Inicio / Romansa / Pelan-Pelan, Pak Dosen! / Bab 21. Mencoba menggodaku?

Compartir

Bab 21. Mencoba menggodaku?

Autor: Anggun_sari
last update Última actualización: 2025-10-04 17:50:04

“Dua minggu lagi aku akan kembali.”

Xavier menghela napas panjangnya. Membalikkan ponsel yang dipegangnya dan meletakkannya begitu saja. Otaknya sudah cukup penuh untuk memikirkan hal yang paling tidak ingin dia pikirkan.

“Menginaplah disini malam ini!” pinta Xavier pada Zoe.

“Huh…menginap?” ulang Zoe. Ia tidak langsung menjawab, melainkan berpikir terlebih dahulu. Di apartemen ini hanya ada satu kamar. Dan itu artinya mereka akan tidur dalam satu ruang jika dia menginap malam ini.

“Jangan berpikir yang aneh-aneh, aku tidak akan melakukan apapun padamu,” kata Xavier menjentikkan jarinya ke dahi Zoe.

Zoe meringis. Ia mengusap dahinya yang terasa panas. “Sakit!” gerutu Zoe.

Xavier menggeleng pelan. Ia menenggak air mineral yang diambilkannya untuk Zoe. “Mangkannya jangan berpikir negatif jika tidak ingin aku sentil!” kata Xavier.

“Cih, memangnya siapa yang sedang berpikir negatif. Aku hanya sedang mencoba untuk mempertimbangkannya.”

“Tempat tinggalmu hanya memiliki satu kamar, yang itu
Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 65. Ketahuan

    Xavier melirik sebentar Zoe yang masih ada di dapur sebelum melangkahkan kakinya membuka pintu utama. Matanya menatap malas sosok yang ada di depannya saat ini. Reyhan–sahabatnya itu selalu datang di waktu yang tidak tepat.“Kali ini apa lagi?” rengek Reyhan ketika Xavier membuka pintunya hanya separuh. “Pergi!” Usir Xavier tanpa basa basi.Reyhan memegang dadanya. Wajahnya ia buat semelas mungkin. “Lagi?”“Kenapa kamu sangat kejam sekali. Padahal aku datang membawa perhatian yang luar biasa besar,” sambung Reyhan masih dengan wajah memelasnya.Xavier menggelengkan kepalanya. Ekor matanya melirik sebentar memastikan keadaan Zoe. Wanita itu masih berdiri di depan pantry, pandangannya mengarah ke depan menatapnya dengan wajah cemas.“Pergilah, aku lelah dan ingin istirahat!” perintah Xavier.Reyhan menggelengkan kepalanya. Jari telunjuknya bergerak ke kanan dan ke kiri, menolak secara tegas perintah Xavier.“Aku datang atas perintah ibumu. Jadi biarkan aku masuk, oke?” Reyhan memaksa,

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 64. Wanita malam?

    Arabella merebahkan tubuhnya di atas kasur, menikmati nyamannya ranjang yang setiap hari ditiduri oleh Zoe. matanya menatap langit-langit kamar Zoe. kontrakan kakaknya ini memang kecil, tapi terasa nyaman.Bangun dari posisinya, Arabella mulai duduk di meja belajar Zoe. Di depannya ada laptop Zoe dalam keadaan mati, jari telunjuknya menekan tombol power menyalakan laptop tersebut, tapi sayangnya laptop tersebut menggunakan sandi untuk melihat halaman utamanya.Tak ingin kerja kerasnya sia-sia, Arabella mencoba memasukkan beberapa sandi yang mungkin digunakan oleh Zoe. Namun, sayangnya tidak satupun sandi yang dimasukkannya benar.Mendengus kesal, Arabella memilih mematikan laptop kakaknya, kali ini tujuannya berpindah pada tumpukan buku-buku yang ditata rapi di meja belajar. Satu persatu buku itu dibukanya, tapi lagi-lagi Arabella tidak menemukan apapun.“Apa dia benar-benar tidak memiliki rahasia?” Arabella menggigit kukunya. Kepanikan mulai melandanya karena suatu alasan. Tadi Nora

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 63. Sekarang giliran ku (21+)

    “Hist…dasar egois!” umpat Zoe.Bibirnya mencebik, matanya membulat jengkel. Telinganya lelah mendengar kata-kata yang sama yang selalu keluar dari mulut Xavier. Pria itu bersikukuh tidak ingin melepaskannya tapi tidak mau memberikannya kepastian.“Berikan aku waktu.”Zoe yang tadinya hendak meninggalkan Xavier, mengurungkan niatnya. Matanya menatap lurus manik mata Xavier yang tengah menatapnya. Sorot mata Xavier menunjukkan keseriusan, begitu juga dengan wajahnya.“Aku butuh waktu untuk meyakinkan diriku, jadi berikan aku waktu,” ucap Xavier kembali mengulang ucapannya.Xavier sadar bahwa hubungan mereka tidak mungkin hanya berjaan seperti ini. Zoe memang ada di genggamannya, tapi tidak ada yang menjamin jika wanita itu tidak akan pergi meninggalkannya.Kehadiran Adam yang mulai mengganggu pikirannya juga membuat hatinya was-was. Bukan tidak mungkin Zoe berpaling pada pria yang lebih baik dan lebih bisa memberikan masa depan untuknya.Xavier menepuk pahanya, meminta Zoe untuk duduk d

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 62. Tidak melepasmu

    “Benarkah? Apa kamu yakin?” Xavier tersenyum samar. Ia membalas pelukan Zoe. Kepalanya ia sandarkan di bahu wanita yang telah mengisi hari-harinya, bermanja-manja di sana. Hanya beberapa menit sebelum ia menguraikan pelukan mereka.“Bukankah tadi kamu sulit menjawab pertanyaan ku tentang perasaanmu padaku. Lantas kenapa sekarang kamu mengatakan bahwa kamu akan menemaniku?” Mata Xavier menatap, penuh tuntutan pada Zoe. Sekali lagi dia ingin membuat Zoe sadar bahwa wanita itu mulai menyukainya.Zoe berdehem. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, mendadak gugup. Sekali lagi mungkin apa yang dikatakan oleh Xavier memang benar, dia mulai menyukai pria di hadapannya ini. Tapi, menyukai tanpa ada balasan bukankah itu sama saja dengan mencari penyakit. Dia akan lelah sendiri karena menunggu sesuatu yang tak pasti: perasaan Xavier, tidak ada yang tahu kecuali pria itu sendiri.Segala sikap posesif dan perhatian yang ditunjukkan oleh Xavier, tidak bisa dijadikan patokan tentang bagaimana pera

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 61. Menyukaiku?

    “Astaga…dia selalu tahu caranya membuat aku mati kutu,” gerutu Zoe di depan lemari es. Sebotol air mineral tandas dalam sekali tenggak. Tidak hanya pipinya yang terasa panas, suhu tubuhnya juga seakan naik hanya karena ucapan tak bermoral Xavier.Usai melihat Xavier masuk ke dalam kamar mandi, Zoe segera meninggalkan kamar Xavier. Telinganya tidak ingin lagi mendengar suara-suara tidak bermoral yang meluncur tanpa di filter itu. Bisa saja Xavier mengeluarkan suara-suara tak berfaedah di dalam kamar mandi saat menuntaskan kebutuhannya.Zoe menyandarkan tubuhnya pada sandaran bar. Matanya menatap ke atas melihat langit-langit tempatnya berdiri saat ini. Sepintas kata-kata Xavier tentang perasaan yang dirasakannya, mendadak mengusik otaknya.Jika memang dia mulai mencintai Xavier, apakah pria itu juga mencintainya? Atau Xavier memang hanya ingin menjadikannya pelampiasan nafsu tanpa ada kejelasan.“Mau makan sesuatu?”Zoe membalik tubuhnya, matanya menatap tanpa berkedip sosok Xavier yan

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 60. Gagal unboxing

    “Jangan!” Kepala Zoe menggeleng, matanya menatap penuh mohon pada Xavier. Xavier tersenyum miring. Jari-jari tangannya bergerak menyentuh wajah Zoe dengan pelan dan ibu jarinya berhenti di bibir Zoe, menekannya pelan. “Kenapa? Apa bersamaku sangat memalukan?” Wajah itu kembali mengeras. Matanya berkilat semakin tajam. Meski setiap ucapan yang dikatakannya terdengar pelan, tapi rasanya begitu menuntut. “Bukan begitu, hanya saja….” Zoe memberanikan diri menatap mata Xavier, mencoba menyelami pikiran laki-laki di depannya ini. “Bukankah hubungan kita memang tidak untuk dipublikasikan. Sejak awal kita hanya terikat karena suatu perjanjian,” lirih Zoe. Suaranya begitu pelan, tapi masih bisa didengar oleh Xavier. “Perjanjian…?” desis Xavier. “Jadi kamu bersamaku hanya karena perjanjian?” sambungnya. Zoe menggigit bibir bawahnya. Tangannya meremas pakaian yang dikenakannya. Kata-kata bernada dingin yang keluar dari mulut Xavier seperti sebuah alarm yang mencoba memperingatkannya bahwa

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status