ini sudah selesai, langsung diambil saja," ujar Andrean memberikan kamera DSLR kepada Intan. "Terima kasih, Kak Dissa kemarilah! Jadilah model dadakan ku," panggil Intan. "Oke," balas Dissa berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju Intan. "Kak Dissa, silahkan berdiri disana dan bergaya
"Sepertinya aku tidak bisa seperti ini, aku harus memastikannya dengan mata cantikku ini," ucap Dissa yang berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Dissa mengambil ponselnya dan mulai menelpon seseorang di seberang sana. "Siapkan pesawat pribadi untukku! Bawa 2 bodyguard yang nantinya akan menjagaku disana," perintah Dissa terhadap orang suruhannya. "Baiklah," Dissa menutup panggilan ponselnya, ia berjalan ke ruang ganti untuk memilih baju yang pantas untuk pergi ke LN. *** Setelah membantu rekan kerjanya untuk mengobati anggota TNI AU yang terkena tembakan. Kini mereka telah sampai di sebuah penginapan sederhana tetap nyaman untuk ditempati. Sesampainya di kamar yang akan ditempatinya selama berada di Amerika serikat. Daniel segera melepaskan seluruh pakaian kerjanya. Daniel akan mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Setia harus selalu dihati. Itulah prinsip Danie
"Apakah itu vaksin simulasi?" tanya Daniel menatap layar komputer Jesika."Seorang yang terinfeksi dan fitur lainnya saat ini. Aku mencoba menekan virus buatan dan untuk mengetahui penyebab dasar terjadinya infeksi," lanjut Jesika."Aku mencatat bahwa sistem perhitungan kimia berjalan. Apakah dapat menghilangkan sebuah zat besi?" tanya Daniel menatap kedua bola mata Jesika."Tentu saja, teknologi kami telah berkembang beberapa tahun terakhir bahwa membuat sebuah sampel tidak butuh waktu yang lama." jawab Jesika seraya meminum kopi yang digenggamnya."Ngomong-ngomong, kami belum mempunyai posakan mayat yang terinfeksi banyak selama tanggal 28," ucap Daniel."Lalu, siapa yang mendapatkan sampelnya?" tanya Jesika."Para siswa tidak berada di sini hari ini," sahut Daniel."Lalu?" tanya Jesika."Tidak, aku bukan ilmuwan. A
Daniel dan Budi berjalan menuju tempat parkiran mobil. Ketika sampai di depan mobil, Budi membuka remote kunci mobil dan mereka masuk ke dalam mobil. Budi mulai melajukan mobil keluar dari tempat parkiran.Sementara di sisi lain, Dissa sedang berjalan menuju area parkiran mobil yang lokasinya di depan parkiran butik. Dissa sengaja memarkirkan mobil disana karena ia ingin melihat-lihat terlebih dahulu model baju terbaru. Saat ini, ia terus berjalan fokus menatap ke depan.Drt! Drt!Dissa menghentikan langkah kakinya sejenak diikuti oleh para bodyguard dan tangan kanannya yang masih setia mendampinginya ke mana saja. Dissa mengambil ponsel dari tas branded berwarna merah pengeluaran tahun ini. Ia melihat layar ponselnya, ternyata Suamiku memanggil."Wa'alaikumsalam," ucap Dissa mulai melangkahkan kaki menuju area parkiran mobil."Sayang, maafkan aku. Aku tidak bisa pulang dari penginapanku. Tadi, atasanku meneleponku untuk segera berangkat ke daerah
Hari ini, Diki berniat menenangkan dirinya untuk pergi ke sebuah kafe yang tidak jauh dari kediamannya. Ia menaiki mobil kesayangannya, saat ia memarkirkan mobil di area parkiran, ia mendengar suara seorang wanita yang berteriak meminta tolong. "Ada apa lagi ini!" gumam Diki yang sudah mengerti dengan situasi di kota ini. Ia membuka bagasi mobil dengan menggunakan remote kunci mobil yang digenggamnya. Bip! Bip! Bagasi mobil terbuka secara otomatis, ia mulai mengambil beberapa peralatan senjata api pistol dan menaruhnya di samping celananya. Diki menutup bagasi itu dan ia melangkahkan kaki menuju sumber suara yang snagat familiar di dengarnya. "Tolong! Tolong aku!" teriak suara seorang wanita yang dikenalnya. Diki berlari dari tempat dan mendapati 4 bodyguard di serang oleh 10 mayat hidup yang ingin memangsanya, Diki menembaki 10 mayat hidup itu dan untung saja 4 bodyguard itu tidak terkena gigitan. Setelah itu, ia berjalan dan melihat seorang
Daniel yang melihat Criss sedang berbicara serius di hadapan seorang pria yang duduk di ruang VIP. Daniel permisi ke toilet terlebih dahulu, dari tadi ia menahan hajatnya dan ia pun berjalan cepat menuju toilet.Setelah menuntaskan hajat yaang ditahannya dari tadi, lantas Daniel melihat seorang wanita cantik yang sedang berdiri di depan pintu toilet wanita. Daniel melangkahkan kakinya menuju ke arah wanita itu."Dissa? Ngapain kamu kesini?" tanya Daniel berdiri di depan Dissa.Dissa yang sedang asyik membalas pesan chat di grubnya, ia mengalihkan pandangannya ke arah depan."Sayang?" panggil Dissa tersenyum, ia membuka kedua tangannya untuk meminta pelukan hangat dari sang suami. Daniel dengan senang hati membalas pelukannya.Sejujurnya, Daniel sangat merindukan istri tercintanya tetapi apalah daya karena sikap kecintaannya terhadap pekerjaannya yang membuat dirinya melakukan cin