Share

Pelacur Itu Mantan Istriku
Pelacur Itu Mantan Istriku
Author: AiniRhee

Bab 1. Setelah Lima Tahun

"Kau berselingkuh!"

Mata Allard memerah, urat di lehernya tampak menonjol kala ia membentak seorang wanita yang berstatus sebagai istrinya. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya, bukti betapa marahnya ia saat ini.

Dania menggeleng tegas. "Aku. Tidak. Selingkuh!" Satu persatu kata ia tekankan, matanya tak kalah nyalang menatap sang suami. Merasa jika tuduhan Allard padanya itu tidak benar.

"Heh." Senyum sinis tersungging di wajah Allard. "Masih mau mengelak?" tanyanya remeh.

"Mengelak apanya? Aku tidak berselingkuh, Al! Tidak pernah!" Suara Dania naik, ia bahkan tak peduli jika pertengkaran mereka di ruang tamu ini akan terdengar sampai ke luar.

Allard merasakan darahnya mendidih, kemudian ia mengambil sesuatu yang ia simpan dalam saku celananya. Sedetik kemudian, Allard melemparkannya ke arah Dania hingga benda itu berceceran di lantai.

Beberapa foto Dania yang tampak tidur dengan pria yang berbeda-beda. Total ada 10 foto.

"Lihat!" Allard menunjuk foto-foto itu, tak ada yang menyadari jika tangan Allard gemetar. Nafas Allard naik turun ketika melihat foto-foto yang sukses melukai hatinya. Dania berkhianat.

Wanita 24 tahun itu menggeleng, matanya menatap foto-foto itu dengan terkejut. "Dari mana kau mendapat ini, Al? Ini tidak benar."

Kemudian Dania berjongkok, memungut beberapa lembar foto itu. "Ini editan! Percayalah padaku, Al. Aku tidak mungkin mengkhianati pernikahan suci kita." Dania mengangkat foto itu dengan frustrasi, kemudian kembali melemparkannya ke lantai.

Tangan Dania terulur untuk menggapai lengan suaminya, tapi Allard segera menepis tangan itu. Allard tidak ingin disentuh oleh Dania.

"Kau bilang editan?" desis Allard dengan suara yang gemetar, matanya menyorot tajam sang istri yang telah ia nikahi sejak tiga tahun yang lalu.

"Aku bahkan mengetahui identitas semua pria itu, aku bahkan menemui mereka semua untuk menanyakan kebenaran foto ini. Dan kau tahu apa jawaban mereka? ... Ya, Aku tidur dengannya. Itu kata mereka."

Allard tertawa terbahak-bahak, tapi itu bukan tawa bahagia, itu tawa yang ia paksakan ketika hatinya hancur berantakan.

Wajah Dania berubah pucat, ia menggeleng untuk kesekian kalinya. Air mengalir dari pelupuk matanya. "Aku mohon, Al, ayo kita bicarakan ini dengan kepala dingin. Aku akan menjelaskan semuanya, semuanya tidak benar."

Tawa Allard berhenti. Ia menatap kosong pada lantai. Allard menaikan pandangannya pada Dania yang berdiri di hadapannya. "Ayo ....kita bercerai."

Bagaikan sambaran petir, ucapan Allard barusan berhasil membuat Dania membeku, perlahan air mata yang tadinya mengalir kini semakin deras. Dengan mulut yang bergetar, Dania bersuara. "Al, kau bercanda kan? Kita tidak bisa bercerai begitu saja!"

"Tidak! Kita bercerai Dania. Ayo akhiri semua ini. Aku tidak sudi memiliki istri seorang pelacur." Setelah mengatakan itu, Allard berbalik badan. Dengan penuh amarah dan juga rasa sakit pada hatinya, ia meninggalkan Dania.

Tubuh Dania merosot ke bawah, ia tatap foto dirinya yang berceceran di lantai. Tatapan matanya kosong. "Allard ...."

~~~

5 tahun kemudian ....

Di tengah ingar-bingar club malam, seorang pria duduk dengan mata tertutup. Tangan kirinya memegang segelas whiskey, sedangkan tangan kanannya menyangga keningnya. Tampaknya, ada banyak hal yang ia pikirkan hingga ia harus melarikan diri ke tempat bising ini.

Ada banyak wanita yang terang-terangan menggodanya, wanita-wanita yang menjual tubuhnya demi sejumlah uang. Namun, ia tak tertarik.

"Ada banyak wanita di sini, kau tak tertarik?"

Mata Allard terbuka, tanpa menoleh ia melirik dengan sudut matanya pada seorang teman yang duduk tepat di sampingnya. "Tidak," ujarnya singkat. Tangannya yang menyangga kening ia taruh di atas meja bar. Kembali ia teguk minumannya.

Cakra tertawa. "Setelah perceraian itu, kau seperti gay yang tidak tertarik pada wanita." Sudut bibir Cakra tertarik ketika ia melihat perubahan ekspresi pada wajah Allard, sobatnya itu menatapnya tajam.

"Aku bercanda."

Allard mengalihkan pandangannya pada gelasnya, sorot matanya kosong. Dania ... Mantan istrinya itu, sejak perceraian mereka, Allard tak lagi mendengar kabarnya ataupun mencari tahu tentangnya.

"Tapi, mengherankan kenapa dia berselingkuh. Padahal kau adalah pria baik." Cakra kembali berceloteh, membuat Allard juga menanyakan pertanyaan yang sama dalam hatinya. Kenapa?

"Mungkin karena uang," gumam Allard singkat.

Saat menemui pria-pria yang menjadi selingkuhan Dania, mereka mengaku jika mereka membayar Dania dengan sejumlah uang. Sulit untuk Allard percayai, tapi semua bukti sudah jelas. Bukti foto, transfer uang, bahkan pengakuan dari pria-pria itu. Semua sudah cukup untuk membuktikan jika Dania berselingkuh dan bersikap seperti jalang.

Meski Allard hanya bergumam pelan, Cakra mendengarnya. "Aneh sekali, padahal kau selalu mencukupi kebutuhannya. Aku yakin, kalau dia melihat pencapaianmu sekarang, dia pasti menyesali perbuatannya."

Allard mendengarkan.

"Lihat! Kau punya segalanya. Kekayaan, harta, aset di mana-mana. Ck ck, Dania akan menyesal pernah menyakitimu." Cakra memuji Allard, memuji pencapaian Allard dalam 5 tahun ini. Terlalu sibuk memuji, Cakra tak menyadari jika untuk kedua kalinya ia mendapatkan tatapan tajam yang menghunus dari Allard.

"Jangan menyebut namanya!" desis Allard.

"Oopss. Hehehe, aku minta maaf." Cakra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebuah kesalahan bagi Cakra untuk menyebut nama mantan istri Allard.

Cakra kembali meneguk minumannya, kemudian ia teringat sesuatu. "Ah, aku mendapatkan ini dari kenalanku, cobalah untuk mendapatkan satu wanita. Setidaknya membantumu untuk tidur nyenyak."

Alis Allard bertaut ketika Cakra memberikannya sebuah kartu nama, di sana tertera sebuah nama dan nomor telepon. "Aku tak tertarik," tolaknya.

Cakra berdecak. "Tsk, dapatkan saja satu. Saat ini kau lajang, tak akan ada yang mempermasalahkannya. Mereka punya wanita-wanita terbaik."

Cakra bangkit dari duduknya kemudian menepuk-nepuk bahu Allard. "Aku pergi duluan."

~~~

Seorang pria dengang garis wajah yang tegas duduk di ranjang hotel, tangannya menggenggam ponsel pintar miliknya. Wajahnya tampak suram, ada banyak hal yang ia pikirkan. Tergambar jelas pada wajahnya.

"Aku tak percaya aku melakukan ini," ujarnya.

Yah, Allard tak percaya jika ia akhirnya memesan wanita juga. Siang tadi ia menelpon namor yang tertera pada kartu yang Cakra berikan. Dengan perasaan yang tak yakin, Allard memesan wanita dengan beberapa kriteria. Salah satunya adalah wanita yang memiliki suara halus.

Namun, lihatlah sekarang, keraguan menghampirinya. Wajar saja, Allard tak melakukannya lagi sejak ia bercerai dengan Dania.

Tok tok tok

Pintu kamar hotel ini diketuk dari luar, menginterupsi Allard yang termenung. Mata biru Allard melirik pintu itu, sejujurnya ia tidak tertarik untuk sekedar melakukan seks satu malam dengan pelacur.

"Sial!"

Allard menarik nafas dalam-dalam, menetralkan sedikit emosi yang ia rasakan.

"Aku bisa mengusirnya." 

Langkah kaki membawa Allard ke pintu, dengan sekali tarikan ia berhasil membuka pintu hotel. "Maaf, tapi aku-"

Deg

Mereka saling bertatapan

Untuk sesaat dunia Allard terasa berhenti, ia tidak mendengar apapun seolah-olah semua membias karena kehadiran seorang wanita di depannya. Allard tidak bergerak, kakinya seperti dipaku, lidahnya kelu. Eksistensi seorang perempuan di depannya begitu menyentak perasaannya.

"A-allard?"

Suara indah nan lembut itu mengalun halus di telinga Allard, menyadarkan dari rasa kejut yang menderanya. Sontak ekspresi Allard berubah, menjadi dingin seperti tak tersentuh.

"Dania," desisnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status