(Rumah Blanca milik Darwin.)
"Berita terkini. Pemirsa, perlu anda ketahui bahwa saat ini saham dari perusahaan ternama di Indonesia yakni Golden Ang mengalami penurunan yang cukup signifikan, hingga kabarnya perusahaan elite itu mengalami kerugian cukup besar. Menurut data, kerugian ditaksir mencapai 2 triliun rupiah. Investasi yang gagal itu digadang-gadang karena perusahaan yang berada di Amerika Serikat menolak untuk bekerja sama dengan Golden Ang."
Clara mematikan saluran televisi yang baru saja ditayangkan oleh sebuah stasiun berita eklusif yang disaksikan dirinya dan kekasihnya.
"Apa kau kecewa dengan hasilnya? Bukankah hal ini yang ingin kau dengar Tuan Darwin Charlos?" tanya Clara sambil menaruh kembali remote control yang dia pegang di atas meja.
Darwin meraih tubuh Clara hingga wanita itu jatuh dalam pangkuannya.
"Sedikit! Aku hanya kecewa, kenapa berita tadi tidak mengatakan bahwa Xeon Company yang berhasil melumpuhkan perusahaan jahat itu?"
Clara terkekeh, "kalau begitu, identitas kita akan terbongkar dan itu akan celaka!"
"Tidak! Selama kita bersama, tidak akan ada yang celaka."
Darwin meraih tengkuk Clara, lalu dia kecup dengan permainan lidah yang lihai. Dan kecupan itu dibalas dengan sepadan oleh Clara, tangannya pun aktif membuka resleting celana milik Darwin, hingga sekejap kemudian keduanya berada dalam paduan keringat yang memabukkan.
"Aku mencintaimu Clara, sungguh. Aku rela melakukan apapun demi hubungan kita," bisiknya dalam pacuan yang bersemangat.
Sedangkan Clara terdiam! Dia memandang wajah Darwin yang polos.
Ya, baginya laki-laki itu sangat polos sekali. Buktinya, Darwin sangat tertipu dan tak menyadari bahwa Clara bak menyerupai ular licik yang sedang berusaha menancapkan bisa mematikan pada tubuh laki-laki itu.
Clara jelas wanita yang pintar. Dia penuh ambisi dan sedang menjalankan misi balas dendam atas penderitaannya di masa lalu. Jalan satu-satunya yaitu dengan mendekati pendiri perusahaan Xeon Company, sekaligus menantu dari pemilik Golden Ang yang pernah terlibat masa lalu menyeramkan dengan dirinya. Clara rela menjelma menjadi wanita simpanan dari Darwin Charlos demi mencapai tujuannya.
"Tidak akan ku sia-siakan perjuanganku yang panjang ini hingga mampu membuat mereka berlutut dan memohon ampun. Pembalasan dendam ini harus diterima kontan oleh pelakunya."
Clara mengerang penuh kenikmatan saat berkali-kali Darwin melayangkan pacuan kudanya dengan jantan. Wanita itu bahkan sampai rela melakukan hubungan badan dengan siapa saja, asalkan dendamnya terbalaskan.
**
Malam ini, mereka menjadi pemenang malam yang syahdu. Setelah otot-otot yang menegang itu mulai melemah, keduanya pun tertidur lemas dibalik balutan selimut tebal di sebuah rumah rahasia tempat mereka bertemu.
"Apa yang akan kau lakukan terhadap Bian? Apa kalian akan bercerai?" tanya Darwin mengelus lembut pipi wanitanya.
"Aku belum menemukan alasan yang tepat kan kataku? Tunggulah, aku juga harus memikirkan bagaimana perasaan Vania jika orang tuanya bercerai," jawab Clara. Tangannya cantiknya juga menari manja di atas sebuah gundukan bulu-bulu tipis yang tumbuh di dada bidang milik selingkuhannya itu.
"Aku! Aku yang akan mencari cara agar Bian menggugat cerai kau Clara, tunggu sampai hari itu datang. Jangan pernah meninggalkan aku."
Clara tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang begitu indah. "Urus dulu istrimu wahai Tuan Darwin, aku juga tidak ingin selamanya menjadi wanita simpanan mu, aku ingin berdiri dengan percaya diri menjadi istrimu."
"Tunggu sebentar lagi, aku akan menyelesaikan semuanya dan membuat kau menjadi wanita nomor satu di Jakarta."
"Baiklah, akan aku tunggu," sahut Clara lagi lalu menjatuhkan wajahnya di dada bidang tersebut.
Darwin pun sangat paham apa maksudnya dan segera melingkarkan lengannya dan menyembunyikan wajah Clara dalam pelukannya.
"Besok aku akan menjelaskan kepada istriku tentang keberadaan ku malam ini."
"Uhm, kalau begitu aku juga! Aku harus tetap bersikap baik dan seakan tidak terjadi apa-apa pada kita.
"Apa itu sulit?"
"Tidak! Kalau sulit, aku tidak akan ada di pelukan anda sekarang ini Tuan Darwin!"
"Aku begitu mencintaimu Clara, jangan pernah meninggalkan aku!"
***
(Kediaman Maureen Hartawan.)
Praak!!!!
"Brengsek! Apa kalian begitu bodoh hingga tak ada satupun yang mampu melacak keberadaan suamiku? Cepat Cari dia atau kalian akan aku bunuh! Arrrgghh!!" kecam seorang wanita yang tengah membanting barang apapun yang ada di hadapannya, hingga banyak serpihan yang berserakan di lantai.
Dia amat murka karena di tengah situasinya yang sedang kacau, suaminya justru menghilang dan tidak bisa ditemukan.
Maureen sangat marah dan memerintahkan kepada seluruh ajudan di rumahnya untuk berusaha melacak keberadaan Darwin, yang telah menghilang sejak tiga jam yang lalu.
"Nyonya, saya mohon jangan bergerak. Pecahan kaca itu dapat melukai telapak kaki Nyonya," ucap salah satu sekretaris pribadinya yang sejak tadi menjadi saksi betapa beringasnya Maureen melempar barang-barang.
"Aku menyuruh kamu mencari Darwin, bukan mencemaskan aku!" Plak!! Sebuah tamparan keras justru telah jatuh di pipi sekretaris tak bersalah itu, hingga sebuah bekas tanda merah terlihat di sana.
"Maafkan saya Nyonya, saya akan coba melacak kembali keberadaan Tuan!" sahutnya dan membungkuk mengambil ponselnya lalu menghubungi siapapun yang dipikirnya berhubungan dengan Tuan Darwin.
"Pak Adam, tolong katakan di Mana Tuan Darwin, Nyonya sangat marah besar dan ingin bertemu dengan beliau, cepat kata..."
Ponsel itu seketika direbut oleh Maureen yang sedang emosi, "katakan padanya, aku akan menyakiti Sheila kalau dia tidak pulang saat ini juga! Aku akan melakukan hal lebih buruk jika suamiku tidak muncul SAAT INI JUGA!!!!"
Bukannya dikembalikan, ponsel milik sekretaris nya itu malah dilempar ke atas permukaan lantai hingga terpental jauh. Mungkin saja nasib ponsel itu sudah mirip dengan pecahan kaca dari benda-benda lainnya.
"Aku akan membunuhmu!" Emosi itu tampaknya sudah tak bisa dibendung lagi oleh Maureen.
Ditengah siksaan dari ayahnya, ia juga harus mendapat perlakuan buruk dari suaminya. Satu bulan ini, siksaan bertubi-tubi datang padanya dan membuat kesabarannya terus terkikis dan hampir habis.
"Siapa yang sudah menyebabkan kehidupan ku yang damai menjadi kacau seperti ini! Akan ku pastikan orang itu mendapat ganjaran setimpal karena berani menyentuh kehidupanku yang berharga ini. Akan ku buat hidupnya seperti di neraka!"
Vas bunga yang tidak bersalah itu kembali terlempar di permukaan lantainya.
Tapi lucunya, sangat berbanding terbalik bagi Clara. Di saat Maureen meregang emosi karena hidupnya yang kacau, Clara malah tengah menikmati pelukan hangat dari laki-laki yang keberadaannya sedang dicari-cari Maureen saat ini.
Sebetulnya, apakah benar hanya Darwin yang diinginkan Clara? Atau justru ada tujuan yang lain lagi?
Yang jelas, Maureen adalah alat yang Clara gunakan untuk bisa mencapai tujuan utamanya selama 15 tahun ini. Maureen atau pun Darwin adalah suami istri yang sudah berada dalam genggaman tangannya. Antara sulit dan mudah, nyatanya ambisi itu mampu membawa Clara hingga di titik ini.
"Dendam itu ibarat sebuah luka. Ada yang cepat sembuhnya ada juga yang lama. Masing-masing luka mempunyai obat tersendiri yang paling ampuh untuk menyembuhkannya. Namun bagiku, luka ini begitu lebar hingga membusuk di dalam hati. Kira-kira, obat apa untuk luka yang sudah membusuk?" -Clara atau dia juga menyebutn diriya sebagai Serayu.
***
"Apa yang kau lakukan di sini sayang? Bukannya udara cukup dingin?" Darwin tak sengaja menemukan kekasihnya berada di balkon rumah tempat persembunyian mereka. Meski menggunakan mantel yang tebal, angin dingin masih terasa menusuk kulit."Aku sedang memikirkan sesuatu sayang," serunya."Apa?" tanya pria itu dengan spontan."Masa lalu!" jawab Clara cepat."Ada apa dengan masa lalu mu?""Kau yakin ingin mendengarnya?"Darwin tampak serius menatap Clara. Akankah wanita itu benar-benar menceritakan masa lalunya pada Darwin?**(15 Tahun Yang Lalu.)"Ma, Mama? Rayu? Jawab Papa, kalian di mana?" Seorang laki-laki paru baya tengah kebingungan menelusuri rumahnya, mencari dua anggota keluarganya yang tidak kunjung dia temukan. Sepulang kerja, laki-laki itu memang tergesa-gesa untuk segera bertemu dengan anak dan istrinya, karena Hendra hanya ingin memastikan keadaan anggota keluarganya masih dalam keadaan baik-baik saja. Selepas mendapat sambungan telepon misterius, Hendra yang berada di ka
"Benarkah? Kamu akan membawakan aku stempel Papa mu? Waw, amazing! Terima kasih kalau begitu."Akhirnya Rayu memainkan instingnya.Penyusup itu dengan mudah percaya dan memberikan isyarat pada anak buahnya untuk segera melepas tali ikatan pada kaki dan tangan Rayu."Heh Hendra, anak anda ternyata lebih baik dari dugaan aku. Dia membuat pilihan yang tepat!" pungkasnya yang entah seperti berbicara dengan siapa. Pasalnya, jasad Hendra sudah terbujur lemah di lantai tak sadarkan diri dan tidak bisa disebut sebagai lawan bicara."Sudah Bos!" ucap anak buah penyusup itu. Dan terlihat tubuh Rayu yang sudah berusaha berdiri meskipun ia merasa kesakitan di bagian lututnya."Dengar! Aku membiarkan kamu bebas hanya untuk mengambil barang itu. Setelah dapat, segera kembali dan serahkan padaku, paham!!" gertaknya sebelum benar-benar mengizinkan Serayu melangkah keluar dari ruangan kedap suara itu.Melalui tatapan dingin yang menusuk tajam, Serayu mengangguk serta berkata "Iya." Dengan sangat lanta
"Bos! Aku dapat stempelnya. Ternyata dia taruh di lemari anak gadisnya itu!" teriak salah satu preman sambil memamerkan stempel berharga itu di tangannya.Seluruh isi rumah yang tersusun rapi, dalam sekejap berubah menjadi amat berantakan akibat ulah para preman yang menyusup itu."Bagus! Ayok kita segera pergi. Tinggalkan anak ini, nafasnya juga sudah tersengal-sengal, mungkin sebentar lagi dia mati.""Betul, kita harus pergi sebelum ada orang lain yang datang."Bos dan para anak buahnya bergegas naik ke dalam mobil mereka dan menancap gas untuk pergi meninggalkan lokasi rumah itu. Vincent meraih ponselnya dan memberikan laporan terkini pada atasannya."Halo Pak, stempel milik Pak Hendra sudah ada di tangan saya. Kini selangkah lagi, kita bisa menyingkirkan perusahaan kecil itu dan saatnya membuat Golden Ang jaya!" kata si Bos penyusup itu dalam sambungan teleponnya."Bagus! Lalu bagaimana dengan mereka?""Sudah ditangani. Besok Pak Gunadi akan datang ke TKP dan menetapkan bahwa keba
"Selanjutnya kamu akan pergi ke mana Mba? Apa ada paman atau saudara lain yang bisa ditemui? Kamu akan saya antar ke sana!" kata Agam.Mereka tengah duduk berdua di teras rumah Rayu sejak satu jam yang lalu. Tidak ada percakapan serius di antaranya, yang ada hanya keheningan saja karena Rayu tampak seperti orang yang sedang berpikir sesuatu."Tidak ada! Papa dan Mama dua-duanya adalah anak tunggal, tidak ada siapa-siapa lagi di keluarga kami. Sekarang aku hanya seorang diri," jawab Rayu tegas.Jawaban itu nampaknya jadi hal yang serba salah bagi Agam. Karena dia tidak bisa begitu saja meninggalkan Rayu sendiri begitu saja tanpa ada wali yang lebih jelas. Bisa saja oara penyusup itu datang lagi dan mengancam jiwa Serayu."Lalu .... tujuan Mba mau ke mana sekarang? Biar saya antar!" Rayu tak langsung menjawabnya. Mungkin dia masih membutuhkan waktu lebih banyak lagi untuk berpikir ke mana dia akan pergi kali ini. "Aku akan berpikir dulu hari ini, tolong kakak pulang saja dan kembali b
"Kalimantan? Kamu yakin akan pergi sejauh itu?" Agam terpekik ketika mendengar pernyataan dari Rayu bahwa dia akan pergi ke Provinsi Kalimantan Timur. Pasalnya, Agam mendengar sendiri kemarin bahwa Rayu tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Papa dan Mamanya.Jadi, jika harus pergi melintas pulau lain, siapa yang akan dia temui? Dan bagaimana kehidupannya nanti?"Iya benar, aku akan ke sana. Aku tidak mau berlama-lama lagi, jadi ku pikir aku lebih baik pergi besok hari," sahut Rayu. Tak perlu ia menjelaskan apa-apa lagi pada Agam. Dia tak bisa menceritakan siapa perempuan yang tadi malam datang padanya."Aku juga harus pergi sejauh mungkin agar Golden Ang tidak bisa melacakku. Kalau kenluar negeri, aku butuh paspor dan untuk membuat itu tidak bisa cepat. Jadi aku rasa ke Kalimantan dulu adalah pilihan yang tepat," sambung Rayu lagi."Sebentar! Tapi di sana kamu hidup sama siapa Mba? Ada tempat tujuan?" Agam masih penasaran.Ketahuilah, Agam adalah satu-satunya laki-laki yang amat khaw
(Tahun 2012)Pesawat yang sedang membawa seluruh penumpang dari bandara Sepinggan Balikpapan, menuju Bandara Soekarno-Hatta Jakarta telah lepas landas setengah jam yang lalu.Saat ini Serayu telah berumur 22 tahun."Kamu siap menghadapi kehidupan kita ke depan? Ingat, sekarang nama kamu bukan lagi Serayu, tapi Clara. Mainkan identitas kamu sebagai wanita yang memiliki pesona tinggi agar bisa menarik hati laki-laki itu!""Baik Bu," jawabnya lirih.Tak ada tujuan lain bagi mereka berdua untuk membalas semua perbuatan perusahaan yang biadab itu.Dia bukan lagi anak dari profesor Hendra dan Karin, sekarang dia adalah anak satu-satunya dari perempuan yang bernama Rosalina. Entah apa yang telah dipersiapkan oleh mereka berdua, yang jelas Serayu dan Laura telah melewati masa-masa tersulit dalam hidupnya untuk mencapai tahap ini. **"Hai, saya Bian Hartanto. Kamu Clara kan?" ucap satu pria yang menemui Clara di sebuah kafe setelah mereka sepakat untuk bertemu di sana. Bian, adalah target p
"Oh ya Mas? Nyonya besar yang sering dibicarakan itu? Aku justru penasaran bagaimana tampangnya, pasti dia cantik sekali," ujar Clara yang kembali memainkan aktingnya."Iya sayang, Nyonya besar itu sangat cantik. Aku beberapa kali pernah melihatnya di kantor saat beberapa kali berpapasan dengan pimpinan. Dia berwibawa sekali, pokoknya auranya memancar dan pantas sekali jadi orang kaya. Tapi ya itu, kadang tempramental dan suka marah-marah," katanya lagi.'Pimpinan? Apa yang dia maksud adalah Tuan Darwin?' tanya Clara dalam hatinya."Beruntung sekali ya, tapi aku tidak mau. Cukup menjadi istri Mas saja udah membahagiakan buat aku, apalagi bersama Vania."Bian mengecup pipi Clara sebagai ucapan terharunya."Oh ya Mas, pimpinan Golden Ang itu seperti apa? Dia orangnya cuek ya pasti?""Pak Darwin ya? Ya begitulah, dia berkarisma, dingin, penuh ambisi dan menggunakan segala cara untuk meraih keinginannya. Ada apa kok kamu bertanya tentang pimpinan?" tanya Bian. Clara langsung mengubah ekpr
"Rupanya wanita itu, anak perempuan yang dibanggakan oleh si Hary Hartawan? Bagus, aku tak perlu lagi bermain dengan lelah untuk menggaet targetku. Dia sudah berdiri di depan mata."Semua mata jelas sekali tertuju pada wanita itu. Siapapun yang melihatnya, baik dia lelaki atau wanita semua pasti akan jatuh cinta dengan pesonanya. Tapi tidak untuk Tuan Darwin, suaminya yang justru setiap malam sering menghabiskan waktu di bar musik itu."Terima kasih sudah menyambut saya, silakan duduk kembali," ucap perempuan berwajah sinis itu lalu dia duduk di sofa paling depan.Dan para ibu-ibu itu duduk kembali untuk mendengar sambutan pembukaan dari kepala sekolah."Saya haturkan rasa terima kasih yang banyak pada ibu-ibu sekalian yang telah mempercayai sekolah kami untuk membimbing putra-putrinya. Saya rasa, angkatan tahun ini adalah yang terbaik karena kita bertemu dengan anak dari salah satu pendiri sekolah ini. Namanya, Sheila Charlos Hartawan. Putri dari pasangan Ibu Maureen dan Bapak Darwin