Share

Bab 7

Pelakor Itu Tanteku

"Kenapa lagi, Sayang? Aku lihat dari tadi kamu banyak melamun, seperti ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan. Cerita sama aku!"

Aku pasti akan cerita, Mas, tapi bukan sekarang. Nanti kalau aku sudah mendapatkan bukti yang lebih. Aku akan cerita soal pengkhianatan suami bersama tanteku.

"Mas ... kita batalkan saja, ya, makan di luarnya!"

"Lho. Bukannya tadi kamu yang pengen kita pergi berdua?"

Sebenarnya aku tidak pengen, Mas. Aku hanya ingin membuat Tante Lili panas. Aku hanya ingin tahu sejauh mana dia menaruh hati padamu.

"Lain kali saja, Mas."

Mas Pram tiba-tiba memelukku begitu erat. Biasanya aku merasa senang saat Mas Pram ingin bermanja denganku. Tetapi setelah aku melihat kejadian di taman tadi, rasanya jijik saat melihat Tante Lili memegang wajah Mas Pram dengan begitu nakal.

"Mas, aku mandiin Fadil dulu," alasanku agar bisa menghindari kemanjaan Mas Pram yang lebih lagi.

Mas Pram langsung melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Baru jam segini, Sayang. Sebentar lagi lah!"

Aku langsung mengajak Fadil keluar dan meninggalkan Mas Pram di kamar.

Aku berjalan ke kamar mandi belakang untuk memandikan Fadil. Di sana aku melihat Tante Lili sedang meluluri kaki dan tangannya. Dia hanya memakai daster tipis dengan motif kupu-kupu.

"Mau mandiin Fadil, Fa?" tanya tante sembari menggosok kakinya dengan lulur.

"Iya. Tante kenapa luluran di sini? Bukannya biasanya di dalam kamar, ya?"

"Lho. Memangnya kenapa, Fa? Cuma luluran gini. Apa salahnya di sini?"

"Di rumah ini ada Mas Pram, Tan. Apa Tante tidak malu kalau tiba-tiba Mas Pram keluar dan melihat Tante yang hanya memakai daster tipis seperti itu?"

Ha ha ha ....

"Fa ... Fa. Tante ini cuma luluran tangan dan kaki di sini. Kenapa harus malu? Lagian Pram ada di dalam kamar 'kan?"

Sepertinya Tante memang sengaja. Mungkin Tante ingin memperlihatkan tubuhnya yang bersih itu di depan Mas Pram.

"Oh ya, Tan. Apa Tante tidak ingin cari tempat kost atau rumah kontrakan, gitu?"

"Tante belum ada yang cocok, Fa. Lagian rumah ini gede, apa salahnya Tante numpang sementara waktu di sini. Kenapa kamu tiba-tiba tanya seperti itu?"

"Ya ngga apa-apa sih, Tan. Cuma ...," belum selesai aku menjawab, Mas Pram sudah datang.

"Lho. Fadil belum di mandiin juga, Sayang?"

"Belum Pram. Tadi Sifa baru ngobrol sama Tante," ucap tante yang tiba-tiba ikut menyela.

Seketika Mas Pram pun langsung melihat ke arah Tante Lili yang hanya memakai daster tipis dan sedang menggosok kakinya dengan lulur.

Terlihat sekali kalau Tante Lili memang sengaja agar Mas Pram melihatnya.

Aku langsung menuntun Fadil dan beranjak pergi dengan sikap kesal yang tidak bisa kututupi.

"Sayang, kamu kenapa?"

Aku hanya diam dan mengajak Fadil ke dalam kamar. Rasanya ingin sekali mengatakan apa yang sudah ku ketahui antara Mas Pram dan Tante Lili.

Tetapi aku harus bisa menahan keinginanku itu. Aku masih ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang hubungan mereka.

Aku langsung memandikan Fadil di kamar mandi dalam tanpa menjawab pertanyaan Mas Pram.

-

-

Selesai mengurus, Fadil. Aku meminta Mas Pram untuk menjaganya.

"Mas, aku mau mandi dulu," terangku dan langsung masuk ke kamar mandi.

Baru saja membuka kancing baju, aku teringat Mas Pram dan Tante Lili. Aku takut kalau Mas Pram keluar kamar untuk menemui Tante Lili.

Gegas aku keluar dengan beberapa kancing baju yang sudah terbuka.

"Mas, Mas Pram. Fadil," teriakku karena mereka sudah tidak ada di kamar.

Mas Pram yang sedang berjalan langsung menoleh ke arahku dan menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Mas Pram sambil menutup kancing bajuku yang sudah terbuka.

"Mas, kamu dan Fadil di kamar saja, ya! Nungguin aku sampai selesai mandi!"

Mas Pram tidak bertanya kenapa. Tetapi dia menatapku dengan wajah penasaran.

Akhirnya Mas Pram menungguku sampai selesai mandi. Dia langsung menatapku saat baru keluar dari kamar mandi.

"Sebenarnya ada apa denganmu, Sayang? Jujur! Aku merasa ada sesuatu yang sedang kamu sembunyikan dariku."

"Tidak apa-apa, Mas. Aku tidak apa-apa," jawabku reflek dengan nada tinggi.

Mas Pram menurunkan Fadil dari pangkuannya dan mendekatiku yang sedang duduk di kursi meja rias.

"Kamu bersikap tidak seperti biasanya. Kamu istri yang selalu jujur selama lima tahun mendampingiku. Bicaralah! Kalau memang ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiranmu."

Aku seperti ini karena kalian. Kalian telah melukai perasaanku. Entah sejak kapan kalian menjalin hubungan terlarang ini, yang pasti aku harus memastikan semuanya.

Tok tok tok ....

Ada yang mengetuk pintu kamar.

Itu pasti Tante Lili.

"Aku saja yang buka, Mas."

Aku membuka pintu dan melihat Tante Lili yang masih memakai daster tipisnya.

"Ada apa, Tan?"

"Kamu jadi menitipkan Fadil sama Tante?" tanya tante dengan mata yang tertuju ke dalam kamar.

Aku biarkan saja sikap Tante seperti itu. Seolah tidak tahu kalau Tante Lili sedang menatap Mas Pram dari depan pintu.

"Tidak, Tan. Sifa dan Mas Pram ingin di rumah saja. Kasihan Fadil kalau ditinggal."

"Oh, ya sudah." jawab tante, dia pergi begitu saja.

Aku melihat Mas Pram yang sedang sibuk dengan ponselnya tiba-tiba keluar dari kamar dengan mengajak Fadil.

"Mas, mau ke mana?" tanyaku memastikan.

"Keluar, Sayang. Kenapa?"

Tidak mungkin aku melarang Mas Pram keluar dari kamar agar dia tidak bertemu dengan Tante Lili di rumah ini.

"Aku akan segera menyusul setelah ganti baju, Mas," terangku.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status