Share

Bab 2

“Maaf Mas, saya tidak bisa jika harus menikah dengan anda,” ujar Chika berbicara setengah berbisik namun masih terdengar oleh Davan.

“Mengapa?” tatapan mengintai itu sukses membuat Chika gelagapan.

“Mas, kita tidak saling mengenal. Nama anda saja saya tidak tahu. Lagi pula saya masih kuliah, masa depan saya masih panjang. Bagaimana mungkin saya harus menikah dengan anda, itu sangat konyol. Bagaimana jika nanti saya menjadi janda karena tidak adanya kecocokan di antara kita. Dan satu lagi, saya tidak mau di poligami,” jelas Chika memberanikan diri untuk mengungkapkan semua unek-uneknya.

Lagi-lagi Niko tidak menjawab permohonan Chika. Pria itu diam mengamati gerak gerik wanita cantik itu. Entah apa yang di lihatnya sampai begitu intens menatap Chika. Dua menit, tiga menit masih belum juga menghentikan tatapannya. Matanya mengunci penglihatan Chika. Mulut yang tak kunjung berbicara membuat Chika jengah di buatnya.

“Itu bearti kamu tidak mau tanggung jawab bukan?” suara berat itu akhirnya terdengar di telinga Chika.

“Bukan begitu Mas, saya mau bertanggung jawab tapi selain menikah. Misalnya saat nanti putra anda belum pulih, saya akan merawatnya sampai sembuh,” wanita tinggi berambut  panjang itu mencoba bernegosiasi.

“Anak saya menginginkan kita menikah. Jika kamu tidak mau, saya akan memberikan dua pilihan. Pertama kamu menikah dengan saya atau saya akan membawa kasus ini ke jalur hukum. Saya pastikan kamu mendapatkan hukuman berat karena sudah membuat ginjal anak saya bermasalah,” ucapnya membuat bulu kuduk Chika berdiri.

Kebingungan melanda Chika saat itu. Dua pilihan yang di berikan sangat sulit untuk ia pilih. Ingin sekali ia melarikan diri saat itu juga untuk menghidar dari masalah tersebut. Orang di depannya saat ini sangat keras kepala. Tidak seperti kebanyakan orang tua lain yang dengan suka rela menerima sumbangan biaya operasi.

“Mas, tolonglah jangan memberikan saya pilihan yang sulit. Berfikirlah lebih matang untuk masalah ini. Apakah anda tidak takut jika kita menikah, saya orang yang jahat. Apakah anda tidak mengkhawatirkan jika putra anda nanti saya siksa,” ucap Chika mencari cara untuk membuat pria itu mengurungkan niatnya.

“Tidak!” ucapnya tegas dan yakin.

“Jika alasan kamu kita tidak saling mengenal, setelah menikah lambat laun secara otomatis kita akan mengenal. Lalu jika kamu masih kuliah, saya akan mendukungmu untuk menyelesaikan kuliah dan tidak menghalangi mengejar cita-cita mu. Jika alasanmu suatu saat nanti menjadi janda, saya pastikan tidak. Karena saya tipikal orang yang setia. Lalu untuk masalah poligami, kamu tidak perlu menghawatirkan itu karena saya duda. Istri saya telah meninggal sewaktu melahirkan putra saya. Dan yang terakhir perkenalkan nama saya Niko Yandra Raharja,” penjelasan panjang lebar dari seorang pria yang irit berbicara.

“Tapi Mas, langkah anda tidaklah mudah karena harus menemui papa dan kakak saya terlebih dahulu,” Chika masih saja mencari alasan untuk membatalkan niat pria di depannya.

“Tidak masalah. Saya akan temui mereka, jika perlu hari ini juga,”

“Jika mereka tidak setuju dengan pernikahan ini bagaimana?”

“Saya pastikan mereka setuju,” sangat percaya diri, itulah sifat Niko sesungguhnya.

“Jika mereka tidak setuju?” tanya Chika berulang untuk memastikan pernyataan Niko.

“Mungkin pernikahan ini batal karena kamu harus butuh wali,” jawabnya dengan wajah yang selalu jutek.

“Inilah yang aku suka. Papa dan kak Gavin pasti tidak akan menyetujui pernikahan ini,” batin Chika senang karena kedua pahlawan laki-lakinya pasti akan kekeh mempertahankannya.

“Papa, apakah tante cantik itu tidak mau menikah dengan papa?” tatapan sedih ketika melihat dua orang dewasa yang berdebat mempersoalkan permintaannya.

“Tidak begitu Davan. Tante mau menikah dengan papa kamu,” tatapan sedih itu membuat Chika merasa hatinya teriris dan secara spontan mulutnya mengiyakan permintaannya.

“Benarkah tante? Yee sebentar lagi Davan punya mama,” teriak Davan kegirangan sambil mengangkat kedua tangannya.

“Tapi Davan harus janji untuk sembuh ya,” ucap Chika menghampiri Davan dan mengelus kepalanya dengan sayang.

“Iya tante, Davan janji,” balasnya sambil memamerkan giginya yang ompong.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status