Share

Hal Yang Tak Pernah Terpikirkan

Ara melangkah kan kaki nya memasuki hotel bintang lima tersebut dengan begitu hati-hati membuat Tian mengerutkan keningnya.

"Apa yang kau lakukan nona? Tanya Tian saat sejak tadi Ara seperti sedang berwaspada di setiap langkahnya.

Bukannya menjawab Ara malah menegang di tempatnya saat melihat seorang laki-laki sedang merangkul wanita di sampingnya sambil sesekali mencium dengan penuh nafsu pada wanita itu. 

Ara menghentikan langkahnya, mata nya masih sangat fokus menatap dua insan yang sedang melewati dirinya dan juga Tian.

"Ck! Jika sudah diperbudak oleh nafsu itu tandanya tidak mempunyai rasa malu sedikitpun. Bahkan diriku disampingnya juga tidak di hiraukan." Gumam Ara yang bisa didengar oleh Tian.

Tian melihat laki-laki yang sedang melewati mereka bersama wanita cantik di sampingnya, seperti nya wanita itu adalah wanita malam.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Ara melanjutkan langkahnya mengikuti dua pasang kekasih di depannya itu. Tian mengikuti saja, ia juga malas untuk sekedar bertanya kenapa. 

Pada sebuah kamar 591 mereka berhenti sebentar, dan wanita yang sejak tadi berada di sampingnya itu langsung menjadi liar. Saat laki-laki itu membuka pintunya, wanita itu menciumi leher laki-laki itu dengan penuh nafsu. Sorot matanya seperti orang kelaparan belaian.

Ara melangkah saat keduanya masuk kedalam sambil berciuman. Sesekali mereka melepaskan ciuman hanya untuk sekedar mengambil oksigen. 

Saat ingin masuk kedalam kamar itu, Tian langsung menahan lengan Ara sambil menggeleng kan kepala nya. Dan kemudian Tian langsung menelpon seseorang yang Ara sendiri tidak tahu siapa.

"Tolong hidup kan cctv di kamar 591." Ucap Tian dan kemudian telepon pun langsung terputus secara sepihak oleh Tian.

"Aksa kau yakin?" Terdengar suara dari dalam kamar sana.

"Ayolah baby, tidakkah kau ingin merasakan bagaimana rasanya surga dunia itu sesungguhnya? Menurutlah padaku dan berbaring lah sayang, akan aku tunjukkan padamu surga dunia itu."

Terdengar suara desahan dari dalam kamar itu, "Bagaimana dengan Ara?"

Tian yang entah kenapa juga ikut menguping itu langsung mengerutkan keningnya saat mendengar nama Ara disebutkan.

Tadi nya dirinya pikir bahwa Ara ingin tahu tutorial bagaimana melakukan hubungan intim itu yang baik dan benar, ah ternyata ada hal yang lain yang dirinya tidak mengerti.

"Ara? Ah, wanita polos dan berisik itu yang sangat sok suci? Sebenarnya aku sudah muak dengan dirinya tapi belum juga menemukan cara yang pas untuk memutuskan wanita itu. Tapi aku berjanji bahwa aku akan memutuskan dirinya untuk mu sayang. Maka mendesah lah dengan begitu seksi sambil menyebut namaku malam ini."

"Serius?"

"Iya sayang, lagipula aku tidak mencintai wanita itu hanya saja selama ini kepintaran yang ia miliki itu yang membuat aku memanfaatkan dirinya. Dan dia begitu menggilai ku, jadi bisa dikatakan bahwa hubungan kami itu hanya sebatas hubungan yang saling menguntungkan. Aku memanfaatkan kepintaran nya untuk menyandang gelar sedangkan dirinya mendapatkan aku."

Ara mengembangkan senyumnya, raut ekspresi nya pun sangat sulit untuk diartikan. Tian yang melihat itu hanya diam saja, ia mau melihat sejauh apa yang bisa Ara lakukan.

Ara mengambil ponselnya dan kemudian mencari nama seseorang disana, setelah menemukan nama yang ia cari dengan segera ia langsung menelpon orang itu.

Suara dering ponsel terdengar dari dalam kamar tersebut dan Ara sudah berdiri tegak sambil menyandarkan tubuhnya di dinding.

"Ssst, Ara nelpon." Ucap laki-laki itu pada wanita yang sedang asik mencium lehernya seperti sedang membangun kan nafsu laki-laki itu.

"Iya sayang." Ucap laki-laki itu.

Entah kenapa Tian seperti ingin muntah saat ini juga ketika mendengar laki-laki yang tadi mengatai Ara sekarang sedang bersikap sangat manis. Sungguh saat ini Tian sangat malu menjadi laki-laki.

"Kamu dimana Aksa?" Tanya Ara

"Aku baru saja terlelap sayang setelah selesai mengerjakan skripsi, eh tau-tau nya kamu telepon. Kenapa hm?"

"Aku sedang rindu." Jawab Ara sambil memutar bola matanya dengan sangat malas.

"Baiklah jika tuan putri ku sudah mengatakan seperti itu, jadi apa yang bisa aku lakukan sayang? Haruskah aku menemuimu sekarang?"

"Ya seharusnya, tapi entah kenapa aku yang ingin menemuimu hari ini. Kau di kamar kan? Aku langsung ke kamar aja ya."

"Jangan! Tidak, maksudnya itu tunggu saja di bawah aku akan datang menjemputmu sayang. Tunggu aku 5 menit lagi."

Tanpa mendengar jawaban dari Ara, sambungan pun diputuskan secara sepihak oleh Aksa. Terdengar suara di dalam sana yang begitu ribut dalam sekejap. 

Tian mengembangkan senyumnya, diam-diam ia memperhatikan Ara yang masih begitu terlihat sangat tenang pada posisinya itu. Entahlah ia sangat menyukai gaya Ara yang sangat seperti saat ini.

"Ara datang, ayo pakai lagi baju mu itu dan keluar dari sini sekarang." Ucap Aksa

"Ini dalaman mu masih ketinggalan sayang." Sambung nya lagi. Di salam sungguh benar-benar sibuk, tak ada lagi suara desah-desahan seperti tadi.

Beberapa menit kemudian pintu kamar terbuka menampakkan sosok Ara yang sedang menggunakan dress warna biru sambil menghentakkan kakinya berulang-ulang. Seolah-olah ia sudah begitu bosan menunggu terlalu lama.

"Ar-a." Ucap kedua nya serentak dengan terbata-bata.

"Hai Aksa, hai juga Lis." Sapa Ara sambil mengembangkan senyumnya yang terlihat begitu kaku

"Sejak kapan kamu disini?" Tanya Aksa

"Sejak kalian berdua saling mendesah penuh nafsu sambil mengatai-ngatai ku seolah-olah aku lah penjahat yang sebenarnya disini." Jawab Ara masih dengan senyuman nya yang belum juga pudar.

Keduanya langsung menegang di tempat, "Sayang ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan."

"Oh ya? Jadi sebenarnya seperti apa?"

"Sebenarnya--"

"Sebenarnya kita memang harus putus Aksa. Dan selamat berbahagia." Setelah mengucapkan itu Ara langsung melangkah tanpa memperdulikan teriakan Aksa di belakang sana.

"Aku sebagai laki-laki sangat malu dengan tingkah anda yang sungguh menjijikkan itu." ucap Tian sinis dan kemudian langsung mengejar Ara yang sudah jauh di depan sana.

Tak ada tanda-tanda bahwa Aksa mengejar dirinya ataupun sekedar menjelaskan apa yang telah Ara lihat. Dari arah belakang terdengar suara Tian yang sedang berusaha mengejar dirinya itu.

"Ah, mimpi apa aku semalam bisa melihat hal menjijikkan pagi ini." Ucap Ara.

Tian mengajak Ara masuk ke dalam lift dan Ara hanya mengikuti saja. Pikirannya masih pada tempat kejadian itu. Apa yang dilakukan oleh Aksa bersama Lisa sekarang? Apa mereka sedang melanjutkan aktivitas mereka yang sempat terjeda karena ulah dirinya tadi? Semua yang terjadi tepat di hadapannya itu membuat Ara belum bisa menerima semua itu dengan baik.

Ting. Bunyi lift terbuka membuat Tian langsung menyeret Ara untuk keluar dari lift itu. Sedangkan Ara ia hanya mengikuti saja kemana dirinya dibawa karena pikiran nya masih memikirkan tentang kekasih dan juga sahabat baik nya itu yang entah sedang apa saat ini.

Tian membuka pintu dan menyuruh Tiara untuk masuk dan duduk di sofa panjang yang ada di dalam kamarnya itu.

"Ck! Laki-laki brengsek seperti itu masih saja dipikirkan. Jika aku menjadi kau tak akan aku ingat-ingat lagi laki-laki itu, bahkan kalau bisa aku akan membuat dirinya menyesal."

Ara mengangkat kepalanya untuk menatap Tian di hadapannya itu yang sedang memasang wajah mengejek, "Tian ayo kita lakukan itu." Ucap Ara,

"Lakukan apa?" Tanya Tian sambil menaikkan alisnya.

"Astaga, kau terlihat begitu polos padahal kau mengerti apa yang aku maksud. Ayo Tian kita lakukan itu disini."

"Tidak Ara, aku tidak mau."

"Kenapa tidak mau? Apa aku kurang cantik dan seksi?"

"Bukan, bukan seperti itu. Malah kau adalah wanita yang cantik dan seksi. Tapi bukan itu masalahnya sekarang, melainkan aku bukanlah orang bodoh untuk menghabiskan uang 1 Triliun yang ku punya hanya untuk membeli dirimu. 1 Triliun itu sangat banyak Ara."

Sontak saja mendengar jawaban dari Tian itu membuat Ara memasang wajah datar nya.

"Ck! Kau orang pelit ternyata."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status