Pagi hari di Rancal Grup Cemerlang.
Rania terlambat datang ke kantor. Dia terburu-buru menaiki lift menuju ruangannya dilantai 50. Saat tiba diruangannya, jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi, namun tidak ada satu orang pun diruangannya."Pada kemana orang-orang ini?" Rania menuju meja kerjanya. Di atas laptopnya ada note bertuliskan "Meeting." Rania langsung berlari menuju ruang meeting.Rania mengetuk pintu ruang meeting dan membukanya.Jeglek,, suara pintu itu terbuka. Semua mata memandang ke arah Rania. Membuat Rania menjadi kikuk karena malu."Nyonya Rania, bisa-bisanya anda baru datang jam segini! Anda karyawan baru, tapi sudah berani datang terlambat. Anda pikir ini perusahaan milik anda!" Sinta berteriak memarahi Rania di depan semua orang."Maaf bu Sinta, saya terjebak macet dijalan." jawab Rania."Semua orang disini terjebak macet tapi hanya anda yang terlambat! Itu menunjukkan anda tidak memiliki etos kerja yang baik." sahut Sinta lagi."Sudah cukup, mari kita lanjutkan meeting kita. Mbak Rania, tolong ambilkan dokumen kemarin diruangan saya." Benny menengahi perdebatan itu."Baik pak", sahut Rania.Rania meninggalkan ruang meeting untuk mengambil dokumen diruangan Benny kemudian bergabung mengikuti meeting.* * *"Mas, kenapa kamu biarkan Rania bekerja disini? Ini berbahaya untuk posisi kita dikantor. Aku nggak mau resign dari kantor ini." Sinta menahan Benny di ruang meeting, saat meeting berakhir."Biarkan saja, kasihan jika nanti kami bercerai, dia tidak memiliki penghasilan. Setidaknya aku tidak perlu lagi menafkahi dia." sahut Benny tenang."Mas memang nggak perlu menafkahinya, karena kalian belum memiliki anak. Justru mas harus menafkahiku, karena di rahimku ada benihmu." sahut Sinta lagi."Apa benar itu benihku?" Benny menatap Sinta dengan tajam."Apa maksudmu mas? Sudah jelaskan, kita melakukannya dihotel malam itu?" jawab Sinta."Kamu pikir aku tidak tahu apa yang terjadi malam itu." Benny meninggalkan Sinta yang masih mematung diruang meeting."Apa dia tahu kebohonganku? Lantas kenapa dia setuju untuk menikah denganku?" Sinta penasaran maksud dari ucapan Benny tadi.(POV) Malam Party Benny"Terima kasih atas kehadirannya, tanpa support dan bantuan kalian, tidak mungkin saya bisa menduduki jabatan ini. Semoga Rancal Grup Cemerlang, terutama departemen marketing akan makin maju kedepannya."Riuh tepuk tangan bergema saat Benny selesai menyampaikan sambutan. Kemudian mereka kembali larut dalam dentuman irama musik ditempat karaoke itu.Benny duduk diujung sendirian mengedarkan pandangannya ke arah staffnya satu persatu. Ada yang sedang asyik menyanyi, ada yang sibuk memilih judul lagu. Ada yang sedang sibuk dengan ponselnya. Dan pandangan itu berakhir pada seorang wanita yang duduk tepat diseberang kursi Benny. Wanita itu menatap lurus ke arah Benny tanpa kedip. Dan akhirnya wanita itu bangkit dari kursinya mendatangi Benny."Selamat ya Pak untuk jabatan barunya." Wanita itu berkata sambil mengulurkan tangan."Terima kasih Bu Sinta", Benny bangkit dari tempat duduknya dan menyambut uluran tangan Sinta."Bapak mau saya temani minum?" Sinta mengambil sebotol anggur dan menuangkan ke dalam gelas, kemudian memberikannya kepada Benny."Kenapa ada minuman keras disini?" Benny sedikit terkejut karena dia sama sekali tidak ada memesan minuman keras."Saya yang memesannya pak. Khusus untuk merayakan jabatan baru bapak." Sinta menggelayut ditangan Benny dan menyodorkan minuman itu ke mulut Benny."Tolong jaga sikap bu Sinta, jangan seperti ini", Benny melepaskan tangan Sinta."Ayo lah minum, anggap saja ini bentuk permintaan maaf anda, karena sudah merebut jabatan yang seharusnya jadi milikku." Sinta berteriak cukup nyaring, namun untungnya hanya Benny yang bisa mendengar, karena suara musik terlalu nyaring."Baiklah, tapi segelas saja." Benny mengambil gelas berisi anggur itu dan menegaknya hingga tak ada sisa.Karena tidak pernah minum, Benny mulai merasakan sakit kepala yang dahsyat. Benny berdiri dengan sedikit terhuyung mengambil mic dari staffnya yang sedang menyanyi."Maaf saya ijin pulang duluan, kepala saya mendadak sakit!" kemudian Benny berjalan kearah pintu keluar. Disusul Sinta dari belakang."Pak biar saya saja yang antar bapak pulang." Sinta memapah tubuh Benny. Benny sudah tidak sanggup menolak tawaran Sinta. Kepalanya benar-benar sakit. Akhirnya setelah masuk kedalam mobil, Benny yang masih dalam kondisi setengah sadar menyandarkan kepalanya ke kursi mobil dan menutup mata.Sinta tersenyum puas menatap Benny."Jabatanku sudah kau rebut. Jadi, aku juga akan merebut kamu dari istrimu." gumam Sinta kemudian memacu mobilnya menuju sebuah hotel.Sinta membuka pintu kamar, sedangkan Benny dipapah oleh 2 security hotel."Langsung baringkan ke ranjang saja pak." Sinta kemudian memberi tip kepada security itu dan menutup pintu kamar.Sinta melepaskan sepatu Benny kemudian masuk ke kamar mandi. Saat Sinta dikamar mandi, Benny tersadar dari mabuknya."Dimana aku? Ini seperti sebuah hotel." Benny ingin bangun, tapi kepalanya masih sakit. Tak lama dia melihat Sinta keluar dari kamar mandi. Benny pura-pura tidur kembali."Nggak masalah aku gagal menjadi kepala divisi, asalkan bisa menjadi istri kepala divisi. Benny, Benny, masa orang setampan kamu bisa menikah dengan wanita gendut macam nangka dibungkus itu. Aku lebih pantas menjadi istrimu Ben." ucap Sinta sambil memandang Benny dengan seksama.Kemudian Sinta menaiki ranjang dan tidur disebelah Benny."Akhirnya, kamu punya ayah nak", ucap Sinta lagi sambil mengelus perutnya. Dan tak lama Sinta tertidur karena lelah.Benny melirik kearah Sinta yang sudah tertidur pulas."Licik sekali wanita ini. Baiklah, setidaknya aku bisa memanfaatkan dramanya untuk kepentinganku sendiri", gumam Benny sambil menyeringai menatap Sinta. Kemudian Benny melanjutkan tidurnya kembali hingga pagi hari.* * *Rania tiba dirumah dengan selamat bersama supir pribadi suruhan ayahnya. Benny menghentikan mobilnya dan memantau Rania dari kejauhan. "Baguslah dia sudah sampai dengan selamat." Ucap Benny dalam hati. Kemudian dia berlalu menjauh dari rumah Rania. *** Atas perintah ayahnya, pagi ini Rania berniat untuk mengunjungi rumah sakit Rancal, untuk melihat kondisi rumah sakit milik Rancal grup itu. Ayah Rania mendapat kabar dari orang kepercayaannya bahwa banyak keluhan dari pasien yang mengatakan bahwa rumah sakit tidak mau menerima pasien yang menggunakan jaminan kesehatan dari pemerintah. Selain bergerak di bidang bisnis pelumas mesin, Rancal juga memiliki rumah sakit yang sama besarnya dengan perusahaan yang Rania pimpin saat ini. Rumah sakit ini di pegang oleh Paman Rania yang seorang dokter bedah terkenal dikota ini. Rania berniat untuk pergi ke rumah sakit sendiri tanpa diantar supir pribadi. Dia ingin membuktikan sendiri kebenaran berita itu. Saat tiba di rumah saki
"Kamu sekarang jadi ani-ani?" ucap Nora dengan suara lantang. "Om kok mau sih sama tandon air gitu. Biasanya om-om itu cari yang bodynya seperti gitar spanyol." Tanpa banyak bicara Rania menyiramkan segelas air ke wajah Nora. "Aah, apa-apaan kamu gendut!" Nora tantrum karena tidak terima disiram oleh Rania. Rania berdiri dari tempat duduknya dan memegang tangan Nora dengan kuat. "Pergi dari sini sekarang, atau kupatahkan tanganmu ", ucap Rania dengan mata yang menyalang. "Lepaskan gendut, sakit!" Nora berusaha melepaskan cengkraman tangan Rania namun tidak berhasil. Tenaga Rania terlalu besar. "Oke kali ini aku lepaskan, jangan sampai kita bertemu lagi." Rania melepaskan cengkraman tangannya dan mendorong tubuh Nora hingga hampir terjatuh. "Awas saja kau gendut! Akan kubuat kamu menyesal!" Nora pergi meninggalkan Rania dan ayahnya disana. Rania menatap kepergian Nora dan menghempaskan tubuhnya dengan kasar dikursinya. "Good job, seorang penerus Rancal memang harus
Pagi ini Rania melangkah dengan mantap menuju departemen marketing. Semua staff terkejut dan berdiri menyambut kedatangan Rania. "Selamat pagi Ran, apa kabar?" Ucap Manda tak sadar kalau Rania sekarang adalah CEO mereka. "Hush beraninya kamu menyapa dengan nama saja" , staff lain memperingatkan Manda. "Ah iya, saya mohon maaf bu Rania." ucap Manda sambil menundukkan kepalanya. "Baik Manda, dan yang lain ku harap kalian akan bersikap biasa saja, tidak usah terlalu berlebihan. Biar kita bisa menjadi tim yang hebat." Sinta tak bisa menutupi ketakutannya. Dia bersembunyi dibalik komputernya. Dia tidak berani bertemu dengan Rania. Namun Rania justru menghampiri meja Sinta. "Sepertinya kejadian kemaren sudah cukup membuat saya mengambil keputusan untuk tidak mempekerjakan anda lagi di perusahaan ini. Saya minta saat ini juga anda segera meninggalkan ruangan ini." Rania berkata sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. "Saya minta maaf bu sudah berlaku tidak sopan kepada ibu.
Benny melangkah maju dan berdiri dengan mantap didepan para pemegang saham, siap untuk mempresentasikan kinerja mereka. Dan Rania dengan sigap membuka slide demi slide presentasi yang dibawakan oleh Benny. Semua terlihat baik dan lancar. Tak lama, Sinta mengendap-endap masuk ruang meeting berniat untuk melihat kegagalan Rania dan Benny, namun tidak berhasil. "Hah, bagaimana bisa mereka tetap melakukan presentasi. Sedangkan data-datanya tadi sudah kuhapus. Dan Flash Disknya juga sudah kuambil." Gumam Sinta dalam hati. Karena sudah terdesak dengan keadaan, dia berpikir keras bagaimana mengahcurkan Rania dan Benny didepan para pemegang saham. Maka dia mengambil resiko paling besar yaitu dipecat dari perusahaan ini. "Baiklah, kalau itu mau kalian. Nggak masalah aku hancur, asalkan kalian juga hancur." Gumam Sinta lagi. Sinta beranjak mendatangi Benny di podium. Benny menatap tajam Sinta yang berjalan ke arahnya. Sinta kemudian mengambil mic dan berkata dengan lantang. "Saya ingin ber
Rania tersipu malu saat melihat Benny nampak terkejut dengan penampilannya. "Kamu cantik sekali hari ini, secantik saat hari pernikahan kita." ucap Benny masih menatap Rania dengan lekat. Rania memang bertubuh besar, tapi dia memiliki paras wajah yang cantik, kulit putih bersih wajah campuran sunda dan arab, dengan tinggi 179 cm. Untuk ukuran wanita, Rania cukup tinggi. "Ayo kita berangkat Ben, nanti keburu macet." sahut Rania membuyarkan lamunan Benny. "Ah, iya ayo." Benny tersentak kemudian menuju mobilnya lalu membukakan pintu untuk Rania. "Nanti jangan gugup ya, aku akan menemanimu apapun yang terjadi. Kamu akan aman disampingku." ucap Benny memandang lurus ke jalan tanpa menatap Rania. Rania hanya diam mendengar ucapan Benny. * * * Di lobby kantor sudah ramai para staff bersiap untuk menyambut para pemegang saham. Rania dan Benny langsung menuju ruangan mereka untuk menyiapkan dokumen yang akan dipresentasikan. Saat Rania dan Benny masuk ke dalam ruangan, nampa
Namun saat Rania berhenti ada seseorang yang menjatuhkan tanaman hias tepat diatas kepala Rania. "Awas Rania!" Dengan sigap Benny menarik tangan Rania sehingga Rania jatuh dalam pelukan Benny. "Tangkap orang itu!" Teriak Benny kepada penjaga keamanan. Sementara Rania masih berada dalam pelukan Benny. Perasaannya campur aduk saat ini. "Kamu nggak kenapa-kenapa kan Ran," Benny melepaskan pelukannya, memegang bahu Rania dan menatapnya dengan lekat. "Ah iya, aku nggak apa-apa." Rania masih sedikit shock dengan kejadian barusan. "Aku antar pulang ya, aku nggak mau kamu kenapa-kenapa dijalan." ucap Benny sambil menarik tangan Rania. "Sudah nggak usah repot-repot, aku bisa pulang sendiri." Rania mencoba melepaskan genggaman tangan Benny. "Ran, jangan salah paham. Aku hanya mau menjaga anak buahku, besok kita ada rapat penting. Aku harus memastikan kamu sehat dan selamat sampai rapat itu selesai." Rania tidak bisa membantah kata-kata Benny. Benny masih memegang tangan Rania hingga