Home / Urban / Pelatih Renang Idaman Para Sosialita / Bab 75. Terperangkap Permainannya

Share

Bab 75. Terperangkap Permainannya

Author: WAZA PENA
last update Last Updated: 2025-09-11 21:38:06

Aku menutup mata, menghela napas berat. Aku tahu, sekali aku bilang tidak, pasti bakal panjang masalahnya. "Iya, Putri. Aku… aku ke sana."

"Good boy. Aku tunggu ya, jangan lama-lama."

Klik. Telepon terputus begitu saja.

Aku terduduk kembali di ranjang. Hati rasanya campur aduk. Ada ketakutan yang terus menghantui. Bagaimana kalau ada wartawan? Bagaimana kalau ada yang kenal lihat aku sama dia? Dan yang paling parah… bagaimana kalau kabar itu sampai ke telinga Bunga?

Aku nggak bisa bayangin wajahnya. Ekspresinya. Kekecewaannya.

Aku menatap pantulan diriku di kaca. "Lo beneran mau ke sana, Yon? Lo beneran mau ambil risiko sebesar ini?"

Tapi di sisi lain, aku tahu Putri nggak main-main. Kalau aku menolak, bukan cuma aku yang kena imbas. Bisa-bisa Bu Rani juga terlibat, bisa-bisa reputasi kelab ikut hancur. Dan aku nggak bisa egois.

Aku bangkit pelan, mengambil jaket hitam di gantungan. "Oke. Setengah jalan aja. Jangan lama-lama. Abis itu pulang."

Aku mencoba meyakinkan diri sendiri. Tapi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 115. Akhirnya Bertemu

    Mobil akhirnya berhenti di depan gedung apartemen A. Dari balik kaca depan, aku menatap bangunan tinggi yang menjulang dengan jendela-jendela bercahaya, seperti mata yang mengawasi setiap langkah orang yang mendekat.Aku menarik napas panjang, mencoba menata debaran jantungku. "Inilah tempatnya…" bisikku. Ada rasa gentar yang menjalari tubuhku, tapi juga dorongan kuat untuk melangkah maju.Begitu memasuki lobi apartemen, hawa dingin dari pendingin ruangan langsung menyambut. Aroma karpet yang wangi bercampur dengan suara langkah kaki penghuni yang lalu-lalang. Semua terasa asing, tapi langkahku mantap menuju meja resepsionis.Seorang petugas wanita menatapku dengan senyum formal. "Selamat malam, ada yang bisa dibantu, Pak?"Aku berusaha menahan kegugupan. "Saya… saya mencari seseorang. Namanya Bunga."Wanita itu sempat menatapku sejenak, lalu menunduk memeriksa layar komputer. Jari-jarinya bergerak cepat di atas keyboard. Aku menahan napas, berharap-harap cemas. Namun beberapa detik k

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 114. Menunggu Jawabannya

    Aku masih terdiam, berusaha mencerna setiap kata yang baru saja kudengar dari Anya. Apartemen A, setidaknya aku sudah punya petunjuk jelas. Tapi sebelum semangatku meledak dan aku benar-benar bangkit, Raka tiba-tiba mengangkat tangan, seolah ingin menghentikanku."Dion, denger dulu," ucapnya dengan nada tenang tapi tegas. "Gue tahu kamu sekarang lagi kebawa emosi. Tapi jangan gegabah. Datang ke sana tanpa persiapan bisa bikin semua berantakan."Aku menoleh cepat. "Ka, gue nggak bisa diem aja. Gue udah terlalu lama nunggu. Sekarang gue udah tahu di mana dia tinggal, jadi gue harus ke sana."Raka menggeleng pelan. "Dengerin gue dulu, bro. Lo sendiri bilang, lo nggak tahu pasti siapa pria yang bareng Bunga. Kalau ternyata bener tunangannya, apa lo siap lihat itu dengan mata kepala sendiri? Apa Lo udah siap dengar langsung dari mulut Bunga kalau dia udah menentukan pilihannya?"Pertanyaan itu menghantamku keras. Aku terdiam, lidahku kelu. Dadaku terasa sesak, seperti ada batu besar yang m

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 113. Menemukan Bunga

    Aku masih tenggelam dalam pikiran sendiri, selang beberapa saat, tiba-tiba suara langkah mendekat membuatku menoleh. Mataku membesar begitu melihat sosok yang tak asing."Anya?" ucapku refleks.Dia tersenyum tipis, lalu melambaikan tangan seolah kedatangannya hal biasa. Aku belum sempat berkata apa-apa ketika Raka dengan santai berdiri. "Gue yang nyuruh dia datang, Dion. Santai aja."Aku mengernyit, bingung dengan maksud Raka. "Lo yang nyuruh? Buat apa?"Anya melangkah mendekat, lalu duduk di kursi kosong di antara kami. Senyumnya ramah, seperti berusaha mencairkan suasana. "Hai, Kak Dion. Hai juga, Kak Raka. Aku kesini memang karena diminta Kak Raka. Katanya ada hal penting yang harus aku jelaskan."Aku langsung menoleh ke Raka, wajahku penuh tanya. Raka hanya mengangguk pelan, ekspresinya serius. "Iya, Dion. Aku pikir udah saatnya kamu tahu. Anya pernah cerita ke gue."Jantungku berdetak cepat, aku tidak mengerti arah pembicaraan ini. "Tahu apa? Jangan bikin aku makin bingung, Ka."

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 112. Bunga Pergi

    Begitu aku melangkah keluar dari café itu, dunia rasanya jadi kabur. Suara orang-orang yang lalu lalang di trotoar terdengar jauh, seperti gema samar yang nggak nyata. Kakiku terasa berat, tapi entah kenapa aku terus melangkah ke arah mobil.Begitu sampai, aku langsung membuka pintu dan menjatuhkan diri ke kursi sopir. Tanganku otomatis menutup pintu dengan keras, bunyinya menggema menusuk telinga.Aku duduk terdiam beberapa detik, menatap kosong ke arah setir. Napasku berat, dada sesak, dan tangan ini masih bergetar hebat. "Bunga... Kamu beneran sama pria lain?"Aku memukul setir mobil dengan keras. Sekali. Dua kali. Hingga rasa sakit menjalar ke tulang. Tapi rasa sakit itu nggak ada apa-apanya dibanding rasa hancur yang merobek hati ini."Kenapa, Bunga?" suaraku serak, nyaris bergetar. "Kenapa kamu ngelakuin ini ?"Air mata akhirnya pecah, menetes tanpa bisa kutahan. Aku buru-buru mengusapnya kasar, menolak terlihat lemah, meski nggak ada siapa-siapa di sini. Tapi perasaan ini... be

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 111. Bunga Bersama Pria Lain

    Sepanjang perjalanan menuju alamat yang Raka kasih, pikiranku benar-benar kacau. Tanganku gemetar saat menggenggam setir, bahkan beberapa kali aku hampir kehilangan fokus. Rasanya sesak di dada, seolah ada batu besar menekan dan bikin sulit bernapas. Kata-kata Raka terus berputar di kepalaku. "Bunga sering bersama pria lain."Aku menggertakkan gigi, mencoba menepis kalimat itu. "Nggak mungkin. Bunga nggak kayak gitu. Dia bukan cewek yang gampang dekat sama cowok lain." Tapi semakin aku menyangkal, semakin kalimat itu menghantam pikiranku. Apa mungkin Raka salah? Apa mungkin orang yang disuruh ngawasin salah lihat?Mataku panas, hampir meneteskan air mata, tapi aku tahan sekuat tenaga. Campur aduk, marah, takut, kecewa, cemburu. Semuanya bikin kepalaku pusing. Bayangan wajah Bunga terus muncul, senyumnya, suara lembutnya, tatapan matanya. Semua kenangan indah itu mendadak terasa asing, seakan bisa hancur kapan saja.Aku menggeleng keras, bahkan sempat menampar pipiku sendiri. "Nggak mu

  • Pelatih Renang Idaman Para Sosialita   Bab 110. Hati Yang Hancur

    Raka menatapku dengan wajah yang sulit kubaca. Nafasnya berat, dan dia sempat memejamkan mata sebelum akhirnya berkata pelan, "Dion… sumpah, orang yang kasih info ke gue bilang gitu… Bunga sering terlihat bersama seorang pria."Kata-kata itu menancap tajam di telingaku. Untuk sesaat, aku terpaku, tak mampu merespons. Suara di sekeliling café mendadak lenyap, hanya gema kalimat itu yang terus berputar di kepalaku."Ap- apa maksud lo, Ka? Lo jangan asal ngomong!" suaraku serak, hampir tak terdengar.Raka menatapku serius, lalu mengangguk sekali. "Ya. Katanya, beberapa kali dia lihat Bunga sama cowok itu. Mereka keliatan deket."Sontak tubuhku terasa lumpuh. Aku terperanjat, dadaku seperti diremas dari dalam. Kata-kata Raka menghantamku lebih keras daripada pukulan apapun.Seolah bayangan mimpi yang pernah menghantuiku, mimpi ketika aku melihat Bunga bersama pria lain, kini menjelma nyata. Aku teringat jelas senyum Bunga dalam mimpi itu, senyum yang bukan ditujukan untukku. Seketika hati

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status