Share

Bab 22

Adhiwiryo melipat koran dengan ekspresi heran saat menyambut kedatangan Dyah di gazebo taman.

"Anakku, kenapa kamu sudah pulang secepat ini?" tanyanya diselimuti rasa gundah.

Dyah tersenyum masam seraya mencium punggung tangan Adhiwiryo.

"Raden Mas Suryawijaya sedang sakit, ayah. Jadi saya pulang lebih cepat." ucap Dyah setelah menghenyakkan tubuhnya di samping beliau.

Dyah menyunggingkan senyum, walau rasa cemas mengintip hatinya pasca percakapan bersama Ibunda Rinjani dan Nawangsih di taman tadi.

'Ndomas sakit karena semalam hujan-hujanan, ndoro putri.'

Akal sehatnya mendesak untuk bertanya lebih lanjut. Dalam benaknya, itu alasan yang tidak masuk akal saat seorang pangeran hujan-hujanan di tengah malam? Tidak logis! Karena yang ia tahu seorang putra mahkota harus memiliki sifat pandita. Sifat bijaksana, pintar, cendikiawan dan sempurna. Hatinya sempat bertanya dan meminta penjelasan apa yang terjadi, namun tampaknya tadi bukan waktu yang tepat untuk membahas fakta mengejutkan itu.

"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Dian Susantie
kalo tau ini ndomas tambah meriang Nawang... hahaha...untung asisten sekaligus mata2 nya ndomas ikutan tidur... jd aman deh ga ada yg laporan.. wkwkwkw
goodnovel comment avatar
Nopita Sary
saingan mas Uya..tapi selagi hati Tania cuma buat mas Uya...masih aman kok
goodnovel comment avatar
Rani Anggraini
mas uyang meriang2 keringat dingin tuh .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status