Home / Romansa / Pelan-Pelan, Pak Dosen! / Bab 20. Pikiran kotor

Share

Bab 20. Pikiran kotor

Author: Anggun_sari
last update Last Updated: 2025-10-04 15:59:42

“Aku lapar,” terang Xavier dengan suara serak.

Punggung Zoe menegang. “La–lapar?” gagap Zoe.

Zoe menggigit bibirnya kuat-kuat. Sepertinya dia memerlukan suplemen atau vitamin untuk menambah staminanya setelah ini. Bersama dengan Xavier, sungguh membuat tenaganya terkuras. Pria itu terlalu—bersemangat soal urusan ranjang.

Xavier kembali menjauhkan kepalanya dari ceruk leher Zoe. Alisnya mengkerut saat melihat wajah Zoe yang memerh dan terlihat aneh. “Kamu baik-baik saja?’ tanya Xavier.

Zoe tersenyum kaku. Ia menyelipkan anak rambutnya yang menjuntai ke depan, ke belakang telinganya. “Tentu, aku baik-baik saja,” jawab Zoe.

“Ayo.” Xavier menurunkan Zoe dari atas pangkuannya lalu menggenggam tangan wanita itu erat, membawanya masuk ke dalam.

“Ada apa?” tanya Xavier saat Zoe menarik tangannya dan menghentikan langkah kakinya.

Zoe tertunduk. Jari-jarinya saling meremas. Takut jika apa yang akan dikatakannya nanti akan ditolak Xavier. Tapi jika tidak mengatakannya, dia takut jika nanti akan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 66. Mari bersenang-senang

    “Tidak….”Zoe mencoba melepaskan genggaman tangan Xavier, tapi pria itu semakin erat mencengkeramnya.Hati Zoe membara, bergemuruh kesal mendengar ucapan Xavier. Sekali lagi pria itu tidak mau mengakui jika mereka memang memiliki hubungan, meski tidak ada ikatan.“Mamahku belum mengetahuinya, atau lebih tepatnya dia sedang menebak-nebak,” sambung Xavier.Xavier menoleh, menatap sejenak Zoe. Raut wajahnya berubah masam, sepertinya kesal mendengar jawaban yang diberikan. “Dan aku sama sekali tidak memperdulikannya. Ini adalah hidupku, aku berhak melakukan apapun yang aku sukai termasuk bersama dengan wanita yang aku inginkan. Setuju atau tidak, pendapatnya sama sekali tidak penting bagiku,” lanjut Xavier panjang lebar.Xavier kembali menatap wajah Zoe. Tangannya yang terbebas mengusap pucuk kepala wanita itu lalu matanya kembali menatap Reyhan, tapi dengan ekspresi berbeda: datar dan dingin.“Lalu ayahmu?”Xavier menghela napas panjang, matanya menyipit penuh peringatan menatap wajah R

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 65. Ketahuan

    Xavier melirik sebentar Zoe yang masih ada di dapur sebelum melangkahkan kakinya membuka pintu utama. Matanya menatap malas sosok yang ada di depannya saat ini. Reyhan–sahabatnya itu selalu datang di waktu yang tidak tepat.“Kali ini apa lagi?” rengek Reyhan ketika Xavier membuka pintunya hanya separuh. “Pergi!” Usir Xavier tanpa basa basi.Reyhan memegang dadanya. Wajahnya ia buat semelas mungkin. “Lagi?”“Kenapa kamu sangat kejam sekali. Padahal aku datang membawa perhatian yang luar biasa besar,” sambung Reyhan masih dengan wajah memelasnya.Xavier menggelengkan kepalanya. Ekor matanya melirik sebentar memastikan keadaan Zoe. Wanita itu masih berdiri di depan pantry, pandangannya mengarah ke depan menatapnya dengan wajah cemas.“Pergilah, aku lelah dan ingin istirahat!” perintah Xavier.Reyhan menggelengkan kepalanya. Jari telunjuknya bergerak ke kanan dan ke kiri, menolak secara tegas perintah Xavier.“Aku datang atas perintah ibumu. Jadi biarkan aku masuk, oke?” Reyhan memaksa,

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 64. Wanita malam?

    Arabella merebahkan tubuhnya di atas kasur, menikmati nyamannya ranjang yang setiap hari ditiduri oleh Zoe. matanya menatap langit-langit kamar Zoe. kontrakan kakaknya ini memang kecil, tapi terasa nyaman.Bangun dari posisinya, Arabella mulai duduk di meja belajar Zoe. Di depannya ada laptop Zoe dalam keadaan mati, jari telunjuknya menekan tombol power menyalakan laptop tersebut, tapi sayangnya laptop tersebut menggunakan sandi untuk melihat halaman utamanya.Tak ingin kerja kerasnya sia-sia, Arabella mencoba memasukkan beberapa sandi yang mungkin digunakan oleh Zoe. Namun, sayangnya tidak satupun sandi yang dimasukkannya benar.Mendengus kesal, Arabella memilih mematikan laptop kakaknya, kali ini tujuannya berpindah pada tumpukan buku-buku yang ditata rapi di meja belajar. Satu persatu buku itu dibukanya, tapi lagi-lagi Arabella tidak menemukan apapun.“Apa dia benar-benar tidak memiliki rahasia?” Arabella menggigit kukunya. Kepanikan mulai melandanya karena suatu alasan. Tadi Nora

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 63. Sekarang giliran ku (21+)

    “Hist…dasar egois!” umpat Zoe.Bibirnya mencebik, matanya membulat jengkel. Telinganya lelah mendengar kata-kata yang sama yang selalu keluar dari mulut Xavier. Pria itu bersikukuh tidak ingin melepaskannya tapi tidak mau memberikannya kepastian.“Berikan aku waktu.”Zoe yang tadinya hendak meninggalkan Xavier, mengurungkan niatnya. Matanya menatap lurus manik mata Xavier yang tengah menatapnya. Sorot mata Xavier menunjukkan keseriusan, begitu juga dengan wajahnya.“Aku butuh waktu untuk meyakinkan diriku, jadi berikan aku waktu,” ucap Xavier kembali mengulang ucapannya.Xavier sadar bahwa hubungan mereka tidak mungkin hanya berjaan seperti ini. Zoe memang ada di genggamannya, tapi tidak ada yang menjamin jika wanita itu tidak akan pergi meninggalkannya.Kehadiran Adam yang mulai mengganggu pikirannya juga membuat hatinya was-was. Bukan tidak mungkin Zoe berpaling pada pria yang lebih baik dan lebih bisa memberikan masa depan untuknya.Xavier menepuk pahanya, meminta Zoe untuk duduk d

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 62. Tidak melepasmu

    “Benarkah? Apa kamu yakin?” Xavier tersenyum samar. Ia membalas pelukan Zoe. Kepalanya ia sandarkan di bahu wanita yang telah mengisi hari-harinya, bermanja-manja di sana. Hanya beberapa menit sebelum ia menguraikan pelukan mereka.“Bukankah tadi kamu sulit menjawab pertanyaan ku tentang perasaanmu padaku. Lantas kenapa sekarang kamu mengatakan bahwa kamu akan menemaniku?” Mata Xavier menatap, penuh tuntutan pada Zoe. Sekali lagi dia ingin membuat Zoe sadar bahwa wanita itu mulai menyukainya.Zoe berdehem. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, mendadak gugup. Sekali lagi mungkin apa yang dikatakan oleh Xavier memang benar, dia mulai menyukai pria di hadapannya ini. Tapi, menyukai tanpa ada balasan bukankah itu sama saja dengan mencari penyakit. Dia akan lelah sendiri karena menunggu sesuatu yang tak pasti: perasaan Xavier, tidak ada yang tahu kecuali pria itu sendiri.Segala sikap posesif dan perhatian yang ditunjukkan oleh Xavier, tidak bisa dijadikan patokan tentang bagaimana pera

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 61. Menyukaiku?

    “Astaga…dia selalu tahu caranya membuat aku mati kutu,” gerutu Zoe di depan lemari es. Sebotol air mineral tandas dalam sekali tenggak. Tidak hanya pipinya yang terasa panas, suhu tubuhnya juga seakan naik hanya karena ucapan tak bermoral Xavier.Usai melihat Xavier masuk ke dalam kamar mandi, Zoe segera meninggalkan kamar Xavier. Telinganya tidak ingin lagi mendengar suara-suara tidak bermoral yang meluncur tanpa di filter itu. Bisa saja Xavier mengeluarkan suara-suara tak berfaedah di dalam kamar mandi saat menuntaskan kebutuhannya.Zoe menyandarkan tubuhnya pada sandaran bar. Matanya menatap ke atas melihat langit-langit tempatnya berdiri saat ini. Sepintas kata-kata Xavier tentang perasaan yang dirasakannya, mendadak mengusik otaknya.Jika memang dia mulai mencintai Xavier, apakah pria itu juga mencintainya? Atau Xavier memang hanya ingin menjadikannya pelampiasan nafsu tanpa ada kejelasan.“Mau makan sesuatu?”Zoe membalik tubuhnya, matanya menatap tanpa berkedip sosok Xavier yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status