Share

Pelanggan Tetap Panti Pijat
Pelanggan Tetap Panti Pijat
Penulis: Khansa

Bab 1

Penulis: Khansa
Namaku Lisa Suseno, aku seorang mahasiswa jurusan seni tari semester pertama. Tubuhku kurus dan ramping. Di kampus, aku juga termasuk salah satu bunga kampus favorit, tidak sedikit pria yang mengejarku.

Tentu saja, aku sudah punya seorang pacar, namanya Hendra Purnomo. Prestasinya juga bagus, postur tubuhnya juga sangat bagus. Bisa dibilang, dia juga sangat unggul dalam berbagai aspek.

Namun dia itu pria polos yang kurang bergairah, nafsu duniawinya sangat rendah. Saat aku begitu menginginkannya, bagaikan diguyur air dingin, dia membuatku sangat kecewa.

Malam ini, aku masih belum merasa puas. Saking kesal, aku pun membelakangi Hendra. Tiba-tiba, sebuah iklan muncul di ponselku. Biasanya aku pasti akan mengabaikan iklan yang masuk. Namun kali ini, aku agak ragu-ragu. Mungkin karena hasratku belum terpenuhi, jadi aku ingin menonton beberapa klip agar merasa lebih nyaman.

Hanya saja, iklan itu ternyata bukan klip, melainkan iklan sebuah panti pijat refleksi kaki yang letaknya tidak jauh dari kampus kami.

Melihat wanita cantik seksi yang ada di dalam iklan, aku langsung tahu kalau panti ini bukanlah panti pijat biasa.

Kebetulan besok aku punya waktu luang, jadi aku berencana ke sana untuk melihat-lihat. Setelah mengambil keputusan, aku pun bisa tertidur dengan tenang.

Mata kuliah di kampus tidaklah banyak, jadi saat sore aku sudah tidak ada kelas. Jadi, aku bersiap untuk pergi ke panti itu dan mencari tahu kondisi di sana.

Seharusnya ini adalah panti yang baru mulai beroperasi. Belum lama ini, aku juga melihat tempat ini sedang direnovasi. Tadinya aku mengira tempat ini bakal dijadikan hotel.

Dekorasi depan panti juga tidak terlihat istimewa, tetapi penyambut tamu yang ada di depan semuanya tampak sangat cantik. Lekukan tubuh bagian depan yang menonjol dan bagian belakang yang tampak padat merupakan standard mereka. Postur tubuh mereka yang ramping dan seksi, cukup menawan. Bahkan aku sendiri pun tergerak ingin menyentuhnya.

Melihat diriku seorang wanita, kakak yang ada di sana tampak tertegun sejenak. Setelah itu, dia pun menuntun aku masuk ke panti.

“Dik, panti kami menawarkan berbagai macam paket. Silakan dilihat dulu, ya.”

Suara wanita cantik memang enak didengar. Suaranya yang lembut terdengar cukup menggoda.

Pantas saja dekorasi bagian depan panti itu tampak biasa saja, ternyata kondisi di dalam panti sangat ramai. Bisa dibilang kontribusi para wanita yang menyambut tamu itu cukup besar.

Di dalam daftar harga itu terdapat beberapa paket refleksi kaki, dari yang termurah puluhan ribu hingga yang termahal ratusan ribu. Selain itu mereka juga punya paket andalan yang tarifnya dua juta rupiah, ditandai dengan maskot berlogo mahkota.

Dua juta rupiah untuk pijat refleksi kaki?

Aku curiga ada sesuatu di balik ini, untuk itulah aku datang kemari.

Aku mengatakan pada kakak tersebut kalau aku memilih paket andalan.

Kakak tersebut menatapku dengan pandangan yang aneh dan berkata, “Dik, kamu yakin mau mengambil paket ini?”

“Ya, aku ambil paket andalan.”

Dia pun menuntunku ke sebuah ruangan vip dan mengatakan kalau juru pijat akan segera kemari.

Suasana di ruangan ini agak remang-remang, membuat suasana hatiku menjadi sangat rileks. Ranjang besar yang ada di hadapanku terlihat sangat kokoh. Saat duduk di atasnya, ranjangnya elastis seperti bisa memantul-mantul.

Di atas dinding, ada sebuah TV LED. Aku mengambil remote control dan menyalakan Televisi tersebut. Terlihat gambaran video yang sudah ditonton setengah dan dijeda. Itu adalah gambar dua orang yang sedang bergairah. Begitu aku menyalakannya, seisi ruangan langsung dipenuhi suara desahan pria dan wanita yang sedang bersenggama.

Aku tercengang melihat adegan di layar televisi tersebut. Saat aku sedang pertimbangkan menutup atau membiarkan televisi tersebut menyala, pintu kamar tiba-tiba dibuka.

Seorang juru pijat pria berseragam kerja berjalan masuk.

Pria itu juga melihat adegan yang ada di televisi. Mata kami saling bertukar pandang. Suasana di sekeliling pun berubah menjadi sedikit Istimewa.

Dia pun tertawa, suara tawanya membuat suasana menjadi tidak begitu tegang. Aku tersadar dan mematikan televisi secara refleks.

“Halo, Kak. Aku juru pijat bernomor 13.”

Paket andalan memang beda. Bahkan juru pijat yang mereka rekrut pun memiliki postur tubuh yang perkasa, pinggangnya padat dan keras, bahunya lebar. Kalian pasti bertanya padaku, kok bisa tahu sih. Ah, tentu saja aku mengetahuinya. Itu karena seragam yang mereka pakai cukup ketat, tentu saja bisa menonjolkan postur tubuh mereka.

“Ba …. Bagaimana dengan kemampuanmu?”

Aku bertanya secara samar-samar, tidak tahu apakah dia memahaminya atau tidak.

“Kakak tenang saja, kemampuanku sangat hebat. Kalau nggak, bagaimana mungkin aku bisa menjadi juru pijat andalan panti ini.”

Jawabannya membuat hatiku lega. Dua juta ini tidak boleh terbuang sia-sia.

Aku duduk di ranjang dan memerhatikannya menyiapkan sesuatu. Dari kerah bajunya yang terbuka lebar, aku bisa melihat bagian dalam tubuhnya.

“Kak, silakan berbaring.”

Aku pun bergaya mengikuti instruksinya.

Tangannya sangat besar, beberapa urat nadi yang menyembul keluar terlihat sangat seksi. Dia menyentuh kakiku dengan kedua tangannya yang seksi itu.

Tanpa sadar, aku menarik napas dalam-dalam. Kenapa saat dia menyentuh kakiku, aku bisa merasakan kenikmatan luar biasa?

“Kak, tahap ini adalah tahap pengolesan minyak.”

Dia mengambil sebotol minyak, lalu menuangkannya ke telapak tangan dan menggosoknya. Kemudian membalurkannya ke seluruh kakiku, bahkan sampai ke sela-sela jari kakiku, hingga semuanya terbalur minyak dan basah.

“Ini adalah tahap untuk mengendurkan otot betis.”

Dia menepuk bagian luar kakiku, tenaganya tidak terlalu besar, juga tidak kecil. Rasanya sangat nyaman. Aku bahkan sampai berdesah.

“Selanjutnya adalah tahap memijat.”

Dia bangkit berdiri, lalu menekan kakiku ke arah dalam. Setelah tahap ini selesai, dia tidak melanjutkannya lagi. Tangannya menjalar dari kaki ke arah paha atas, lalu melanjutkan ke atasnya lagi ….

“Kak, kita akan melakukan langkah terpenting.”

Ada perasaan takut sekaligus menantikannya, tidak tahu trik apalagi yang akan dia lakukan selanjutnya.

Teknik pijatnya sangat bagus. Tidak hanya memijat kaki saja, pelayanan lainnya juga sangat bagus. Selama proses pemijatan ini, aku merasakan sensasi kepuasan yang tidak bisa aku dapatkan dari pacarku.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Hendra saat dia datang kemari dan dilayani seperti ini. Wajahnya pasti akan merona merah, karena bagaimanapun dia masih sangat polos ….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pelanggan Tetap Panti Pijat   Bab 7

    Dalam CCTV itu, aku melihat sosokku dan Hendra masuk dan keluar bersama.“Dia mantan pacarku.”“Dik, coba kamu lihat lagi, apakah ini dia juga?”Mereka memutar beberapa potongan rekaman saat Hendra datang ke panti sendirian.Melihat jumlah rekaman ini, aku bisa mengasumsi kalau jumlah kunjungan Hendra memang tidaklah sedikit.“Benar. Ini memang dia.” “Apakah mantan pacarmu ini tahu kalau kamu diperas?”“Dia tahu.”Apakah aku harus memberi tahu mereka kalau Hendra juga diperas?“Dia sudah tahu, kok masih ke sana lagi. Apa dia tidak takut diperas?”“Sebenarnya, dia juga diperas ....”Begitu aku mengatakannya, semua polisi yang ada di ruangan itu melihat ke arahku. Detik itu juga, tidak seorang pun yang mengatakan sesuatu.“Aduh, Dik. Astaga, kenapa kamu nggak bilang dari tadi.”“Dia diperas, tapi masih main ke sana. Apa kamu nggak merasa aneh?”Aku tertegun, otakku pun mulai bekerja.Benar juga! Akhirnya aku menemukan titik teraneh ini. Kalau Hendra benar-benar ketagihan sekalipun, seha

  • Pelanggan Tetap Panti Pijat   Bab 6

    Panti pijat refleksi kaki dibekuk polisi.Saat aku tiba di lokasi, pintu masuknya sudah dipasang segel.Para penonton yang mengerumuni tempat itu bilang kalau di dalam panti ada transaksi illegal, banyak sekali pria ganteng dan cewek cantik yang diringkus polisi.Hatiku pun bergejolak. Tentu saja, ini adalah bisnis illegal, cepat atau lambat pasti akan bermasalah.Kurasa Joni juga sudah ditangkap, apalagi dia itu paket andalan panti ini.Setelah panti ini ditutup, seharusnya tidak ada orang yang menyebarluaskan videoku lagi deh?Aku seharusnya sudah aman.Aku mengira begitu, jadi aku tidak jadi melapor polisi.Aku kembali ke kampus dengan hati yang riang....Pukul 01.00 tengah malam, aku menerima sebuah pesan. Suara getaran pesan masuk itu membuatku terbangun.Setelah tidak ada beban pikiran, aku bisa tidur dengan nyenyak. Semalam sebelum tidur, aku lupa menyetel volume suara ponselku. Aku dibuat terbangun oleh suara ponselku.Pukul satu tengah malam, siapa sih yang mengirim pesan pad

  • Pelanggan Tetap Panti Pijat   Bab 5

    Joni kembali menghubungiku.Dia memberitahuku kalau Hendra datang ke panti pijat mereka lagi. Dia juga bertanya padaku, apakah aku akan cemburu. Dia menyuruhku ke sana sekarang.Dia sudah menipuku sekali, sekarang dia masih mencoba menipuku untuk yang kedua kalinya. Aku tidak mengerti kenapa masih ada orang yang begitu tidak tahu malu!Kali ini, aku tidak berencana untuk melepaskan Joni. Jadi, aku pergi ke panti pijat itu lagi. Saat aku tiba, Joni sudah menunggu di depan panti. Begitu melihatku datang, dia langsung menarikku masuk ke dalam.Aku menghempaskan tangannya yang sedang menarikku.Aku bilang, “Joni, apa kamu mengira aku ini bodoh. Kamu memakai trik yang sama dua kali?”“Kali ini sungguhan, aku tidak membohongimu.”Aku mengeluarkan hasil laporan medis dari tasku dan melemparnya di wajah Joni.“Waktu itu, kamu memakai obat perangsang untuk membiusku. Aku masih belum lapor polisi. Kali ini, kamu mau melakukannya lagi. Apa kalian tidak takut kalau aku akan membongkar panti kalian

  • Pelanggan Tetap Panti Pijat   Bab 4

    Keesokan pagi, saat teman-teman satu asramaku masih belum bangun, Hendra mengirim pesan padaku. Dia bilang kalau sudah berada di bawah asramaku. Dia memintaku ke bawah dan mengambil sarapan yang dia beli untukku.Setelah mengganti baju, aku pun turun ke bawah. Aku melihat dia sedang menungguku di bawah.“Kenapa kamu datang ke sini?”“Apa aku nggak boleh datang? Kamu ‘kan pacarku. Bukankah wajar kalau aku datang membawakanmu sarapan?”“Kamu ini aneh sekali ….”Hendra langsung menyela ucapanku dengan menyodorkan sarapan padaku. Lalu melambaikan tangannya dan pergi.Sorenya, saat tidak ada kelas, dia juga datang mencariku. Beberapa hari lalu saat dia menghilang tanpa kabar, itu seperti sebuah mimpi. Sekarang, semuanya sudah kembali normal lagi.Aku terus bertanya-tanya, apakah pesan sms itu ada hubungannya dengan keanehan sikap Hendra. Aku pun bertanya padanya secara tidak langsung, “Kamu masih ingat panti pijat itu? Apa kamu masih ingin ke sana?”Dia langsung menolaknya dan memintaku un

  • Pelanggan Tetap Panti Pijat   Bab 3

    Saat sadar, kepalaku masih terasa pusing. Kondisiku saat ini sangat berbeda dengan biasanya. Joni masih enggan melepaskanku dan menyuruhku untuk datang lagi besok.Kamar itu mungkin bermasalah. Aku cemas kalau diriku telah menghirup gas berbahaya.Aku pun ke rumah sakit untuk memeriksa gas yang sudah kuhirup ke dalam paru-paruku. Ternyata, hasil pemeriksaan memang menunjukkan ada masalah.Dokter menemukan kandungan obat perangsang di dalamnya.Aku menyimpan bukti pemeriksaan itu dengan baik.Hubunganku dengan Joni memang sebuah transaksi, tetapi tindakannya kali ini sudah sangat keterlaluan. Aku tidak berencana untuk menuntutnya, juga tidak berencana untuk pergi ke sana lagi. Joni masih sering mengirimiku pesan, tetapi aku tidak mengubrisnya lagi. Lambat laun, dia pun mengerti maksudku. Dia pun semakin jarang mengirimiku pesan.Aku mengira, hubungan kami akan berakhir sampai di sini. Namun siapa sangka ini baru permulaan.Setelah melewati beberapa hari tenang, aku menerima sebuah pesa

  • Pelanggan Tetap Panti Pijat   Bab 2

    Aku sangat puas dengan pelayanan hari itu. Aku bahkan memberikan uang tip pada pria yang melayaniku. Dia memintaku untuk memakai jasanya lagi di lain waktu. Katanya, dia akan memberikan sensasi yang berbeda.Aku selalu teringat dengan sensasi yang kurasakan waktu itu. Apalagi sesuatu yang baik, harus saling berbagi. Karena itulah aku mengajak Hendra ke sana lagi bersamaku.Mengira ini hanyalah panti pijat biasa. Hendra terus-terusan memuji para juru pijat di panti ini sangat cantik. Aku menyuruhnya memilih salah satu dari mereka dan mengatakan kalau aku akan mentraktirnya kali ini.Dia sangat terkejut dan bertanya, “Di sini juga bisa memilih?”“Kenapa tidak? Asalkan ada uang, apa pun bisa dilakukan,” jawabku.Dia melambaikan tangannya dan mengatakan terserah, karena dia datang untuk refleksi kaki, bukan melakukan hal lain.Aku pun memanggil kakak pemilik panti dan memintanya untuk memilihkan juru pijat yang berkulit putih, berbadan bahenol dan berwajah cantik sesuai selera Hendra.Kali

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status