Pagi ini sekitar pukul 09:00 WIB, handphone Azmira berdering menandakan telepon masuk dari nomor tidak dikenal.
"Halo, selamat pagi," sapa Azmira menerima panggilan di handphonenya.
"Selamat pagi, benar saya berbicara dengan Ibu Azmira?" jawab suara dari penelepon.
"Benar saya dengan Azmira, ada yang bisa saya bantu?"
"Apakah Ibu Azmira bisa hadir pada interview hari ini pukul 11:00 WIB?"
Sejenak Azmira kaget karena baru saja memasukkan lamaran kerja dan langsung menerima panggilan interview. Dalam waktu sekejap Azmira langsung menyanggupi panggilan interview tersebut sembari bersyukur.
"Aku harus semangat kali ini. Semoga bisa cocok dan langsung diterima bekerja," batin Azmira dengan wajah tersenyum.
"Kamu kenapa Mbak?" tanya Astuti Ningrum, Ibu Azmira.
"Eh, Ibu. Hari ini Mbak dapat panggilan interview Bu, nanti jam 11:00 WIB diminta datang ke perusahaan. Doakan ya, Bu. Semoga rezeki Mbak," jawab Azmira dengan semangat.
"Pasti, Mbak. Ibu selalu mendoakan yang terbaik buat Mbak. Yang penting harus semangat ya," ucap Astuti.
"Siap, Ibu Negara!" goda Azmira.
Azmira segera melenggang ke kamar mandi untuk melakukan kegiatan yang sangat jarang dilakukan olehnya, yaitu mandi.
Waktu menunjukkan pukul 10:00 WIB. Sudah saatnya Azmira bersiap-siap untuk berangkat. Sebelum berangkat tak lupa Azmira memohon restu kepada ibunya dan mencium kening Nugraha sebagai bentuk penyemangat diri.
Tiga puluh menit kemudian Azmira sudah tiba di perusahaan yang dituju. Dengan penuh semangat Azmira menuju ke meja Receptionist kantor tersebut.
"Selamat pagi! Ada yang bisa saya bantu?" sapa petugas Receptionist.
"Pagi, saya dengan Azmira yang mau interview pukul 11:00 WIB nanti untuk posisi Procurement," balas Azmira.
"Baik, mohon menunggu dahulu ya. Ibu boleh duduk di ruang tunggu di depan sana." Petugas Receptionist menunjukkan lokasi ruang tunggu kepada Azmira dengan ramah.
"Terima kasih," jawab Azmira singkat.
Azmira segera berlalu menuju ruang tunggu dan tanpa disadari dirinya tiba-tiba terpaku dengan seorang pria yang kebetulan sedang duduk juga di ruangan tersebut. Tanpa saling berbicara, pria itu juga secara tidak sadar terpaku pada tatapan mata Azmira. Dalam hitungan detik mereka saling menatap satu sama lain. Seketika pandangan pria itu buyar oleh panggilan rekan kerjanya.
"Yitno, sini bantu saya antar barang ini!" panggil salah satu rekan kerja pria yang ternyata bernama Yitno.
"Baru juga mau kenalan, si Moko ganggu aja deh!" Yitno menggerutu sembari mendatangi rekannya itu.
Azmira yang masih terpaku, tiba-tiba tersadar karena Yitno sudah tidak duduk di bangku itu lagi.
"Oh, ternyata namanya Yitno ya. Kira-kira nanti bisa ketemu lagi gak ya? Ah, aku mikir apa sih! Ayo, fokus di interviewnya dulu!“ ucap Azmira pelan.
Selang sepuluh menit kemudian, Azmira dipanggil oleh petugas Receptionist untuk masuk ke ruang rapat menemui pemilik perusahaan untuk melakukan interview. Interview berlangsung selama 30 (tiga puluh) menit dan kualifikasi Azmira memenuhi kriteria calon karyawan yang dibutuhkan.
Tidak diduga hasil interviewnya sangat memuaskan, pemilik perusahaan pun memutuskan untuk mempekerjakan Azmira hari itu juga dan Azmira menyanggupinya. Pemilik perusahaan yang bernama Bapak Yuspianto meminta Azmira untuk bisa segera bekerja sekarang, namun Azmira memohon izin untuk pulang dahulu mempersiapkan perlengkapan kerja. Pak Yuspianto pun setuju dan mengatakan untuk segera kembali pukul 13:00 WIB dan berkoordinasi lebih lanjut dengan Manager terkait untuk pekerjaan. Azmira menyanggupi lalu segera berkemas pulang.
Lima menit kemudian, Yitno sudah kembali ke kantor setelah mengantar beberapa barang ke gudang perusahaan. Segera Yitno mendatangi si Receptionist yang bernama Rina.
"Rin, cewek yang tadi dimana?" tanya Yitno.
"Yang mana, Mas?" Rina menatap penuh curiga.
"Yang tadi itu loh, yang mau interview." Yitno kembali menatap Rina dengan harapan Rina paham wanita yang ia maksud.
"Oh, Ibu Azmira. Sudah pulang Mas, interviewnya sudah selesai tadi," jawab Rina cepat.
"Yah, gak sempet kenalan lagi. Namanya Azmira ya. Kalau jodoh enggak kemana...."
"Sstt, Mas Yitno jangan macem-macem loh ya. Inget istri Mas Yitno." Mata Rina sedikit melotot.
"Saya inget kok Rin. Tapi kalau di rumah, hehe," goda Yitno.
"Tak cubit nanti ginjalnya," jawab Rina ketus.
Yitno adalah salah satu karyawan Engineering di perusahan itu. Yitno memang terkenal suka menggoda karyawan perempuan di kantor tersebut apalagi jika karyawan tersebut sedikit menarik. Namun, sebenarnya Yitno adalah pria yang setia, kebiasaannya sering menggoda wanita itu hanya sekedar bercanda. Seluruh karyawan perempuan di kantor itu juga sudah paham dengan tabiat Yitno.
Dibalik sikap genit Yitno, ternyata tersimpan kenyataan pahit dimana Yitno baru saja berbaikan dengan sang istri karena sebuah kasus perselingkuhan istrinya dengan teman Yitno. Yitno menangkap basah istrinya, Witha Chandrika alias Witha, sedang melakukan tindakan kurang pantas dengan temannya saat pulang dari luar kota. Hal yang seharusnya menjadi kejutan buat Witha ternyata malah menjadi kado pahit untuk Yitno sendiri.
Yitno akhirnya pulang ke rumah untuk istirahat dengan perasaan kecewa karena gagal bertemu Azmira lagi.
Waktu menunjukkan pukul 12:30 WIB, Azmira segera bersiap-siap untuk kembali ke kantor barunya. Segala perlengkapan kerjanya sudah dipersiapkan dan segera Azmira memohon doa restu kepada Ibu Astuti agar hari ini berjalan dengan lancar.
"Bu, Azmira pamit berangkat kerja ya. Doakan semoga hari ini berjalan lancar," pamit Azmira.
"Iya, Nak. Ibu pasti selalu mendoakan yang terbaik," balas Ibu Astuti.
"Bunda, semangat kerjanya ya!" teriak Nugraha sembari berlari memeluk Azmira.
"Siap, kapten!" goda Azmira.
Percakapan mereka berakhir kemudian Azmira menjalankan sepeda motornya menuju kantor baru.
Lima belas menit kemudian, Azmira tiba di kantor barunya. Ia segera menuju ke meja Receptionist dan berkenalan dengan Rina. Rina segera mengajak Azmira untuk berkenalan juga dengan beberapa karyawan yang sedang berkumpul menghabiskan waktu istirahat di ruang santai. Rina pun segera mengantar Azmira ke ruangan Pak Bagas Saputro selaku Manager Azmira. Tak lupa, Rina juga menginformasikan nama-nama Pemilik perusahaan dan Manager Azmira itu.
Tok tok tok. Azmira mengetuk pintu dengan perasaan yang campur aduk, antara semangat dan grogi. Perut Azmira rasanya seperti geli ingin buang air.
"Masuk!" Pak Bagas membalas ketukan pintu.
Azmira segera masuk. "Selamat siang, Pak. Saya Azmira, karyawan baru yang menempati posisi Procurement," ucap Azmira memperkenalkan diri.
"Oh, kamu yang tadi interview sama Pak Yuspi ya! Hebat banget kamu bisa langsung kerja hari ini juga. Palingan kamu gak bakal betah!" balas Pak Bagas dengan ketus.
Azmira terdiam mendengar respon ketus Managernya itu. Namun, Azmira tetap berusaha Professional dan tersenyum.
"Kamu duduk di meja nomor 2 di sebelah sana ya. Karena kamu nanti akan banyak berinteraksi dengan orang lapangan, jadi lebih baik kamu belajar dulu sama Moko. Kalau ada yang kurang jelas, kamu tanya saya!" perintah Pak Bagas.
"Baik, Pak." Azmira segera keluar dari ruangan Pak Bagas menuju meja kerjanya.
Dari kejauhan sudah ada Moko yang melambaikan tangannya kepada Azmira. Moko sudah tahu kalau Azmira akan diminta untuk berkoordinasi kerjaan dengannya.
Saat akan duduk di kursi kerjanya, tiba-tiba lutut Azmira terasa lemas. Bagaimana tidak, Azmira akhirnya bertemu kembali dengan Yitno, pria yang membuatnya terpesona ketika akan interview pagi hari tadi. Yitno seketika berwajah bahagia mengetahui bahwa Azmira diterima bekerja dan akan duduk di sebelahnya. Azmira yang sudah lama tidak mengerti apa itu rasa cinta, menjadi panik karena jantungnya berdetak sangat cepat serasa ingin copot.
"Ada apa ini? Mengapa jantungku ribut sekali?" batin Azmira yang sedikit memendam rasa malunya.
"Hai, Azmira ya? Saya Yitno," sapa Yitno.
"Iya, saya...."
"Om, ingat jangan semua diambil sendiri ya," goda Moko.
Mereka bertiga tertawa bersama. Hari ini dilalui Azmira dengan perasaan bak Roller Coaster. Namun, Azmira sangat bahagia karena bisa bertemu Yitno kembali.
Keesokan harinya, Azmira sudah bisa mengikuti alur pekerjaan barunya. Hal ini tentu saja berkat bantuan Moko dan Yitno yang sudah mensupport Azmira. Moko dengan penuh semangat mengajari Azmira hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja. Tentunya diselingi dengan candaan pula. "Eh," panggil Moko kepada Azmira. "Ah, eh, ah, eh, mulu sih kamu Moko. Aku itu punya nama tahu. Masih pagi sudah ngajak ribut aja sih." Azmira langsung memasang muka cemberut Moko yang merasa gemas dengan wajah cemberut Azmira sedikit menahan tawa. Wajah Azmira saat ini sangat mirip dengan beruang kutub yang galak tapi lucu. "Iya, deh Nona Azmira." Moko kembali melotot untuk menggoda Azmira. Azmira sebenarnya sempat merasa kesal dengan Moko yang terkesan sok dekat. Namun, entah mengapa Azmira justru menjadi nyaman dan langsung bisa akrab dengan Moko. Mungkin karena usia mereka yang sepantaran. Moko—pria yang bernama lengkap Triadmoko Suseno—sa
Sepulang kerja, seperti biasa Azmira sudah ditunggu oleh Nugraha, sang malaikat kecil Azmira. "Bunda, hari ini Uga sudah bisa baca loh," ucap bocah berusia 3 tahun itu. "Wah, keren anak Bunda. Coba Bunda mau dengar dek Uga baca." Azmira menyodorkan buku bacaan anak. "Bo la, bola, i tu, itu, mi lik, milik, ka kak, kakak, bola itu milik kakak," eja Nugraha. "Mantap, anak Bunda juara. Diajarin sama siapa dek?" tanya Azmira. "Sama Uti, dek Uga yang minta ajarin." Nugraha menunjuk Ibu Astuti. Azmira pun menghabiskan waktunya bersama Nugraha dan saling bercanda. Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21:00 WIB. Sudah waktunya Nugraha untuk tidur. Azmira lantas menidurkan Nugraha di kamar sembari ikut rebahan di sebelahnya. Setelah Nugraha tertidur, Azmira teringat bahwa ia masih menyimpan lipatan keetas yang tadi diberikan oleh Pak Bagas. Segera Azmira membuka lipatan tersebut yang t
Yitno sedari tadi sudah menunggu Azmira di parkiran motor. Ia berencana menyatakan niatnya untuk serius dengan Azmira. Beberapa kali ia mutar-mutar di sekitar motor Azmira. Azmira sebenarnya sudah siap-siap mau pulang namun ia masih menyelesaikan sedikit pekerjaan yang mendesak dan ditunggu oleh Bagas. Lima belas menit kemudian, akhirnya Azmira selesai juga. Ia pun segera bergegas menuju parkiran agar tidak diminta mengerjakan lagi pekerjaan tambahan."Nah, akhirnya keluar juga Bunda," sapa Yitno bahagia."Lho, Om eh Ayah kok belum pulang?" tanya Azmira."Iya, nungguin Bunda dari tadi. Mau ngajak Bunda jalan sekalian ada yang mau Ayah omongin," Yitno sejenak berpikir, "enaknya jalan kemana ya?""Bagaimana kalau kita ke Alun-alun Kota aja, Ayah. Disana suasananya nyaman untuk ngobrol. Nanti kita pilih di Gazebo aja biar bisa sambil duduk." Azmira segera berlalu menuju sepeda motornya."Bun, kita satu motor aja. Nanti motor Bunda ti
Azmira dan Yitno segera menyantap makanan yang sudah mereka beli sambil mengobrol hal-hal remeh yang biasa mereka lakukan. Yitno sesekali menggoda Azmira dengan pura-pura mau menyuapinya, lalu tidak jadi malah diarahkan kemulutnya sendiri. Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama dengan bahagia. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20:00 WITA, Yitno segera mengajak Azmira pulang agar mereka tidak terlalu larut tiba di rumah. "Ayah, jangan lupa martabak pesanan Moko." Azmira mengingatkan Yitno sebelum menjalankan kendaraan roda dua itu. "Oh, iya. Ayo kita beli dulu di luar." Yitno menunjuk rombong yang jualan Martabak di luar pagar parkiran Alun-alun Kota. Mereka pun membeli martabak dan segera menuju kost Moko. Azmira merasa Moko pasti sudah menunggu mereka dan martabak pesanannya. *** Setibanya di kost Moko, mereka sudah di tunggu oleh Moko di depan pintu kost selayaknya Bapak menunggu anaknya pu
Azmira akhirnya tiba di rumah sekitar pukul 21:00. Dengan sangat hati-hati, Azmira memasukkan kendaraan roda duanya dan mengunci pagar rumah. Azmira masuk ke dalam rumah dan mendapati Nugraha tertidur di ruang keluarga. Ibu Astuti memberi tahu bahwa Nugraha tidak mau tidur di kamar karena ingin menunggu Azmira pulang. Sebelumnya Nugraha memang minta dibelikan Martabak yang kebetulan juga Azmira membelikan itu untuk Moko."Nugraha sudah tidur dari tadi, Mbak. Martabaknya Ibu simpan saja dulu ya, besok dihangatkan di microwave," saran Ibu Astuti."Iya, Bu. Ibu juga tidur saja duluan. Nanti Azmira yang kunci pintunya." Azmira mengunci pintu rumah dengan segera."Ya, sudah. Ibu ke kamar dulu. Bapakmu juga sudah tidur dari tadi." Ibu Astuti pun meninggalkan ruang tamu menuju kamar sambil membawa Martabak yang dibelikan oleh Azmira untuk disimpan.Azmira mengangkat Nugraha ke kamar tidur lalu segera membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Sebelum tidur, Azmi
Malam ini, Yitno merasa tidak bisa tidur dengan tenang. Ia telah mengantongi tiket pesawat yang telah di pesan sebelumnya oleh Azmira di kantor. Hatinya juga merasa gelisah karena khawatir Azmira akan kesulitan tanpa ada kehadirannya. Belum lagi, ia juga semakin kalut karena usia kandungan Witha yang sudah semakin besar. Ia pun juga sudah menyampaikan kepada Witha bahwa keberangkatannya kali ini karena proyek sudah hampir selesai dan membutuhkan koordinasi langsung di lapangan. Nurlinda yang melihat Yitno beberapa kali menghembuskan nafas panjang, mencoba memeluk Ayahnya."Ayah, jangan khawatir. Mbak nanti kan bisa jagain Bunda disini." Nurlinda memeluk punggung ayahnya."Iya, Nak! Doakan Ayah, ya. Semoga selalu diberikan kemudahan," balas Yitno sambil mengusap kepala Nurlinda.Nurlinda Estika—anak pertama Yitno dengan Witha yang akrab disapa Linda—walau masih berusia 6 (enam) tahun, namun memiliki insting perhatian yang sangat tajam terutama kepada
Azmira akhirnya tiba di kantor sekitar 10 menit setelah kembali dari Bandara. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, suasana kantor sedikit mencekam karena Bagas baru saja selesai melaksanakan rutinitas paginya yaitu marah-marah. Rina yang melihat Azmira baru akan masuk kantor, segera buru-buru mendatanginya. "Mbak, cepetan kesini. Ini ada titipan berkas dari Pak Bagas. Dia lagi kumat," kata Rina. "Hadeh, itu orang hobby apa ya marah-marah terus." Azmira sedikit kesal karena teringat ada tugas dari Bagas yang harus ia selesaikan. "Dari tadi dia nyariin Mbak, tuh! Padahal dia kan habis telepon Mbak Azmira. Habis itu gak jelas marah-marah lagi." Rina kali ini ikutan cemberut juga. "Ya, sudah. Saya ke meja dulu. Terima kasih ya Rina. Azmira melangkahkan kaki ke meja kerjanya meninggalkan Rina yang juga segera kembali ke meja Receptionist. Di tempat duduknya sudah ada Moko yang menunggu Azmira dengan cemas. Terlihat se
"Hey, Zira!" Suara Moko membuat Azmira sedikit kaget, "kamu kenapa lagi? Baru juga keluar kantor sudah merengut saja. Takut ditinggal Bagas kah?" Kali ini Moko meledek lagi. "Hmm, bukan apa-apa, kok." Azmira terpaksa mengembangkan senyum yang sangat kecut. Azmira kesal karena Yitno mengabari bahwa dirinya sudah tiba di Bandara Tarakan dan memanggilnya dengan sebutan Ndaa. Yah, begitulah wanita itu. Kadang mudah terpancing emosi atau kesal sesaat hanya karena sebuah panggilan. "Si Om kan gak pernah manggil aku dengan panggilan Ndaa. Pasti dia salah kirim ke aku," gerutu Azmira pelan. Moko ternyata mendengar sedikit ucapan Azmira. "Elah, cewek ribet banget yah. Cuma perkara panggilan salah saja langsung ngambek," ucap Moko. "Ha ha ha. Kalau kamu bilang begitu, rasanya kok jadi kesal, ya," balas Azmira kembali. "Ya, kamu juga sih Zira. Lebay beeuudd," ucap Moko kembali sambil memperagakan kedua tangannya diangkat. Az