Share

Bab 2

Penulis: Khansa
Aku sangat puas dengan pelayanan hari itu. Aku bahkan memberikan uang tip pada pria yang melayaniku. Dia memintaku untuk memakai jasanya lagi di lain waktu. Katanya, dia akan memberikan sensasi yang berbeda.

Aku selalu teringat dengan sensasi yang kurasakan waktu itu. Apalagi sesuatu yang baik, harus saling berbagi. Karena itulah aku mengajak Hendra ke sana lagi bersamaku.

Mengira ini hanyalah panti pijat biasa. Hendra terus-terusan memuji para juru pijat di panti ini sangat cantik. Aku menyuruhnya memilih salah satu dari mereka dan mengatakan kalau aku akan mentraktirnya kali ini.

Dia sangat terkejut dan bertanya, “Di sini juga bisa memilih?”

“Kenapa tidak? Asalkan ada uang, apa pun bisa dilakukan,” jawabku.

Dia melambaikan tangannya dan mengatakan terserah, karena dia datang untuk refleksi kaki, bukan melakukan hal lain.

Aku pun memanggil kakak pemilik panti dan memintanya untuk memilihkan juru pijat yang berkulit putih, berbadan bahenol dan berwajah cantik sesuai selera Hendra.

Kali ini, bukan kamar dengan satu ranjang lagi. Kami diantar ke kamar yang memiliki dua ranjang dibatasi dengan kain tirai yang bisa ditarik ke tengahnya.

Sebelum juru pijatnya datang, Hendra pun berbisik di telingaku, “Apa kamu nggak merasa kalau tempat pijat ini sedikit aneh?”

“Kenapa bilang begitu?”

“Juru pijat di panti ini nggak ada seorang pun yang jelek. Pernahkah kamu melihat panti pijat biasa yang juru pijatnya semuanya masih muda dan cantik? Umumnya usia mereka sudah setengah baya.”

“Kalau begitu, kali ini kamu sangat beruntung bisa dipijat wanita cantik, jadi nikmati sajalah.”

“Kurasa juru pijatnya laki-laki deh.”

Tiba-tiba, pintu dibuka. Seorang pria dan wanita pun berjalan masuk. Juru pijat yang pria masih orang yang sama dengan yang waktu itu. Aku penasaran dan sangat menantikan sesuatu yang berbeda darinya.

Hendra mengira juru pijat pria yang akan memijatnya. Saat dia menghela napas lega, juru pijat wanita itu berdiri di hadapannya dan berkata, “Kak, aku adalah juru pijat nomor 9. Hari ini, aku yang melayanimu.”

Wajah Hendra langsung memerah, dia langsung menoleh ke arahku.

Sementara itu, juru pijat nomor 13 sudah mulai melumuri kakiku dengan minyak.

Melihatku tidak bereaksi apa-apa, akhirnya Hendra mulai menerima keadaan.

Tirai yang ada di antara kami tidak ditarik tutup, di tengah cahaya remang-remang, aku bisa melihat wajah Hendra yang merona merah.

Wanita itu mulai memijat kaki Hendra yang kasar itu dengan lembut, membuatnya terlihat sangat kontras.

Teknik memijat juru pijat wanita itu seharusnya lumayan sih, dia bisa membuat Hendra terlihat sangat nyaman.

“Bagaimana? Tempat ini lumayan, ‘kan?”

Saking nyaman, Hendra bahkan tidak bisa berkata-kata. Matanya juga tidak berani sembarang melihat. Jadi, dia hanya menganggukkan kepalanya.

“Selanjutnya akan lebih nyaman lagi.”

Juru pijat nomor 13 sudah bangkit berdiri, perlahan-lahan tangannya pun menyusup naik ke atas ….

Sementara itu, di sisi Hendra juga tidak ketinggalan. Tangan juru pijat wanita itu pun mulai menelusuri kaki Hendra yang berbulu itu dan meranjat naik ke atas. Hendra tidak menyangka kalau tangan juru pijat wanita ini bisa begitu nakal. Tadinya, Hendra ingin menghentikannya. Akan tetapi saat Hendra melihat ke arahku, juru pijat nomor 13 sudah mulai memakai senjata pamukasnya dan menempel di tubuhku.

Hendra melihat semuanya, dia pun tidak jadi menghentikan gerak-gerik juru pijat wanita tersebut.

“Sret!” Tirai pemisah kami berdua pun ditarik tutup.

Namun kami masih bisa mendengar suara kami satu sama lain dengan sangat jelas.

Tidak lama kemudian, terdengar suara Hendra terengah-engah.

Suara Hendra justru membuatku semakin bersemangat. Hasrat birahiku pun terpenuhi, kali ini aku berhasil mencapai puncak kepuasan yang lebih tinggi lagi.

Aku menambah nomor ponsel juru pijat nomor 13 itu, kami sering mengobrol secara pribadi.

Hari itu setelah kami selesai, Hendra mengamuk marah padaku. Dia menyuruhku untuk tidak pergi ke tempat yang tidak pantas seperti itu lagi.

Namun juru pijat nomor 13 itu diam-diam memberitahuku kalau Hendra pernah beberapa kali ke sana tanpa sepengetahuanku.

Sebenarnya hari ini adalah hari jadian kami. Aku juga sudah mempersiapkan hadiah buat Hendra. Tahun lalu, dia memberiku hadiah. Jadi, tahun ini aku ingin balas memberikan hadiah padanya.

Aku menelepon Hendra, tetapi dia tidak mengangkatnya. Dia hanya membalas pesan, [Hari ini aku ada urusan, aku akan pulang sebentar.]

Namun di waktu yang bersamaan, juru pijat nomor 13 yang bernama Joni Santoso itu mengirimiku pesan, [Pacarmu datang lagi, aku sudah membantumu mengawasinya. Cepatlah ke sini.]

Jangan-jangan Hendra mulai ketagihan? Entah apa yang aku pikirkan, aku pun ke panti pijat refleksi kaki itu. Entah untuk menangkap basah dia atau untuk memuaskan hasratku dengan melihat tindak tanduknya secara diam-diam.

Joni menungguku di depan pintu. Begitu melihatku, dia langsung membawaku masuk dan menuntunku sampai di depan sebuah kamar privat dan berkata, “Dia ada di dalam, apa kamu mau merekamnya?”

Aku melambaikan tanganku dan berpikir kalau hal itu tidak perlu kulakukan. Aku sendiri pun bukannya tidak pernah datang ke sini. Jadi aku tidak boleh egois, melarangnya datang ke sini. Yang harus aku lakukan hanyalah membimbingnya dengan baik.

Aku pun mempersiapkan mentalku, lalu mendorong pintu dan masuk ke dalam.

Namun yang membuatku merasa aneh adalah ruangan itu tidak ada orang lain sama sekali.

Aku menoleh ke arah Joni. Namun Joni sudah mengunci pintu dan berjalan selangkah demi selangkah ke arahku.

“Lisa, kamu sudah lama tidak datang ke sini. Aku juga tidak bermaksud untuk membohongimu, tapi aku sangat merindukanmu ….”

Aku tertawa saking kesal, tapi Joni menarik tanganku dan memintaku duduk di atas ranjang. Dia menatapku dengan mata berbinar hingga aku tidak bisa berkata apa-apa.

Entah kenapa, hari ini atmosfer di kamar ini membuatku merasa sedikit pusing. Aku menepuk-nepuk kepalaku agar tetap tersadar.

Joni sudah membenamkan kepalanya di sisi leherku. Napasnya yang berat pun terasa seperti menyembur di kulitku.

Aku merasa makin pusing. Begitu badannya menekan ke tubuhku, aku pun jatuh dan rebahan di atas ranjang.

Selanjutnya semua terjadi sangat alami, aku tidak bertenaga untuk melawannya, juga tidak ingin melawannya. Aku terbenam dalam kelembutan pelukan Joni. Di tengah gempurannya, aku bahkan sampai pingsan dan tidak sadar sama sekali.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pelanggan Tetap Panti Pijat   Bab 7

    Dalam CCTV itu, aku melihat sosokku dan Hendra masuk dan keluar bersama.“Dia mantan pacarku.”“Dik, coba kamu lihat lagi, apakah ini dia juga?”Mereka memutar beberapa potongan rekaman saat Hendra datang ke panti sendirian.Melihat jumlah rekaman ini, aku bisa mengasumsi kalau jumlah kunjungan Hendra memang tidaklah sedikit.“Benar. Ini memang dia.” “Apakah mantan pacarmu ini tahu kalau kamu diperas?”“Dia tahu.”Apakah aku harus memberi tahu mereka kalau Hendra juga diperas?“Dia sudah tahu, kok masih ke sana lagi. Apa dia tidak takut diperas?”“Sebenarnya, dia juga diperas ....”Begitu aku mengatakannya, semua polisi yang ada di ruangan itu melihat ke arahku. Detik itu juga, tidak seorang pun yang mengatakan sesuatu.“Aduh, Dik. Astaga, kenapa kamu nggak bilang dari tadi.”“Dia diperas, tapi masih main ke sana. Apa kamu nggak merasa aneh?”Aku tertegun, otakku pun mulai bekerja.Benar juga! Akhirnya aku menemukan titik teraneh ini. Kalau Hendra benar-benar ketagihan sekalipun, seha

  • Pelanggan Tetap Panti Pijat   Bab 6

    Panti pijat refleksi kaki dibekuk polisi.Saat aku tiba di lokasi, pintu masuknya sudah dipasang segel.Para penonton yang mengerumuni tempat itu bilang kalau di dalam panti ada transaksi illegal, banyak sekali pria ganteng dan cewek cantik yang diringkus polisi.Hatiku pun bergejolak. Tentu saja, ini adalah bisnis illegal, cepat atau lambat pasti akan bermasalah.Kurasa Joni juga sudah ditangkap, apalagi dia itu paket andalan panti ini.Setelah panti ini ditutup, seharusnya tidak ada orang yang menyebarluaskan videoku lagi deh?Aku seharusnya sudah aman.Aku mengira begitu, jadi aku tidak jadi melapor polisi.Aku kembali ke kampus dengan hati yang riang....Pukul 01.00 tengah malam, aku menerima sebuah pesan. Suara getaran pesan masuk itu membuatku terbangun.Setelah tidak ada beban pikiran, aku bisa tidur dengan nyenyak. Semalam sebelum tidur, aku lupa menyetel volume suara ponselku. Aku dibuat terbangun oleh suara ponselku.Pukul satu tengah malam, siapa sih yang mengirim pesan pad

  • Pelanggan Tetap Panti Pijat   Bab 5

    Joni kembali menghubungiku.Dia memberitahuku kalau Hendra datang ke panti pijat mereka lagi. Dia juga bertanya padaku, apakah aku akan cemburu. Dia menyuruhku ke sana sekarang.Dia sudah menipuku sekali, sekarang dia masih mencoba menipuku untuk yang kedua kalinya. Aku tidak mengerti kenapa masih ada orang yang begitu tidak tahu malu!Kali ini, aku tidak berencana untuk melepaskan Joni. Jadi, aku pergi ke panti pijat itu lagi. Saat aku tiba, Joni sudah menunggu di depan panti. Begitu melihatku datang, dia langsung menarikku masuk ke dalam.Aku menghempaskan tangannya yang sedang menarikku.Aku bilang, “Joni, apa kamu mengira aku ini bodoh. Kamu memakai trik yang sama dua kali?”“Kali ini sungguhan, aku tidak membohongimu.”Aku mengeluarkan hasil laporan medis dari tasku dan melemparnya di wajah Joni.“Waktu itu, kamu memakai obat perangsang untuk membiusku. Aku masih belum lapor polisi. Kali ini, kamu mau melakukannya lagi. Apa kalian tidak takut kalau aku akan membongkar panti kalian

  • Pelanggan Tetap Panti Pijat   Bab 4

    Keesokan pagi, saat teman-teman satu asramaku masih belum bangun, Hendra mengirim pesan padaku. Dia bilang kalau sudah berada di bawah asramaku. Dia memintaku ke bawah dan mengambil sarapan yang dia beli untukku.Setelah mengganti baju, aku pun turun ke bawah. Aku melihat dia sedang menungguku di bawah.“Kenapa kamu datang ke sini?”“Apa aku nggak boleh datang? Kamu ‘kan pacarku. Bukankah wajar kalau aku datang membawakanmu sarapan?”“Kamu ini aneh sekali ….”Hendra langsung menyela ucapanku dengan menyodorkan sarapan padaku. Lalu melambaikan tangannya dan pergi.Sorenya, saat tidak ada kelas, dia juga datang mencariku. Beberapa hari lalu saat dia menghilang tanpa kabar, itu seperti sebuah mimpi. Sekarang, semuanya sudah kembali normal lagi.Aku terus bertanya-tanya, apakah pesan sms itu ada hubungannya dengan keanehan sikap Hendra. Aku pun bertanya padanya secara tidak langsung, “Kamu masih ingat panti pijat itu? Apa kamu masih ingin ke sana?”Dia langsung menolaknya dan memintaku un

  • Pelanggan Tetap Panti Pijat   Bab 3

    Saat sadar, kepalaku masih terasa pusing. Kondisiku saat ini sangat berbeda dengan biasanya. Joni masih enggan melepaskanku dan menyuruhku untuk datang lagi besok.Kamar itu mungkin bermasalah. Aku cemas kalau diriku telah menghirup gas berbahaya.Aku pun ke rumah sakit untuk memeriksa gas yang sudah kuhirup ke dalam paru-paruku. Ternyata, hasil pemeriksaan memang menunjukkan ada masalah.Dokter menemukan kandungan obat perangsang di dalamnya.Aku menyimpan bukti pemeriksaan itu dengan baik.Hubunganku dengan Joni memang sebuah transaksi, tetapi tindakannya kali ini sudah sangat keterlaluan. Aku tidak berencana untuk menuntutnya, juga tidak berencana untuk pergi ke sana lagi. Joni masih sering mengirimiku pesan, tetapi aku tidak mengubrisnya lagi. Lambat laun, dia pun mengerti maksudku. Dia pun semakin jarang mengirimiku pesan.Aku mengira, hubungan kami akan berakhir sampai di sini. Namun siapa sangka ini baru permulaan.Setelah melewati beberapa hari tenang, aku menerima sebuah pesa

  • Pelanggan Tetap Panti Pijat   Bab 2

    Aku sangat puas dengan pelayanan hari itu. Aku bahkan memberikan uang tip pada pria yang melayaniku. Dia memintaku untuk memakai jasanya lagi di lain waktu. Katanya, dia akan memberikan sensasi yang berbeda.Aku selalu teringat dengan sensasi yang kurasakan waktu itu. Apalagi sesuatu yang baik, harus saling berbagi. Karena itulah aku mengajak Hendra ke sana lagi bersamaku.Mengira ini hanyalah panti pijat biasa. Hendra terus-terusan memuji para juru pijat di panti ini sangat cantik. Aku menyuruhnya memilih salah satu dari mereka dan mengatakan kalau aku akan mentraktirnya kali ini.Dia sangat terkejut dan bertanya, “Di sini juga bisa memilih?”“Kenapa tidak? Asalkan ada uang, apa pun bisa dilakukan,” jawabku.Dia melambaikan tangannya dan mengatakan terserah, karena dia datang untuk refleksi kaki, bukan melakukan hal lain.Aku pun memanggil kakak pemilik panti dan memintanya untuk memilihkan juru pijat yang berkulit putih, berbadan bahenol dan berwajah cantik sesuai selera Hendra.Kali

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status