Share

Kendaraan Tercepat

"Selanjutnya kamu akan pergi ke mana Mba? Apa ada paman atau saudara lain yang bisa ditemui? Kamu akan saya antar ke sana!" kata Agam.

Mereka tengah duduk berdua di teras rumah Rayu sejak satu jam yang lalu. Tidak ada percakapan serius di antaranya, yang ada hanya keheningan saja karena Rayu tampak seperti orang yang sedang berpikir sesuatu.

"Tidak ada! Papa dan Mama dua-duanya adalah anak tunggal, tidak ada siapa-siapa lagi di keluarga kami. Sekarang aku hanya seorang diri," jawab Rayu tegas.

Jawaban itu nampaknya jadi hal yang serba salah bagi Agam. Karena dia tidak bisa begitu saja meninggalkan Rayu sendiri begitu saja tanpa ada wali yang lebih jelas. Bisa saja oara penyusup itu datang lagi dan mengancam jiwa Serayu.

"Lalu .... tujuan Mba mau ke mana sekarang? Biar saya antar!" 

Rayu tak langsung menjawabnya. Mungkin dia masih membutuhkan waktu lebih banyak lagi untuk berpikir ke mana dia akan pergi kali ini. 

"Aku akan berpikir dulu hari ini, tolong kakak pulang saja dan kembali besok. Besok akan aku beri jawaban ke mana aku akan pergi."

Agam mengangguk, "baiklah jika itu maumu. Tapi tolong jangan pergi sendirian ya, hubungi nomor telepon ini jika kamu perlu sesuatu. Saya akan segera ke sini saat kamu memanggil saya," sahut Agam lagi sambil menyerahkan kartu nama miliknya.

"Iya aku paham." Rayu mengambil kartu nama itu.

Agam menatap wajah Rayu yang pucat namun terlihat amarah dan kekesalan yang menyelimutinya. Dia rasa, jika meninggalkan Rayu sendirian itu akan sangat berbahaya. 

"Rayu, tak bisakah kamu ikut dengan saya? Engg, bukan begitu maksud saya...."

Rayu tampak keheranan dengan pernyataan dari Agam, dia mengerenyitkan keningnya.

"M-maksud saya, saya hanya gak tenang meninggalkan Mba sendirian di sini. Saya takut akan ada penyusup lain yang datang dan melakukan hal jahat lagi," terang Agam. Akhirnya Rayu paham apa maksudnya.

"Tenang saja, tidak akan ada yang datang. Mama dan Papa udah gak ada, target mereka sudah hilang. Apalagi yang mau mereka cari?" 

"Tapi saya yakin, jika mereka tahu Mba masih hidup, apa ada kemungkinan mereka mengincar Mba juga?" tanya Agam lagi.

"Benar, tapi sudah lah! Jangan menghawatirkan aku. Pergilah, kembali lagi besok. Besok akan aku beri tahu ke mana aku harus pergi, tolong aku ingin sendirian hati ini!" pinta Rayu.

Dan Agam tidak punya pilihan lain selain mengikuti keinginan Serayu, dia juga tidak punya hak ikut campur lagi. Kekhawatirannya dicukupkan sampai sini saja.

"Baiklah, jaga diri ya Mba. Besok saya akan kembali lagi."

Rayu mengangguk mengiyakan ucapan Agam. Rasa marah yang menyelimutinya saat ini, sampai membuatnya sulit untuk mengucapkan terima kasih pada Agam. Rayu hanya membiarkan Agam pergi begitu saja tanpa ucapan apa-apa lagi.

**

Rayu masuk ke dalam rumahnya, dan dia pun berjalan menaiki tangga lalu masuk ke ruangan kerja Papanya.

Di ruangan yang sangat berantakan itu, Rayu melangkah menuju meja komputer dan menyalakannya. Dia mencari tahu seluk beluk tentang perusahaan Golden Ang yang sudah memporak-porandakan hidupnya saat ini.

Ternyata menurut pencarian, perusahaan elite itu dipimpin oleh seorang laki-laki bernama Hary Hartawan, pria kelahiran tahun 1960 itu mendirikan sebuah perusahaan yang sudah sukses beberapa tahun lalu.

Menurut keterangan, Golden Ang memang sudah bersaing dengan Addara beberapa bulan terakhir ini. Mereka marah karena telah kalah. 

"Sialan! Mereka membunuh orang tuaku hanya demi bisnis? Bajingan!" umpat gadis itu.

Tak sampai di situ, Rayu juga mencatat informasi bahwa Pak Hary sudah kehilangan istrinya dan saat ini hanya memiliki seorang putri bernama Maureen Hartawan dan siapa ini? Rayu terkejut melihat satu pimpinan polisi yang menjadi tim sukses Hary saat mencalonkan dirinya menjadi anggota DPR. 

"Gunadi Setyo?" Rayu mengucap nama itu di dalam hatinya. "Apa jangan-jangan polisi ini yang membereskan TKP pembunuhan terhadap Papa dan Mama?"

Rayu semakin dibuat overtingking karena di bawah pimpinan Hary Hartawan banyak sekali orang-orang yang terlibat, termasuk anak buahnya yang bernama Vincent yang kemarin membunuh Papa dan Mamanya.

"Akan ku catat nama kalian! Akan ku balas perbuatan kalian pada kami. Ingat! Begitu kalian menggenggam tanganku, aku akan menyeret kalian ke dalam neraka terpanas." Serayu mengecam pelaku-pelaku itu dan mencatat namanya serta latar belakangnya satu-satu. 

Entah apa rencananya, yang jelas dia harus bangkit dan minimal memiliki kekuasaan, agar bisa melangkah lebih banyak.

Setelah mengumpulkan informasi itu, ia berjalan ke arah dinding tepat di mana foto keluarga dirinya terpajang di sana. Rayu memperhatikan foto itu dengan sebuah amarah yang meletup-letup.

Foto dengan hiasan senyuman itu kini tidak bisa didapatkan lagi. Yang tersisa hanyalah, bagaimana caranya membalas penderitaan ini kepada mereka semua.

"Tunggu Rayu besar Ma, Pa! Sampai saat itu tiba, Rayu akan mengembalikan nama baik Papa dan keadilan buat kalian. Rayu akan memusnahkan orang-orang jahat itu!" ucap Serayu sambil menatap lekat foto di depannya itu.

**

Suara jangkrik malam terdengar nyaring di keheningan suasananya. Bersamaan dengan Rayu yang terbangun ketika ada seorang wanita yang tiba-tiba mendatangi dirinya.

"Siapa kamu?" Karena takut, Rayu menarik selimutnya dan segera menjauhi perempuan itu.

"Jangan takut, karena kita sedang dalam perahu yang sama," kata si perempuan yang sama sekali tak diketahui identitasnya.

"Ma-maksdu anda?" Rayu juga masih tak bisa berpikir atau minimal menemukan jawaban nama dari perempuan di depannya itu. Wajahnya benar-benar asing.

"Ini alamat persembunyian saya. Jika kamu ingin mencaritahu lebih jauh tentang identitas saya, silakan datang ke tempat ini. Saya yakin kamu pasti satu tujuan dengan saya saat ini!"

Rasa ketakutan itu berubah menjadi rasa penasaran yang luar biasa. Bagaimana bisa perempuan itu sangat tahu persis perasaannya saat ini. "Apa jangan-jangan perempuan ini mau menjebak aku? Apa dia bagian dari Golden Ang? Tapi wajahnya tak aku temukan di laman pencarian tadi. Siapa dia?" serunya dalam hati.

"Aku mengerti kamu masih belum paham dan bertanya-tanya apa maksud saya. Jadi singkatnya begini! Saya kehilangan anak saya karena Golden Ang, dan saya menanti saat-saat bisa membalas dendam pada mereka. Saya tahu Pak Hendra, saya tahu perusahaan Addara yang hampir mengalahkan Golden Ang, saya mencari semua informasi yang berkaitan dengan perusahaan sialan itu. Jadi, begitu saya ke sini dan menyaksikan tragedi yang menimpa keluarga kalian, saya yakin kamu pun dalam tujuan yang sama saat ini," terangnya.

Membuat Serayu semakin paham dan mulai berempati pada pernyataan wanita di depannya itu.

"Untuk lebih jelasnya, saya akan ceritakan saat kamu datang ke alamat ini. Ini tiket pesawatnya. Saya tunggu di sana."

Rayu melihat sebuah amplop tiket pesawat.

Begitu perempuan itu hendak berdiri, Rayu menahan tangannya, "bolehkah aku percaya padamu Bu? Aku sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi saat ini!" ujarnya.

Perempuan itu menoleh dan memegang kedua bahu Serayu, "saya tidak bisa dipercaya. Tapi setidaknya saya adalah harapan terakhir yang kamu miliki sekarang. Satu-satunya kendaraan yang bisa mengantar kamu ke atas sana adalah saya," ucapnya lagi. Dia melepaskan tangan Serayu lalu pergi meninggalkan gadis itu sendiri.

Serayu kembali bimbang, apakah dia harus mengambil kendaraan itu, atau memilih kendaraannya sendiri. Yang jelas, untuk sampai ke atas dia perlu sesuatu yang cepat.

Rayu mengambil kertas amplop itu dan melihat alamat yang tertera di sana. 

"Desa Batuah, Muara Kaman Kalimantan Timur."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status