Masuk“Apa katamu? Coba ulangi lagi apa yang kamu katakan tadi,” sergah Baskoro. Ia yang tadinya membelakangi Zoe, kini memutar tubuhnya menatap Zoe dengan binar kebencian.“Jadi kamu ingin melihat Ayahmu mati!” seru Biskoro.Zoe menggusar rambutnya yang terurai ke belakang. “Lalu Ayah ingin melihatku mati. Jika Ayah masih terus berjudi maka aku yang akan mati Ayah…,” lirih Zoe. suaranya terdengar pilu.“Aku mohon berhentilah berjudi, Ayah,” mohon Zoe memelas. Sisa-sisa air matanya masih tertinggal di pipinya.Baskoro tidak menjawab pria itu justru mengingatkan kembali tujuannya datang menemui Zoe. “Aku tunggu uang darimu esok lusa. Jika kamu tidak memberinya aku akan mendatangi tempat tinggalmu yang sekarang.”Tidak ada jawaban yang diberikan oleh Zoe, wanita itu hanya menatap punggung ayahnya yang sudah berjalan menjauh.Zoe menghela napas panjang dan beratnya. Tangannya bergerak membuka salah satu aplikasi mobile banking. Tangannya mengelus dadanya saat melihat jumlah saldo di rekeningny
“Kamu yakin tidak mau ikut?” tanya Xavier. Pagi ini dia akan mengunjungi ayahnya lagi.Zoe menggeleng. “Hari ini aku akan pulang ke kontrakan. Aku ingin mengambil beberapa barang yang masih ada di sana.”“Baiklah kalau begitu. Nanti pulangnya akan aku jemput. Tunggu aku di sana,” kata Xavier.Zoe mengangguk. Ia mengecup singkat bibir Xavier. Namun pria itu justru memperdalam ciumannya.Zoe memukul beberapa kali dada Xavier, agar melepaskan ciuman mereka.“Cepatlah pergi. Mamamu pasti sudah menunggu,” kata Zoe.Xavier mengangguk. Ia segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan halaman rumahnya.Zoe terus melambaikan tangannya hingga mobil Xavier tak terlihat. Zoe langsung masuk ke dalam, mengambil tas dan dompetnya lalu turun ke bawah. “Nona, Tuan ingin saya mengantarkan Anda,” kata petugas keamanan yang bekerja di rumah Xavier.“Tidak perlu Pak, saya bisa naik angkutan umum,” tolak Zoe lembut.“Tapi Nona….”“Saya yang akan bicara dengan Xavier. Anda tidak perlu takut,” potong Zoe.Zo
Mata Xavier memerah. Pria itu langsung membawa Zoe pulang setelah puas melayangkan tinjunya pada Adam. Xavier murka, bibirnya baru terbuka ketika mereka sampai rumah. Disepanjang jalan, pria itu sama sekali tidak membuka mulutnya. Xavier juga mengendarai mobil dengan ugal-ugalan.“Apa kata-kataku kurang jelas. Bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku tidak suka dengan Adam, lantas kenapa kamu masih saja berduaan dengannya!” omel Xavier panjang lebar.“Apa kamu suka dengannya?!” seru Xavier.Zoe menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Xavier. Matanya menatap takut-takut pria di depannya ini. Xavier tersenyum miring. Ia mendekat, merengkuh pinggang Zoe. “Kamu tahu, tubuhmu adalah milikku. Dan hanya aku yang bisa membuatmu merasa puas, Angel.”Zoe menelan ludahnya pelan. Tenggorokannya mendadak lupa cara untuk menelan. Kata-kata yang diucapkan oleh Xavier membuat bulu kuduknya meremang.“A–aku tahu,” sahut Zoe tergagap.“Aku dan Adam hanya berbincang tadi. Dia tidak sengaja melihatk
Mulut Zoe mengangga. Matanya melebar tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nora. restu yang diinginkannya kini sudah didapatkannya.Begitu juga dengan Xavier, pria itu sempat tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh mamanya. Hubungan keduanya memang buruk sejak Xavier kecil. Pria itu takut jika ini hanyalah kebohongan belakang.“Apa Mama yakin?” tanya Xavier langsung.Nora mengangguk mantap. “Mama ingin keliling dunia dan tinggal di satu tempat yang tidak ada bayangan papamu. Mama sudah lelah dengan semuanya, dan mama ingin mengakhiri semua ini.”Xavier mengernyitkan dahinya. “Maksud Mama?” Nora mengambil napas berat dan panjang. Ia tersenyum manis sebelum bicara. “Mama akan bercerai dengan papamu.”Xavier menelan ludahnya susah payah. Dulu mamanya tidak pernah mau mengakhiri hubungannya dengan papanya, meski banyak orang yang menentang hubungan mereka. Dan sekarang setelah semuanya berjalan begitu lama, Nora ingin berpisah dengan Dimitri.Zoe menatap dimitri yang masih belum
“Liliana tolong bantu saya memasukkan makanan yang tadi sudah saya masak ke dalam kotak bekal ya,” perintah Zoe. Nadanya lembut dan sopan.Liliana mengangguk. “Memangnya mau dibawa kemana Nona? Tidakkah ini terlalu banyak?” sahut LIliana.Zoe tersenyum manis. “Aku akan membawanya ke rumah sakit. Semalaman Tante Nora menjaga suaminya sendirian, pasti dia tidak sempat makan,” terang Zoe masih dengan senyum mengembangnya.Liliana tersenyum. “Apa ada kabar baik kemarin saat Nona ikut tuan muda ke rumah sakit?” tanya Liliana penasaran. Pagi ini wajah nona pemilik rumah ini begitu cerah dan bahagia.“Kamu tahu Liliana, Tante Nora meminta maaf kepadaku kearin. Dan aku rasa hubungan kami akan membaik. Kemarin dia bahkan menggandeng dan memelukku.” Zoe bercerita dengan senyum penuh kebahagiaan.Liliana ikut tersenyum rasanya senang mendengar Zoe bisa berbaikan dengan Nora. Zoe selalu merasa minder dan tersisihkan saat Nora berkunjung kemari. Tidak ada sapaan lembut ataupun perlakuan baik yang
“Aluna, dia hamil anak papa!”Nora kehilangan pijakannya. Seluruh badannya terasa lemas, tubuhnya bahkan hampir limbung setelah mendengar kembali apa yang dikatakan oleh Xavier.Selama ini Nora sudah menganggap Aluna seperti dirinya, wanita itu bahkan tidak menolak saat akan dijodohkan dengan putranya. Dan sekarang siapa yang menyangka jika wanita yang digadang-gadang baik justru menusuknya dari belakang.“Kapan kamu tahu tentang ini?” tanya Nora. Mulutnya sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Xavier menarik napas dalam. “Saat dia jatuh kemarin,” jawab Xavier.“Aku juga cukup terkejut atas apa yang dialami Aluna. Apalagi saat dia menceritakan bahwa anak yang dikandungnya adalah anak papa,” kata Xavier. Kalimatnya semakin lirih di akhir kalimat.Air mata Nora menetes. Kejadian ini sunguh memukul hatinya. “Bawa aku menemui Aluna!” perintah Nora dingin da tak ingin dibantah.Xavier menatap







