Share

Pelabuhan Hati Sang Kapten
Pelabuhan Hati Sang Kapten
Author: Rona Indriyani

Bab 1

Seorang wanita sedang duduk gelisah menanti hasil pemeriksaan Dokter. Badannya bergetar dengan keringat dingin yang keluar dari tubuhnya. Rasa bersalah itu terus menyelimuti hatinya. Mulutnya tidak berhenti memanjatkan doa. Wanita bernama Chika Arfrinda Aditama itu baru saja menabrak seorang anak kecil yang tengah bermain di taman kota. Meskipun tidak sengaja, namun tetap ia yang bersalah.

“Apakah kamu yang sudah menabrak putraku?” tanya seorang laki-laki bernama Niko Yandra Raharja, ayah dari anak yang Chika tabrak.

“Maafkan saya karena sudah menabrak putra anda Mas,” ucapnya sambil tertunduk.

“Sebetulnya kamu bisa menyetir atau tidak!” Niko berbicara dengan sedikit membentak karena rasa marahnya dengan wanita di hadapannya.

“Saya tidak sengaja. Secara tiba-tiba anak anda lari mengarah ke arah mobil saya. Saya minta maaf Mas. Saya akan bertanggung jawab,” Chika berbicara dengan terbata-bata karena ketakutannya.

“Alasan. Apapun pembelaan kamu tetap saja kau sudah mencelakai putra saya,” geram Niko karena anak satu-satunya terluka.

Di tengah perdebatan mereka, seorang Dokter keluar dari ruangan UGD setelah memeriksa anak yang terluka karena tertabrak mobil.

“Dokter bagaimana keadaan putra saya?” tanya Niko dengan kecemasannya.

“Sepertinya kami harus menangani putra anda lebih serius. Putra anda harus di operasi karena ginjalnya terkena benturan. Keadaannya saat ini sudah sadar namun jika operasi tidak di lakukan akan membahayakan kesehatannya,” jelas Dokter tersebut dengan silih berganti menatap laki-laki dan wanita di depannya, yang di sinyalir sebagai pasangan suami istri.

Kata operasi yang keluar dari mulut Dokter itu membuat Chika merinding. Separah itukah ia menabrak, sampai anak kecil itu harus melakukan operasi. Betapa fatalnya ia membuat anak orang menderita.

“Lakukan yang terbaik untuk putra saya Dok. Dan apakah saya bisa menjenguknya?”

“Silahkan Pak. Namun secepatnya Bapak mengurus proses operasi. Dan mungkin proses operasi akan dilakukan dua sampai tiga hari kedepan,” perintah Dokter yang di balas dengan anggukan Niko.

“Bolehkah saya ikut masuk?” ijin Chika pada Niko dengan tatapan berharap.

Pria tampan berbadan tinggi itu tidak menggubris pertanyaan Chika. Ia langsung saja masuk dalam ruangan untuk segera mengetahui keadaan putranya. Sedangkan Chika tanpa pikir panjang masuk ke dalam mengikuti pria jutek itu.

Di lihatnya seorang anak yang terkapar tak berdaya dalam ranjang pasien. Beberapa alat penunjang di berikan untuk membantu keselamatan anak tersebut. Perasaan bersalah pun semakin Chika rasakan saat itu. Chika hanya berdiam diri menyaksikan interaksi antara ayah dengan putranya.

“Hey sayang. Anak papa yang hebat, bagaimana keadaan kamu?” pria jutek yang ada di hadapan Chika itu berubah drastis ketika bertemu dengan putra kesayangannya. Sikap lembutnya mampu membuat Chika terpesona sesaat.

“Papa, Davan baik-baik saja,” ucap Davan Dakara Raharja, putra Niko.

“Papa tidak perlu khawatir,” tambahnya sambil tersenyum.

“Anak yang kuat. Davan, jika papa meminta sesuatu apakah kamu mau menuruti permintaan papa?” tanya Niko lembut dan membalas senyuman Davan.

“Pasti papa,” jawab Davan dengan wajah penuh pertanyaan.

“Benarkah. Oke, permintaan papa sangat mudah. Nanti saat Davan di kasih obat sama Dokter, Davan harus bertahan ya. Papa menunggu Davan di sini,” ujar Niko memberikan motivasi agar proses operasi Davan berjalan lancar.

“Siap papa laksanakan,” jawab Davan dengan menatap papa nya hangat.

“Tapi bolehkah Davan meminta sesuatu sama papa?” tambah Davan berharap.

“Boleh. Davan mau apa, pasti papa berikan,” Niko mengelus kepala Davan dengan sayang.

“Davan ingin papa menikah dengan tante cantik itu?” ungkap Davan sambil menunjuk Chika yang berdiri di belakang papa nya.

“Mengapa harus tante itu Davan?” Niko tentu saja terkejut dengan perkataan putranya. Wanita yang berdiri di belakangnya sama sekali tidak Niko kenal.

“Tante itu baik papa. Tante itu sudah membantu Davan saat berantem dengan teman Davan. Tante itu mengatakan jika Davan adalah putranya. Karena pertolongan tante itu teman Davan tidak mengejek lagi,” jelas Davan yang sangat antusias menceritakan kejadian waktu di taman kota.

Niko terdiam sejenak memikirkan perkataan Davan,“ Iya Davan, papa akan menuruti keinginan kamu,”

Lamunan Chika terpaksa berhenti ketika namanya di sebut. Lamunan yang memuji keakraban dua manusia yang saling mengasihi. Terkejut itu sudah pasti. Apalagi yang di inginkan oleh seorang anak yang di tabraknya sangat tidak masuk akal untuknya. Menolong anak itu karena Chika terlalu sayang pada anak-anak. Ia tidak tega jika melihat anak yang di hakimi. Keinginan anak itu membuat hatinya sedikit berat. Namun lain halnya dengan Niko yang nampak santai dengan pernyataan anaknya.

“Sepertinya tante tidak,” ucap Chika yang secara tiba-tiba perkataannya di potong oleh Niko.

“Tapi Davan harus janji untuk sembuh,” Niko melakukan perjanjian dengan menunjukkan jari kelingkingnya.

“Davan janji pa,” ucap Davan membalas menyematkan jari kelingkingnya pada jari kelingking papa nya.

“Semudah itukah pria ini menerima permintaan anaknya. Bahkan aku dan dia tidak saling mengenal. Bagaimana jika nantinya aku menjadi seorang janda. Apalagi jika papa dan kak Gavin mengetahui aku ingin menikah, oh Tuhan membayangkan nya saja aku merinding,” geram Chika melihat pria di depan terlalu mudah menjanjikan sesuatu.

“Maaf, bisakah kita bicara,” ucap Chika pada Niko.

Tanpa jawaban, Niko langsung berdiri dan berjalan sedikit menjauh dari Davan. Tatapan Niko kembali jutek seperti awal Chika bertemu dengannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status