Share

Pertemuan Pertama

Author: astridkus93
last update Last Updated: 2021-12-23 06:04:10

Pagi ini sekitar pukul 09:00 WIB, handphone Azmira berdering menandakan telepon masuk dari nomor tidak dikenal.

"Halo, selamat pagi," sapa Azmira menerima panggilan di handphonenya.

"Selamat pagi, benar saya berbicara dengan Ibu Azmira?" jawab suara dari penelepon.

"Benar saya dengan Azmira, ada yang bisa saya bantu?"

"Apakah Ibu Azmira bisa hadir pada interview hari ini pukul 11:00 WIB?"

Sejenak Azmira kaget karena baru saja memasukkan lamaran kerja dan langsung menerima panggilan interview. Dalam waktu sekejap Azmira langsung menyanggupi panggilan interview tersebut sembari bersyukur.

"Aku harus semangat kali ini. Semoga bisa cocok dan langsung diterima bekerja," batin Azmira dengan wajah tersenyum.

"Kamu kenapa Mbak?" tanya Astuti Ningrum, Ibu Azmira.

"Eh, Ibu. Hari ini Mbak dapat panggilan interview Bu, nanti jam 11:00 WIB diminta datang ke perusahaan. Doakan ya, Bu. Semoga rezeki Mbak," jawab Azmira dengan semangat.

"Pasti, Mbak. Ibu selalu mendoakan yang terbaik buat Mbak. Yang penting harus semangat ya," ucap Astuti. 

"Siap, Ibu Negara!" goda Azmira. 

Azmira segera melenggang ke kamar mandi untuk melakukan kegiatan yang sangat jarang dilakukan olehnya, yaitu mandi. 

Waktu menunjukkan pukul 10:00 WIB. Sudah saatnya Azmira bersiap-siap untuk berangkat. Sebelum berangkat tak lupa Azmira memohon restu kepada ibunya dan mencium kening Nugraha sebagai bentuk penyemangat diri. 

Tiga puluh menit kemudian Azmira sudah tiba di perusahaan yang dituju. Dengan penuh semangat Azmira menuju ke meja Receptionist kantor tersebut. 

"Selamat pagi! Ada yang bisa saya bantu?" sapa petugas Receptionist. 

"Pagi, saya dengan Azmira yang mau interview pukul 11:00 WIB nanti untuk posisi Procurement," balas Azmira. 

"Baik, mohon menunggu dahulu ya. Ibu boleh duduk di ruang tunggu di depan sana." Petugas Receptionist menunjukkan lokasi ruang tunggu kepada Azmira dengan ramah. 

"Terima kasih," jawab Azmira singkat. 

Azmira segera berlalu menuju ruang tunggu dan tanpa disadari dirinya tiba-tiba terpaku dengan seorang pria yang kebetulan sedang duduk juga di ruangan tersebut. Tanpa saling berbicara, pria itu juga secara tidak sadar terpaku pada tatapan mata Azmira. Dalam hitungan detik mereka saling menatap satu sama lain. Seketika pandangan pria itu buyar oleh panggilan rekan kerjanya. 

"Yitno, sini bantu saya antar barang ini!" panggil salah satu rekan kerja pria yang ternyata bernama Yitno. 

"Baru juga mau kenalan, si Moko ganggu aja deh!" Yitno menggerutu sembari mendatangi rekannya itu. 

Azmira yang masih terpaku, tiba-tiba tersadar karena Yitno sudah tidak duduk di bangku itu lagi. 

"Oh, ternyata namanya Yitno ya. Kira-kira nanti bisa ketemu lagi gak ya? Ah, aku mikir apa sih! Ayo, fokus di interviewnya dulu!“ ucap Azmira pelan. 

Selang sepuluh menit kemudian, Azmira dipanggil oleh petugas Receptionist untuk masuk ke ruang rapat menemui pemilik perusahaan untuk melakukan interview. Interview berlangsung selama 30 (tiga puluh) menit dan kualifikasi Azmira memenuhi kriteria calon karyawan yang dibutuhkan.

Tidak diduga hasil interviewnya sangat memuaskan, pemilik perusahaan pun memutuskan untuk mempekerjakan Azmira hari itu juga dan Azmira menyanggupinya. Pemilik perusahaan yang bernama Bapak Yuspianto meminta Azmira untuk bisa segera bekerja sekarang, namun Azmira memohon izin untuk pulang dahulu mempersiapkan perlengkapan kerja. Pak Yuspianto pun setuju dan mengatakan untuk segera kembali pukul 13:00 WIB dan berkoordinasi lebih lanjut dengan Manager terkait untuk pekerjaan. Azmira menyanggupi lalu segera berkemas pulang. 

Lima menit kemudian, Yitno sudah kembali ke kantor setelah mengantar beberapa barang ke gudang perusahaan. Segera Yitno mendatangi si Receptionist yang bernama Rina. 

"Rin, cewek yang tadi dimana?" tanya Yitno. 

"Yang mana, Mas?" Rina menatap penuh curiga. 

"Yang tadi itu loh, yang mau interview." Yitno kembali menatap Rina dengan harapan Rina paham wanita yang ia maksud. 

"Oh, Ibu Azmira. Sudah pulang Mas, interviewnya sudah selesai tadi," jawab Rina cepat. 

"Yah, gak sempet kenalan lagi. Namanya Azmira ya. Kalau jodoh enggak kemana...."

"Sstt, Mas Yitno jangan macem-macem loh ya. Inget istri Mas Yitno." Mata Rina sedikit melotot.

"Saya inget kok Rin. Tapi kalau di rumah, hehe," goda Yitno. 

"Tak cubit nanti ginjalnya," jawab Rina ketus. 

Yitno adalah salah satu karyawan Engineering di perusahan itu. Yitno memang terkenal suka menggoda karyawan perempuan di kantor tersebut apalagi jika karyawan tersebut sedikit menarik. Namun, sebenarnya Yitno adalah pria yang setia, kebiasaannya sering menggoda wanita itu hanya sekedar bercanda. Seluruh karyawan perempuan di kantor itu juga sudah paham dengan tabiat Yitno. 

Dibalik sikap genit Yitno, ternyata tersimpan kenyataan pahit dimana Yitno baru saja berbaikan dengan sang istri karena sebuah kasus perselingkuhan istrinya dengan teman Yitno. Yitno menangkap basah istrinya, Witha Chandrika alias Witha, sedang melakukan tindakan kurang pantas dengan temannya saat pulang dari luar kota. Hal yang seharusnya menjadi kejutan buat Witha ternyata malah menjadi kado pahit untuk Yitno sendiri. 

Yitno akhirnya pulang ke rumah untuk istirahat dengan perasaan kecewa karena gagal bertemu Azmira lagi. 

Waktu menunjukkan pukul 12:30 WIB, Azmira segera bersiap-siap untuk kembali ke kantor barunya. Segala perlengkapan kerjanya sudah dipersiapkan dan segera Azmira memohon doa restu kepada Ibu Astuti agar hari ini berjalan dengan lancar. 

"Bu, Azmira pamit berangkat kerja ya. Doakan semoga hari ini berjalan lancar," pamit Azmira. 

"Iya, Nak. Ibu pasti selalu mendoakan yang terbaik," balas Ibu Astuti. 

"Bunda, semangat kerjanya ya!" teriak Nugraha sembari berlari memeluk Azmira. 

"Siap, kapten!" goda Azmira. 

Percakapan mereka berakhir kemudian Azmira menjalankan sepeda motornya menuju kantor baru.

Lima belas menit kemudian, Azmira tiba di kantor barunya. Ia segera menuju ke meja Receptionist dan berkenalan dengan Rina. Rina segera mengajak Azmira untuk berkenalan juga dengan beberapa karyawan yang sedang berkumpul menghabiskan waktu istirahat di ruang santai. Rina pun segera mengantar Azmira ke ruangan Pak Bagas Saputro selaku Manager Azmira. Tak lupa, Rina juga menginformasikan nama-nama Pemilik perusahaan dan Manager Azmira itu. 

Tok tok tok. Azmira mengetuk pintu dengan perasaan yang campur aduk, antara semangat dan grogi. Perut Azmira rasanya seperti geli ingin buang air. 

"Masuk!" Pak Bagas membalas ketukan pintu. 

Azmira segera masuk. "Selamat siang, Pak. Saya Azmira, karyawan baru yang menempati posisi Procurement," ucap Azmira memperkenalkan diri.

"Oh, kamu yang tadi interview sama Pak Yuspi ya! Hebat banget kamu bisa langsung kerja hari ini juga. Palingan kamu gak bakal betah!" balas Pak Bagas dengan ketus. 

Azmira terdiam mendengar respon ketus Managernya itu. Namun, Azmira tetap berusaha Professional dan tersenyum. 

"Kamu duduk di meja nomor 2 di sebelah sana ya. Karena kamu nanti akan banyak berinteraksi dengan orang lapangan, jadi lebih baik kamu belajar dulu sama Moko. Kalau ada yang kurang jelas, kamu tanya saya!" perintah Pak Bagas. 

"Baik, Pak." Azmira segera keluar dari ruangan Pak Bagas menuju meja kerjanya. 

Dari kejauhan sudah ada Moko yang melambaikan tangannya kepada Azmira. Moko sudah tahu kalau Azmira akan diminta untuk berkoordinasi kerjaan dengannya. 

Saat akan duduk di kursi kerjanya, tiba-tiba lutut Azmira terasa lemas. Bagaimana tidak, Azmira akhirnya bertemu kembali dengan Yitno, pria yang membuatnya terpesona ketika akan interview pagi hari tadi. Yitno seketika berwajah bahagia mengetahui bahwa Azmira diterima bekerja dan akan duduk di sebelahnya. Azmira yang sudah lama tidak mengerti apa itu rasa cinta, menjadi panik karena jantungnya berdetak sangat cepat serasa ingin copot. 

"Ada apa ini? Mengapa jantungku ribut sekali?" batin Azmira yang sedikit memendam rasa malunya.

"Hai, Azmira ya? Saya Yitno," sapa Yitno. 

"Iya, saya...."

"Om, ingat jangan semua diambil sendiri ya," goda Moko. 

Mereka bertiga tertawa bersama. Hari ini dilalui Azmira dengan perasaan bak Roller Coaster. Namun, Azmira sangat bahagia karena bisa bertemu Yitno kembali. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Ketahuan

    (Kelanjutan cerita ini masih berlokasi di rumah Yitno) Witha bergegas keluar kamar menuju ke dapur. Ia lantas segera menghubungi nomor Azmira yang telah disimpan pada HPnya. Terdengar suara nada tunggu panggilan di beberapa detik hingga akhirnya telepon dari Witha diangkat oleh Azmira. "Halo," sapa Azmira. "Hey, perempuan j@l@ng. Kamu siapa? Berani ganggu suami saya!" jawab Witha dengan kasar. "Saya..." suara Azmira terputus karena dipotong oleh Witha. "Enggak usah banyak ngomong. Jangan ganggu suami saya, kamu tahu tidak kalau saya sedang hamil besar. Kalau sampai terjadi apa-apa sama saya, saya akan tuntut kamu ke polisi. Murahan sekali kamu sampai menggoda suami orang. Enggak laku, ya! P3lacur." Witha semakin emosi lalu mematikan teleponnya. Witha kembali mengatur nafasnya. Ia benar-benar merasa hancur dan sedih. Hatinya sungguh tersayat membayangkan betapa teganya Yitno mengkhianatinya yang sedang hamil besar. "Ayah, kenapa Ayah tega. Bunda ini kurang apa, sih? Bertahun-tah

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Awal Perdebatan

    (Pada scene ini akan full berlokasi di rumah Yitno.)Setelah berpisah di Bandara sebelumnya dengan Azmira, lima belas menit kemudian Yitno akhirnya tiba di rumah Witha. Yitno sengaja tidak mengabari Witha karena ingin memberikan kejutan untuk Nurlinda, anak perempuannya. Linda—nama panggilan Nurlinda—sungguh sangat merindukan Yitno dan kerap kali menanyakan kapan kepulangan ayahnya.Tiba di depan pintu rumah, Yitno lantas mengetuk pintu tersebut dan berpura-pura menjadi tamu.Tok tok tok. Yitno mengetuk pintu rumahnya."Sebentar." Terdengar teriakan anak kecil dari dalam.Yitno sudah menduga pasti yang membukakan pintu adalah Linda karena biasanya Witha masih belum pulang dari jalan-jalan keliling. Selama hamil besar, Witha memang sering jalan pagi karena disarankan oleh dokter kandungan untuk banyak bergerak agar mudah proses persalinannya.Ceklek. Terdengar suara handle pintu yang dibuka oleh Linda."Ayah!" Teriak Linda.Linda pun tanpa sadar melompat ke pelukan Ayahnya dan Yitno ju

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Pulang ke Yogyakarta

    Setelah semua terasa lengkap dan siap, Azmira mencoba kembali ke kamar mandi mencuci tangan sekaligus mengecek apakah ada barang yang tertinggal. Yitno menyusul Azmira ke kamar mandi untuk memastikan kekasihnya tidak kembali bersedih setelah kemarin mereka menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang banyak hal. "Bun, mengapa melamun begitu?" tanya Yitno yang melihat Azmira sedang termenung di depan cermin kamar mandi. Azmira sedikit tersentak, "eh, Ayah. Enggak melamun kok, yah. Hanya mengecek kembali saja ada yang tertinggal atau tidak. Kalau ada yang tertinggal tidak enak, kan." Azmira kembali tersenyum tipis yang terkesan dipaksa. Yitno memeluk Azmira dari belakang dan menyandarkan kepalanya pada bahu Azmira. "Sudah jangan sedih lagi. Kita masih bisa bertemu, kok. Bahkan masih bisa berkomunikasi seperti biasa. Jangan sedih seperti kita akan berpisah jauh saja, ya." Yitno mengusap kepala Azmira. "Iya, Ayah. Walau bibir ini berkata iya, tetap saja Bunda kepikiran bagaimana nanti

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Bertemu Pak Agung

    Tiga puluh menit kemudian akhirnya Azmira dan Yitno kembali tiba di Hotel GS setelah menghabiskan waktu bersama di Pantai Lamaru. Azmira dengan langkah gontai segera keluar dari mobil dan membawa bawaannya serta tak lupa mengambil kunci kamar yang telah dititipkan ke Receptionis. Sepanjang perjalanan dari Pantai Lamaru hingga ke Hotel GS tadi, hanya ditemani dengan kesunyian dan beberapa obrolan ringan saja. Yitno masih merasa aneh dengan sikap kekasihnya itu yang mendadak berubah. Suatu hal yang aneh jika orang yang biasa banyak berbicara tiba-tiba hanya diam tanpa kata."Bun," tegur Yitno mencoba membuka pembicaraan tatkala mereka sedang di depan pintu lift menunggu lift terbuka."Hmm," jawab Azmira sekenanya."Duh, jawabannya bikin orang bingung mau respon apa." Kembali Yitno membatin.Mereka kembali diam tanpa sepatah kata hingga akhirnya pintu lift terbuka dan mereka masuk ke dalam lift. Tak lama pintu lift terbuka, gegas Azmira keluar lift dan berjalan menuju pintu kamar. Lagi-l

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Masalah Baru

    "Apa!" Azmira menarik nafas panjang, "Witha mau melahirkan?" tanya Azmira memastikan."Begitulah, Bun." Yitno hanya terkekeh."Kok malah santai, gini. Enggak kepikiran apa? Terus nanti kalau melahirkan sekarang, bagaimana?" tanya Azmira kembali. Kali ini Azmira sungguh-sungguh ."Bun, Bun. Kaya Bunda enggak pernah melahirkan saja. Sebelumnya waktu melahirkan bagaimana? Enggak serta merta langsung keluar bayinya, kan?" tanya Yitno menenangkan kekasihnya itu."Iya, sih. Tetapi, kan Ayah enggak disana untuk menemani Witha!" kilah Azmira."Yakin dia masih butuh, Ayah? Paling dia butuh buat bayar biaya rumah sakit saja." Yitno mengangkat kedua tangannya.Pletak. Terdengar suara tangan Azmira memukul lengan Yitno."Hust, Ayah ini bagaimana, sih! Dia mau melahirkan kok enteng banget menanggapinya. Bagaimana pun di perut dia ada anak Ayah, loh. Adiknya Linda." Kali ini Azmira benar-benar sudah kesal dengan Yitno terlebih melihat sikap Yitno yang sedikit terlalu santai.Azmira paham bahwa Yitn

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Liburan ke Pantai

    Dua puluh menit kemudian, dua insan itu telah menyelesaikan sarapan mereka dan kemudian kembali ke kamar bersiap-siap untuk melanjutkan rencana perjalanan mereka ke Pantai mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 07:30 waktu setempat. Mereka berencana berangkat pagi agar bisa menghabiskan waktu lebih lama di Pantai nantinya. Sebelum berangkat, Azmira memastikan kembali tas yang telah ia siapkan sebelumnya telah terisi barang-barang yang akan di bawa serta tidak ada yang tertinggal. "Bun, jangan lupa hubungi dahulu Pak Agung, ya." Yitno mengingatkan kembali amanah yang dititipkan kepada Azmira. "Oh, iya. Benar juga. Bunda telepon dahulu, ya." Azmira lekas mengambil teleponnya dan mencari kontak Pak Agung. Terdengar Azmira beberapa kali mengucapkan terima kasih kepada Pak Agung. Yitno tidak ingin mencuri dengar perbincangan mereka karena dia percaya bahwa Azmira sungguh dapat memegang amanah pekerjaan dengan baik. Yitno sendiri sudah pernah melihat dan mengakui bahwa Azmira sangat cek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status